Mulan sedang asik membaca buku kesukaannya, sekalian aja ngumpulin ide untuk karyanya selanjutnya. Sedangkan Angga, tak dapat melakukan apa-apa, Ia hanya duduk dalam keadaan buta. Dirinya dapat merasakan apa yang sedang dilakukan oleh gadis disampingnya.
"Lagi baca apa? ". Tanya Angga.
"Baca dosa... kok bisa tahu". Jawab Mulan dengan sedikit syok, hal karna Angga dapat menebak Ia sedang melakukan apa, padahal Ia kan sedang dalam keadaan buta.
"Kamu ngak raguin aku ini siapa kan". Sahut Angga dengan mata yang tak terpaling langsung kearah Mulan karna, keadaannya yang sekarang.
"Oh iya, pembaca pasword hihi, lupa". Jawab Mulan kocak yang membuat Angga sedikit tertawa.
"Bosan ya". Kata Mulan memperhatikan Angga dan menutup bukunya.
"Ha? ".
"Keliatan tuh kalo bosen, main nanyak, iya kan". Tebak Mulan.
"Entah".
"Udah-udah, kamu mau apa? makan? minum? ".
"Ngak, lagipula kagak ada hubungannya dengan masalah mengatasi kebosanan". Jawab Angga.
"Nah kan bener bosan,... eeem... oh ya, mau baca buku, main HP? menggambar? baca komik? ".
"Ngak, gue ngak bisa liat". Jawab Angga.
"E! maaf, eeee... oke... ha! bagaimana kalo denger musik? Bagaimana? lagu kesukaan kamu apa? atau nama artis favorit mu apa? ". Tanya Mulan pengertian.
"Eengg... gak". Sahut Angga.
"Ha? Ngak tahu atau ngak ada”. Tanya Mulan balik.
“Ya ngak ada juga”.
"Ha?! Nggak ada? Nggak tahu? Jadi seumur hidup kamu ngak tahu nama penyanyi dan musik yang lagi trend? ”. Tanya Mulan ngak kalah syok dengan manusia yang dingin dan tak pernah menyentuh aplikasi dan sosmed. Angga menggeleng.
“Jadi... Kamu ngak pernah denger musik gitu, tapi... Aku denger kamu jago main musik”.
“Itu karna musik ku sendiri, dan musik yang kudengar hanyalah, instrumen dan... Nyanyian dari Ibuku sendiri”. Jawab Angga dengan nada yang mengingat kenangannya.
“Wah, Ibumu? Keren”. Sahut Mulan.
“Kamu mau denger instrumen Ibumu? Baiklah, ada di HPmu kan, biar kuhidupin”. Sambung Mulan.
“Ngak ada, handphone ku kebanting waktu itu, hancur jadinya… Biarlah menghilang asal aku bisa mengingatnya tidak masalah”. Jawab Angga semberi tersenyum tipis. Mulan dapat merasakan bagaimana hanya bisa mengingat kenangan, tapi tanpa pertemuan. Apalagi dengan seorang Ibu.
“Angga, sabar ya”. Ucap Mulan luluh.
“Haha, santai, aku baik-baik aja kok. Tuh, baca dulu dosanya, gara-gara aku keganggu momen kamu haha”. Ledek Angga plus, kali pertamanya Ia ledek seseorang tapi, entah mengapa.
“Yaampun”.
𝘊𝘦𝘬𝘭𝘦𝘬~
“Masyaallah!... Angga?! ”.
“Kakak?!! ”.
Gidran, Karin dan Laila kini pulang karna kabar dari Mulan kalau Angga udah sadar. Sungguh berbinar, senang dan bersyukur banget atas kehadiran Angga yang kembali.
Gidran, sang ayah, langsung memeluk putranya itu sambil menahan haru, apalagi Kaila, sampai-sampai mau nangis Ia pun sampe langsung naik ke ranjangnya Angga, ya... Wajar karna anak-anak;)
“Duh! Kaila, Hati-hati”. Ucap Karin namun adiknya itu tak mendengarkan dan langsung memeluk kakaknya yang buta itu dengan rindunya selama ini.
“Kaak, Kaila kangen sama kakak. Kakak sih, lama kali bangunnya, Kaila cape tunggu tahu... Lihat... Kaila udah gede, Kaila udah kelas 5 loh hihi”. Kata Kaila senang, begitu juga dengan orang yang disekitar mereka, apalagi Angga, Ia kembali mendengar ocehan manja si adik kecilnya ini.
Angga tersenyum kecil, dengan arah pandang mata yang tidak sesuai objek, Angga ingin menyentuh adiknya itu, Ia meraba dimana letak sang adik, Kaila yang mengetahui kondisi sang kakak lagi gimana, Ia pun dengan manis meraih tangan Angga dan meletakkannya di pipinya serta mencium tangannya.
“Aku sayaaang banget sama kakak”. Ucapnya dengan tangan Angga yang tak Ia lepaskan, semua ikutan senyum sendiri pastinya.
Lalu, langkah lari yang cepat dan jelas terdengar dari luar...
𝘒𝘭𝘦𝘬~
Dan ternyata itu adalah Arga, sang kakak. Ia mendapat kabar bahwa Angga yang telah sadar, dari tempat pelatihan langsung banting stir menuju rumah sakit dan, betapa bahagianya saat melihat Angga dalam kondisi sadar.
“Angga?! ”. Ucap Arga berbinar-binar.
𝘚𝘵𝘢𝘴𝘩!
“Heeeee! Angga! Gue udah lama ngak liat lo gini, kakak kangen banget tahu ngak haaah! ”. Seru Arga sambil terus dan kencang memeluk Angga.
“Duuh kaaak, kak Arga! Sana, aku yang dapet kak Angga duluan”. Protes Kaila.
“Sana-sana, Kak Angga sama aku aja, ngak boleh sama Kaila, luweee”. Ledek Arga, melihat kelakuan sang kakak yang tak pernah berubah dan tetap awet kekonyolannya.
Rangga yang di kampusnya, sedang menerima sebuah hukuman dari ruangannya tapi, setelah mendengar kabar bahwa Angga telah sadar, langsung membuatnya dirinya menjadi ringan.
...●○●○●○●○...
2 jam kemudian, Rangga dan temannya yang lain pun datang, mana lain kalau bukan, Bagas, Dito, Raki, Sara, Jessica dan Jian. Dengan ekspresi senang karna Angga telah sadar, dan ekspresi Sedih karna dirinya harus menjalani sebagai lelaki buta.
“𝘙𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘭𝘪𝘢𝘵, 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘭𝘦𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘣𝘶𝘵𝘢”. Kata Jessica dalam hati, dengan penglihatannya Angga, tentu ucapan itu terdengar. Ia tak mau membuat mereka kembali sedih dan cemas tentang dirinya, dengan wajah yang masih bercak luka, Angga tersenyum tipis yang membuat 3 cewe sesuatu satelit ini langsung saltingnya ngak terkira, ya, masih tetap tak berubah kebiasaan itu untuk Jessica dan 2 temannya.
Begitu pula dengan tingkah kekonyolan Bagas dan anak buahnya tetap awet dong. Mereka langsung duduk memeluk teman mereka yang buta daan... Langsung aja tu aksinya.
Dalam kegembiraan yang mulai dirasakan, Angga tak dapat merasakan kehadiran sahabatnya, Dilan. Ia beranggapan kalau, Dilan telah menjauhinya dan... Benci kepadanya.
“Dilan... Mana ya”. Tanya Angga yang membuat mereka seketika diam dan saling pandang-memandang.
“Oh ya, Dilan... ”. Seru mereka berbisik.
Bagas lansung perlahan dan menarik Mulan untuk berbicara sebentar.
“Gas, mau kemana”. Tanya Angga yang mengetahui temannya itu memindah diri. Bagas harus berpikir, jawaban apa yang harus Ia keluarkan karna, yang namanya penglihatan sudah tentu tak akan salah.
“e eeem... Gue ke toilet dulu hehe”.
“𝘬𝘰𝘴𝘰𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳𝘢𝘯 𝘭𝘰 𝘎𝘢𝘴”. *Dalam hati
Mendengar hal itu, membuat Angga kembali curiga akan hal yang disembunyikan oleh mereka. Bagas perlahan dan cepat langsung menarik Mulan untuk berbicara mengenai hal tersebut diluar.
...*****...
“Lan, lo tahu kan kabar Dilan gimana? ”. Tanya Bagas sedikit dengan nada berbisik dan... Dengan langsung didengar oleh Angga meski, dihalang dengan dinding yang tebal tapi, pendengaran Angga sangat tajam apalagi, jika Ia merasa curiga.
...*****...
“Gue ngak tahu, kita bertiga kan satu sekolah, emang lo ngak tahu juga ya”. Jawab Mulan.
“Sayangnya sih gitu Lan, gue ngak dapat kabar kalo Dilan kelas apa, gue chat dia juga ngak online sama sᴇᴋᴀʟɪ, padahal dari tahun yang lalu loh”. Jawab Bagas curiga.
𝘋𝘦𝘨~
“𝘋𝘪𝘭𝘢𝘯?! ”. Seru Angga syok dihati.
...*****...
“Apalagi saat kelas 3 kita putus sekolah karna teror yang terjadi waktu itu... Oh ya, ada yang tahu rumahnya mana? ”. Sahut Mulan.
𝘋𝘦𝘨~
Mendengar ucapan Mulan, Angga tiba-tiba teringat akan kejadian dirinya meneror tiap orang dibeberapa kota dengan jiwa supranaturalnya dan main kaget aja saat mengetahui, Ia membuat beberapa orang tewas saat itu.
...*****...
“Ngak, gue ngak tahu, mungkin…jesika dan yang lain tahu kan, mereka kan udah dari dulu berteman”.
“Oh ya, bentar”.
Mulan pun membuka grup yang dibuat oleh Bagas 2 tahun yang lalu yang tak lain...
...ᴋᴏʟᴀɴɢ ᴋᴀʟɪɴɢ...
...(ᴘᴇᴛᴜᴀʟᴀɴɢᴀɴ sɪɴᴛɪɴɢ) ...
ᴍᴜʟᴀɴ:
*sᴇᴍᴜᴀ, ᴀᴅᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴀʜᴜ ʀᴜᴍᴀʜɴʏᴀ ᴅɪʟᴀɴ ᴅɪᴍᴀɴᴀ?
ᴊɪᴀɴ:
*ʏᴀᴀᴍᴘᴜɴ, ɴɢᴀᴋ ᴛᴀʜᴜ ʟᴀɴ.
ᴊᴇssɪᴄᴀ:
*ʏᴀᴘ, sᴇʟᴀᴍᴀ ɪɴɪ ᴋɪᴛᴀ ɴɢᴀᴋ ᴛᴀʜᴜ.
ᴅɪᴛᴏ:
*ʙᴏs sᴀᴍᴀ ʟᴜ ᴋᴀɴ sᴀᴛᴜ sᴇᴋᴏʟᴀʜ, ᴇᴍᴀɴɢ ɴɢᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴀʙᴀʀ.
ʙᴀɢᴀs:
*ʏᴀ ɴɢᴀᴋʟᴀʜ, ᴋᴀʟᴏ ᴇᴍᴀɴɢ ᴛᴀʜᴜ ɴɢᴀᴘᴀɪɴ ɴᴀɴʏᴀᴋ ʀᴜᴍᴀʜ sᴇɢᴀʟᴀ, ᴊᴀɴɢᴀɴᴋᴀɴ ʙᴇʀᴛᴇᴍᴜ ᴄʜᴀᴛ ᴀᴊᴀ ɴɢᴀᴋ ᴏɴ ᴛᴜ ᴀɴᴀᴋ.
ʀᴀᴋɪ:
*sᴏʀʏ ʙᴏs, ᴋᴀʏᴀᴋɴʏᴀ ɴɢᴀᴋ ᴀᴅᴀ ʏᴀɴɢ ᴛᴀʜᴜ.
...*****...
“Duh gimana ya,... Eem... Bentar coba ku chat kakaknya Angga dulu, mana tahu mungkin Ia tahu dimana”. Sahut Mulan.
“Oke”.
ᴋᴀᴋ ʀᴀɴɢɢᴀ
ᴍᴜʟᴀɴ:
*ᴋᴀᴋ, ᴋᴀᴋᴀᴋ ᴛᴀʜᴜ ɴɢᴀᴋ ᴅɪᴍᴀɴᴀ ʀᴜᴍᴀʜɴʏᴀ ᴅɪʟᴀɴ?
ᴋᴀᴋ ʀᴀɴɢɢᴀ:
*ʀᴜᴍᴀʜ ᴅɪʟᴀɴ ʏᴀ
ᴋᴀᴋ ʀᴀɴɢɢᴀ:
*ᴇᴇᴇ... ᴋᴀʟᴀᴜ ɴɢᴀᴋ sᴀʟᴀʜ ᴊᴀʟᴀɴ 𝟽, ᴛᴇʀᴜs, ᴍᴀsᴜᴋ ʟᴇᴡᴀᴛ ᴋᴀɴᴀɴ, ʟᴜʀᴜs, ᴍᴀsᴜᴋ ʟᴏʀᴏɴɢ ᴀsʀɪ 𝟷, ᴊᴀʟᴀɴ ᴛᴇʀᴜs sᴀᴍᴘᴀɪ ᴋᴇᴛᴇᴍᴜ ʀᴜᴍᴀʜɴʏᴀ ʏᴀɴɢ ᴡᴀʀɴᴀ ᴘᴜᴛɪʜ ᴋᴇᴀʙᴜ-ᴀʙᴜᴀɴ.
ᴍᴜʟᴀɴ:
*ᴡᴀʜ, ɢɪᴛᴜ ʏᴀ ᴋᴀᴋ, ᴏᴋᴇ, ᴛᴇʀɪᴍᴀ ᴋᴀsɪʜ🙂
ᴋᴀᴋ ʀᴀɴɢɢᴀ:
*ᴏᴋᴇ ᴛᴀᴘɪ... ɴᴀᴘᴀ ᴅᴇᴋ? ᴀᴅᴀ ᴍᴀsᴀʟᴀʜ? ᴀᴘᴀ ᴅɪʟᴀɴ ɴɢᴀᴋ ʙɪsᴀ ᴅɪʜᴜʙᴜɴɢɪ?
ᴍᴜʟᴀɴ:
*ᴍᴀsᴀʟᴀʜɴʏᴀ sɪ, ɢɪᴛᴜ ᴋᴀᴋ. ᴘᴀᴅᴀʜᴀʟ ᴅᴀʀɪ ᴋᴇᴊᴀᴅɪᴀɴ ɪᴛᴜ ᴋᴀᴍɪ ᴛᴀᴋ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴋᴀʙᴀʀ ᴅᴀʀɪɴʏᴀ. ᴛᴇʀᴜs, ᴋᴀʟᴀᴜ sᴀᴍᴀ ᴋᴀᴋᴀᴋ ᴀᴛᴀᴜ ᴋᴀᴋ ᴀʀɢᴀ, ᴀᴛᴀᴜ ᴋᴀᴋ ᴋᴀʀɪɴ, ᴀᴘᴀ ᴀᴅᴀ ᴋᴀʙᴀʀ sᴇsᴜᴀᴛᴜ ᴅᴀʀɪɴʏᴀ?
ᴋᴀᴋ ʀᴀɴɢɢᴀ:
*ɴᴀʜ ɪᴛᴜ, sᴀᴍᴀ sᴇᴋᴀʟɪ ɴɢᴀᴋ, ᴀɴᴅᴀɪ ᴋᴀʟᴏ ᴀᴅᴀ ɴᴏᴍᴏʀ ᴏʀᴀɴɢ ᴛᴜᴀɴʏᴀ ᴊᴀᴅɪ ʙɪsᴀ ᴅɪʜᴜʙᴜɴɢɪ, ᴛᴀᴘɪ ᴅɪ ʜᴘɴʏᴀ ᴀɴɢɢᴀ sɪ ᴀᴅᴀ, ᴛᴀᴘɪ ᴋᴀɴ ʜᴀɴᴄᴜʀ. ᴋᴀᴋᴀᴋ ᴊᴜɢᴀ ᴘᴇʀɴᴀʜ ᴋᴇsᴀɴᴀ ᴛᴀᴘɪ... ɴɢᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴏʀᴀɴɢ sᴀᴍᴀ sᴇᴋᴀʟɪ. ᴘᴏᴋᴏᴋɴʏᴀ ɴɢᴀᴋ ᴀᴅᴀ ᴋᴀʙᴀʀ.
ᴍᴜʟᴀɴ:
*ᴏᴏ... ʙᴀɪᴋʟᴀʜ ᴋᴀᴋ. ᴛᴇʀɪᴍᴀ ᴋᴀsɪʜ ᴀᴛᴀs ɪɴғᴏʀᴍᴀsɪɴʏᴀ
ᴋᴀᴋ ʀᴀɴɢɢᴀ:
*ʏᴀ
...*****...
“Gimana? ”. Tanya Bagas sambil memasukkan tangannya kesakitan jaket coklatnya.
“Yap, denah rumah Dilan udah dapet”. Jawab Mulan yang dibalas anggukan Bagas.
Mereka pun masuk ke ruang kembali, Angga memang mengetahu dan sangan mengetahui apa permasalahannya, yaitu putus kontaknya bersama Dilan. Ia merasa kalau Dilan berencana untuk menjauhinya, tapi... Ia harus tetap dalam pemikiran yang positif dan akan yakin... Dilan tetap ada disisinya.
“Eee... Angga, Dilan ternyata dia lagi ada meeting disekolahnya dari kemarin dan... Katanya handphonenya memang ngak aktif... ”. Penjelasan Bagas terputus saat Angga menjawab dengan nada dingin.
“Kalau handphonenya ngak aktif, kok kalian bisa hubungi”.
“Oh... Tadi... Bagas adaa... Nomor kontak temannya Dilan yang sekelas... Ya... Jadi emang keliatan sibuk sih dia”. Jawab Mulan berpikir keras dan Angga hanya diam karna mengetahui kalau mereka menyembunyikan sesuatu dan itu tentunya... Tentang Dilan.
...●○●○●○●○...
Tiga jam lamanya, jam telah menunjukkan pukul 4 sore. Mulan dan yang lain minta izin untuk pamit dan, keluarga Angga kembali berterima kasih kepada mereka.
“Hufh... Kira-kira... Angga tahu ngak ya, gimana kalo Dilan menjauh dari kita! Hah! Dan Angga! ”. Seru Bagas panik tepat di telinganya Mulan, Mulan reflek menutup telinganya.
“Hus! Jangan bilang gitu dong Gas, jangan pikiran yang macem-macem deh”. Ucap Jessica khawatir.
“Udah-udah, do'ain aja ngak”. Sahut Mulan.
“Sekarang... Mau kerumah Dilan kan”. Tanya Raki.
“Yap, kak Rangga udah kirim lokasinya”.
“Okeee! Lanjooot...”. Seru Bagas kocak semberi berlari.
...●○●○●○●○...
Angga termenung dengan pandangan mata butanya. Ia memikirkan dan mencemaskan Dilan yang tiada kabar. Jika memang Devan masih ada, Ia akan menggantikan untuk menemani dirinya, tapi... Hanya ada untuk kaka “𝘈𝘯𝘥𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯” yang hanya bisa Angga ucapkan.
Rangga keluar dari kamar mandi yang ada dikamar rawatnya Angga. Ia melihat sang adik termenung dan, Ia tahu kalau dipikirannya adalah Dilan dan... Devan.
“Ngga? ”. Panggil Rangga sambil menyentuh bahu adiknya yang membuat Angga bangun dari pikirannya.
“Harus banyak istirahat, bukan melamun”. Kata Rangga yang duduk dempet dengan adiknya. Ia sangat bersyukur hingga membawa bahagia, saat pulang dari kampus saja langsung terjun memeluk Angga.
“Angga? ”. Panggil Rangga kembali yang melihat adiknya diam.
“... Lagi ingat... Dilan dan Devan”. Kata Rangga dan Angga tetap saja diam.
“... Kangen ya”. Rayu Rangga berharap sang adik membuka suara, Angga mulanya merunduk dan sekarang, berkata.. .
“Entah mengapa seperti ada perubahan yang berat sekarang... Aku tidak tahu itu pertanda apa... Tapi aku yakin... Itu pertanda kegagalan”. Kata Angga.
“Hei... Jangan pernah bilang seperti itu.. ”.
“Haha... Kalian hanya selalu mengatakan itu untuk menutup diri, sebenarnya kalian tersiksa bukan... ”.
“Angga”. Panggil kembali Rangga yang membuat kalimat adiknya terhenti.
“Kami selalu ada untuk mu Angga.. ”.
“Tapi Angga... Tidak ada untuk kalian, hanya ada untuk dijadikan beban... Semua yang kuusahakan sia-sia, hanya membuahkan hasil sebagai kegagalan? Devan saja telah tiada”. Jawab Angga dengan senyuman paksa. Rangga benar-benar trauma mendengar keputus asaan adiknya seperti itu, Ia tahu, Angga masih mengingat kejadian kejam yang Ia lakukan kepada Angga hal karna... Luapan emosi yang tak terkontrol.
“Kakak minta maaf ya, atas tindakan keras kakak yang tak terkontrol kepadamu ya, kakak benar-benar minta maaf”.
“Tidak, seharusnya Angga yang harus minta maaf, gara-gara Angga Ibu sekarang tiada lagi”. Sahut Angga.
“Angga, sudahlah, jangan pikirin lagi ya, pokoknya kakak... ”.
“Jangan sembunyikan rasa sakit itu, luapin semua didepan ku”. Tegas Angga dengan nada datar, Rangga terdiam, Ia merasa... Kalau adiknya itu sedikit trauma dengannya. Memang, itu adalah salahnya, karna tak dapat mengontrol emosi saat itu. Kesalahan adiknya tidak pasti, karna Dagreors mengambil alih pikiran Angga.
“Kamu ngak mau maafin kakak kan?... Tidak apa”. Ucap Rangga dengan nada yang melemah. Ia pun hendak ingin pergi menjauh, entah ini akalnya untuk mengalihkan pembicaraan atau untuk apa.
Lalu, Angga menyambar tangan kakaknya untuk tidak membiarkan kakaknya itu pergi dan merasa terbawa akan perkataan dirinya itu.
“Kemana?! ”. Tanya Angga.
“Udah kagak usah tahu, cuma mau keluar biar kak Rangga ini ngak ganggu ketenangan mu lagi”.
“Kagak usah main drama!, dah hampir magrib, sini aja! ”. Sahut Angga.
“Emang takut sendiri? ”.
“Ya ngak lah”.
“Yaudah bye”.
“Woi! Nanti dicari ayah, repotin tahu ngak”.
“Yaudah bilang aja, dari atas apartemen 7 sampe kelangit tujuh”. Repet Rangga spontan.
“Kalo ngomong bisa ngak kalo ngak asal ngawur cebur hah”. Balas Angga yang mulai terpojok dengan jebakan Rangga.
“Yaudah, maafin kakak apa ngak”.
“Aku yang salah”.
“Yaudah, lepas”.
“keras kepala amat ni anak”.
“Yaudah, maafin kakak apa ngak”.
“Angga yang minta maaf napa kaka?!”.
“Maafin apa ngak! ”.
“Heh, ya ya, puas! ”.
“Kagak iklas jawabannya”.
“Hufh! Ya, aku maafin dengan sepenuh hati segenap jiwa raga, saya atas nama Angga Ryanza putra, kumaafkan anda”. Gerutuh Angga.
“Hehe, kagak pake gitu juga kali, bikin malu hati abang”.
“Heh, dasar. maafin aku”.
“Ya pastinya dong, kamu kan adikku haaa! ”.
𝘉𝘳𝘢𝘬. ..
“Akh! Ngapain si KAK”.
Rangga dengan ngakak langsung lompat ke ranjang Angga yang membuat Angga berseru syok.
“Duh adikku sayang ummmuah! ”. Serang Rangga dan mencium kening sang adik.
“Aakh! Jijik tahu ngak! Awas! Perut gue kejepit! ”. Protes Angga.
“Kagak mau ah, kaka nungguin kamu sadar rindu tahu”. Sahut Rangga tak melepas pelukannya.
“Jangan sampe kata-kata mutiara gue keluar AWAS! IMPUS GUE KECABUT NANTI! ”.
“Dasar adik hahahaha”.
“Gue nyuruh lo awas dulu bukan ketawa KAAAAK”.
“Hahahahah“.
Diluar, Gidran dan 3 anaknya yang lain, Arga, Karin dan Kaila, kembali tersenyum dengan kelakuan Rangga dan Angga yang berubah. Mereka berharap, akan tetap seperti ini selamanya.
...●○●○●○●○...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
ziyas
awal dibikin tegang, akhirannya dibikin ngakak
2024-02-11
1