...2 ᴛᴀʜᴜɴ ᴋᴇᴍᴜᴅɪᴀɴ...
Dalam dunia alam bawah sadar, Angga perlahan membuka matanya, pandangannya sedikit rabu dan tak lama akhirnya jelas.
“uhuk uhuk... ”. Batuk Angga yang kini Ia terbangun. Ia sedikit syok saat melihat tempat disekelilingnya, tak ada apapun terkecuali... Sebuah lautan ghaib besar tepat saat Ia tenggelam. Ia juga melihat, rantai yang melilitnya terputus dan terlepas dari tubuhnya dan, tangan ghaib yang menariknya pun menghilang.
“Apa yang terjadi”. Katanya dalam hati.
𝘋𝘳𝘢𝘱 𝘋𝘳𝘢𝘱 𝘋𝘳𝘢𝘱...
Suara langkah kaki yang menuju kearahnya terdengar jelas, Angga menoleh dan...
𝘋𝘦𝘨...
Jantungnya kembali berdetak kencang, nafasnya kembali tersengal hal karna syok saat, melihat sesosok Devan yang berdiri didepannya.
𝘡𝘪𝘯𝘨...
Angga teringat, kalau Ia telah tak sengaja membunuh sahabatnya itu dengan tangannya sendiri, hal itu, membuat keperluan kembali terjadi, tapi... Sesosok Devan... Tersenyum manis seperti biasanya seolah-olah keadaan dalam keadaan baik-baik saja.
Devan pun, duduk disebelah Angga sambil memandang dunia yang kosong ini.
“Bagaimana keadaan mu”. Tanya Devan sambil duduk dengan topangan tangan kebelakang dan menatap langit kesadaran yang kosong. Angga diam terpaku terlarut dalam kesalahan dan... Takut.
Devan memalingkan wajahnya kearah Angga dan tersenyum.
“Kau tahu tempat ini? ”. Tanya Devan dan Angga diam seribu Bahasa.
“Hei, kamu terlebih banyak diam si... ”.
“Maaf”. Potong Angga dengan menundukkan kepalanya.
“Maaf... Telah mengecewakan kalian, Maaf...karna ulah ku... Kau tiada begini”. Ucap Angga sesak dengan menggeram tangannya. Devan tersenyum dan berkata.
“Bangkitlah Angga..... ”.
...●○●○●○●○...
𝘊𝘦𝘬𝘭𝘦𝘬~
Pintu rumah ruang 509 terbuka, Rangga yang duduk sedang menjaga sang adik seketika sedikit syok. Dan ternyata, itu adalah teman sang adik yang bernama Mulan.
“Assalamu'alaikum kak, loh... Kok sendiri”. Tanya Mulan.
“Yang lain lagi sibuk, kamu... Ngak sekolah? ”. Tanya Rangga.
“Haha, aku diberi libur sama guru selama 3 hari dan nyuruh selesain tugas, hehe”. Jawab Mulan dan dibalas senyuman Rangga.
Rangga sempat takjub dan terpukau dengan Mulan, ya!, karna aksi drmatis dan nyali Mulan yang cukup kuat yang terjadi pada saat itu.
“Oh ya kak, ini mama ku ada buatin beberapa makanan untuk kakak makan, dimakan ya”.
“Alhamdulillah, repotin aja... ”.
𝘡𝘪𝘪𝘯𝘨~~
Belum selesai ucapan Rangga, tiba-tiba, ponselnya berdering yang merupakan pesan yang masuk dari temannya.
...ᴛᴏɪᴅ...
...[ʙʀᴏ, ʟᴏ ɢɪᴍᴀɴᴀ sɪʜ, ᴄᴇᴘᴇᴛ ʟᴏ ʙᴀʟɪᴋ ᴋᴇsɪɴɪ ᴡᴏɪ!. ɪᴛᴜ ᴘᴀᴋ ᴅᴏsᴇɴ ᴜᴅᴀʜ ᴍᴇʀᴇᴘᴇᴛ ɴɢᴀᴋ ᴊᴇʟᴀs ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋɪᴛᴀ]...
...ʀᴀɴɢɢᴀ...
...[sᴀʙᴀʀ ʏᴀ ʙʀᴏ, ɢᴜᴇ ʟᴀɢɪ ᴀᴅᴀ ᴜʀᴜsᴀɴ]...
...ᴛᴏɪᴅ...
...ᴊᴀɢᴀ ᴀᴅɪᴋ ʟᴏ? ɢᴜᴇ ᴘᴀʜᴀᴍ, ᴛᴀᴘɪ sᴇᴛɪᴅᴀᴋɴʏᴀ ʟᴏ ɴɢᴇʀᴛɪ ᴋɪᴛᴀ ᴊᴜɢᴀ ɢᴀ, ʙᴀɴʏᴀᴋ ʏᴀɴɢ ᴜᴅᴀʜ ᴋᴇʟᴜᴀʀ ᴅᴀʀɪ ʀᴜᴀɴɢ ᴋɪᴛᴀ. ʟᴏ ᴜᴅᴀʜ sᴇʟᴀᴍᴀ 𝟸 ᴍɪɴɢɢᴜ ɴɢᴀᴋ ᴍᴀsᴜᴋ sᴇᴋᴀʀᴀɴɢ ʙᴇʀᴀᴘᴀ ʟᴀᴍᴀ ʟᴀɢɪ. ...
...ᴛᴏɪᴅ...
...ɢᴜᴇ ɴɢᴀᴋ ᴍᴀᴜ ᴛᴀʜᴜ ɢᴀ, ᴅᴇᴍɪ ʟᴏ sᴇɴᴅɪʀɪ, ʟᴏ ʜᴀʀᴜs ᴋᴇᴋᴀᴍᴘᴜs sᴇᴋᴀʀᴀɴɢ ᴊᴜɢᴀ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ᴅᴏsᴇɴ ᴋᴇʟᴜᴀʀɪɴ ʟᴏ ᴅᴀʀɪ sɪɴɪ. ...
...ʀᴀɴɢɢᴀ...
...ʜᴀʜ... ʏᴀ ʏᴀ. ...
...ᴛᴏɪᴅ...
...ɴᴀʜ ɢɪᴛᴜ ᴅᴏɴɢ, ᴋᴀɴ ɴɢᴀᴋ ᴄᴀᴘᴇ ɢᴜᴇ ᴋᴇʟᴜᴀʀɪɴ ᴇᴍᴏsɪ ɢᴜᴇ. ...
...ʀᴀɴɢɢᴀ...
...ᴅᴀsᴀʀ...
...*****...
Rangga mengakhiri pesan dari teman barunya yang bernama Todi, sengaja itu diubah biar kece aja, hehe. Rangga menghela nafas panjangnya, Ia hanya memiliki 2 pilihan, Angga? Atau Dosen?
“Ada apa kak, kok gelisah gitu”. Tanya Mulan yang melihat ekspresi Rangga.
“Ee... Tidak, cuma... Kakak udah lama ngak balik kekampus, jadi ya... Kena omelan lah”. Jawab Rangga pasrah, Ia memang pernah kena tegur tegas oleh pimpinannya hal karna yang sama juga.
“Nah kan, baiknya kakak balik dulu sana ke kampus, soal Angga, serahin ke aku aja”. Jawab Mulan.
“Ngak apa nih, aduh kakak jadi ngak enak”.
“Haha, ngak kok”.
Dengan perasaan yang berat, Rangga pun melepas Angga ditangannya Mulan sementara, Lagipula Ia juga terburu-buru dan telat.
“Terima kasih ya, yaudah kalo gitu, kakak berangkat dulu, assalamu'alaikum”. Ucap Rangga sambil menenteng tas hitamnya.
“Waalaikumsalam, Hati-hati”. Jawab Mulan layaknya seorang adik kandung.
Dirinya pun duduk dikursi yang bersebelahan dengan ranjang Angga dan tepat disamping jendela. Mulan melihat Angga yang tertidur dengan selang yang di hidungnya yang terhubung dengan oksigen.
Apalagi, Ia merasa sedikit aneh dengan Dilan, tidak pernah bertemu, padahal jalan pulang searah, bahkan menurut kabar, Ia satu sekolah dengan Mulan, dan juga Dilan keseringan of, padahal Ia orangnya dulu banyak bicara dan kalo chat pun ngak terkira tapi, sejak Devan telah tiada, perubahan pun terjadi secara perlahan.
“Moga kamu, menerima jika semua perubahan telah terjadi ya Ngga”. Kata Mulan sambil melihat Angga yang tertidur disana, Ia hanya bisa berharap, kalau kejadian yang sama kan tak akan kembali terjadi atau... Semakin parah hal karna makhluk yang menyebalkan itu.
...●○●○●○●○...
“Aku akan selalu ada untukmu dan Dilan meski, kita sekarang berbeda alam, tapi…itu tidak dapat membuat kita menjauh dan melupakan satu sama lain. Ingatkan apa kata gelang ini”. Sambung Devan sambil memperlihat gelang di lengan mereka, hal itu membuat Angga kembali kekenangan dan membuat Ia diam.
“Tidak ada kata untuk berpisah untuk kita. Gelang bisa saja putus tapi, bisa kembali di eratkan seperti kita... Selama... Rasa pertemanan kita masih kuat, masih erat... Ingat... Tidak ada kata untuk... Berpisah... aku ngak akan ninggalin kalian”.
𝘋𝘦𝘨~
...●○●○●○●○...
Tiba-tiba, Angga menggerakkan jari telunjuknya dengan perlahan dan patah-patah, nafas yang terlepas terlihat berubah. Mata Mulan berbinar-binar, Ia pun menekan bel untuk memanggil dokter.
Dokter pun tiba, beliau pun langsung memeriksa detak jantung, nadi dan nafas Angga. Dokter melepas stetoskopnya dan menyangkutnya di leher.
“Gimana dok”. Tanya Mulan berbinar-binar.
“Alhamdulillah, Angga dalam keadaan yang normal, dan baik-baik saja. Dan diharapkan, untuk tidak membuat Ia terlalu banyak pikiran dan mohon memperbanyak dirinya untuk beristirahat”. Jelas dokter dengan senyumannya.
“Alhamdulillah, baik, Terima kasih dok”. Jawab Mulan yang begitu senang dan tentunya syukurnya.
“Baiklah, saya izin pamit”.
“Silahkan dok, sekali lagi, terima kasih banyak”.
“Dev?... ”.
Suara Angga mulai terdengar dengan memanggil nama sahabatnya dengan suara yang melemah. Mulan mendekat dan Angga perlahan membuka matanya. Ia awalnya sedikit bingung karna yang Ia lihat hanyalah gelap, dan gelap.
“Angga? Akhirnya kamu sadar”. Kata Mulan senang, dan sedikit membuat Angga syok saat mendengar suara disampingnya dan, Ia bisa menebak suara tersebut dengan tepat.
“Mu_lan? ”. Ucap Angga.
“E e eh! Pelan-pelan atuh, kan baru sadar jangan asal bar-bar dulu”. Kata Mulan sambil menghalangi lelaki itu untuk bangun sendiri. Ia pun membantunya untuk duduk dengan sandaran ditempat tidurnya.
Warna mata Angga terlihat pudar dari warna aslinya, dirinya membuka mata tapi, tidak dengan penglihatannya secara langsung.
“Lan?… kok… gelap? ”. Tanya Angga sedikit nada bingung yang bercampur panik.
Seketika, membuat ekspresi Mulan berubah dan berkata. “Ngga... Kata dokter... Kamu mengalami buta permanen”.
𝘋𝘦𝘨~
“Buta? ”.
Angga sedikit syok mendengar jawaban dari temannya itu dan, kembali teringat akan Ia tak dapat mengontrol dirinya sampai-sampai, Ia mencolok matanya sendiri hingga, kini menjadi parah.
“Sudahlah... Kamu jangan banyak pikiran dulu oke, rileks dulu. Mau... Minum? Makan?”.
“Tidak”. Jawab Angga singkat dan putus asa yang membuat Mulan menjadi sedih melihatnya.
“Ngga, jangan patah semangat dan putus asa ya. Ini semua telah menjadi tantangan dan ujian. Jangan biarkan, hati dan gairah mu menjadi buta hal karna, matamu... Oke”.
Mendengar kata-kata tersebut, seketika mampu membuat Angga tersenyum kecil dengan arah pandangan yang sama.
“Ha? Lucu ya”. Ucap Mulan terkekeh.
“Tidak, makasih ya”. Jawab Angga tersenyum dengan pandangan mata pada tempat yang sama karna, tak dapat melihat disekitarnya, matanya hanya tertuju pada satu tempat.
“Gitu dong”. Jawab Mulan.
“Berapa lama aku tertidur”. Tanya Angga.
“Eee... Sekitar... 2 tahun 6 bulan, otomatis kamu udah kelas satu SMA”. Jawab Mulan simpel yang membuat Angga tertegun.
“2 tahun?! ”.
“Yap, hampir bikin jantung lepas kah hanya ketinggal jaman sekolah selama itu”. Oceh Mulan yang mulai banyak berbicara.
“Dasar... Yang lain mana?”. Tanya Angga kembali.
“Mereka lagi sibuk, kan jam sibuk”. Jawab Mulan sambil mengetik pesan kepada keluarga Angga untuk memberitahukan kalau Ia telah sadar.
“Dilan? ”.
Mendengar pertanyaan yang kali ini, Mulan tidak asal menjawab dengan apa yang dipikirannya melalui pikiran yang ngak ngak, jangan sampai temannya itu mulai lagi.
“Kayaknya... Lagi sibuk juga deh, kan dia sekolah, nanti pasti dia datang kok”.
“Oh”.
Angga, kembali teringat akan setiap kejadian yang Ia lakukan sebelum Ia berakhir koma. Ia mengingatnya dengan jelas, dari tiap penghinaan, Ibunda meninggal, meninggalnya para penghianat dan... Meninggalnya sahabatnya, Devan.
“Mulan”. Panggil Angga.
“Ya”.
“Soal kejadian yang terjadi pada tahun yang lalu... Itu yang membuatku seperti ini kan? Lalu... Pria, Ibu dan Devan... Benar-benar tiada kan”. Tanya Angga sesak dengan kepastian untuk menentukan benar, atau tidak.
“Kau mengingatnya? Semua? ”. Tanya Mulan.
“Ya”.
“... Udahlah, lupakan kejadian itu. Jangan sampai membuatmu kembali trauma atau apapun. Itu kejadian yang lalu, lupakan saja... Apalagi kamu baru sadar, jangan banyak pemikiran dulu ya... Jangan buat semua jadi khawatir”. Jawab Mulan.
“Maaf”. Ucap Angga kembali.
“Hem? ”.
“Maaf telah membuat kalian resah, susah dan... Menjadi seperti ini karna ke egoisan ku... Aku memang tak bisa diandalkan”. Kata Angga patah tekadnya. Mulan tersenyum dan berkata.
“Hei, jangan bicara seperti itu, sudah menjadi kewajiban bagi keluarga, teman, bahkan sahabat untuk membantu. Kami tidak resah atau susah terhadap mu Ngga ...asalkan, itu membuatmu lebih berjuang menghadapi semua”. Jawab Mulan.
“Kau tahu, aku benci kepada diriku sendiri. Semua masalah, semua rasa sakit yang ikut kalian rasakan, karna ulah ku. Seolah-olah, diriku tak mempunyai hati, beban... Dan.. ”.
“Sst”. Putus Mulan.
“Tidak ada, kata beban untuk kami. Tidak ada. Kami hanya menginginkan kamu kuat Angga, apalagi kamu telah dalam genggaman makhluk hitam itu... Apakah kamu mau menjadi bagian darinya?.... Bahkan kami juga tidak. Kami datang untuk mendukung, kami datang untuk membela bukan untuk... Membiarkanmu begitu saja... Sekarang... Buktikan... Kalau kamu itu kuat, kamu bisa... Buktikan kepada Ibu dan Devan... Ingat... Manusia yang memiliki perjuangan... Tak mungkin lemah”.
Jawab Mulan menguatkan semangat Angga, Angga kembali tertegun dengan kata-kata yang berharga itu. Selama ini, memang benar, penghianatan boleh terjadi tapi... Ingat perhatian tidak boleh berhenti.
“Kami yakin kamu bisa, semua kekuatan... Ada pada tanganmu, kami ada... Untuk... Menjadi tameng dukungan dan pertahanan untukmu”. Jawab Mulan sambil bangkit semangat, Angga kembali tersenyum tipis.
“Hei, tiap kata-kata ku lucu atau konyol apa sampe senyam senyum gitu.
”Bermakna tahu“. Jawab Angga dengan senyumannya.
”Wah, jangan gara-gara ku kamu kebanyakan senyum, banyak kaum hawa mencarimu nanti, sayang tuh nanti, Sara, Jian sama Jessica sampe kecewa sama kamu“. Kata Mulan yang mulai terlihat berisik.
”Ada-ada aja, tumben banyak bicara“. Sahut Angga.
”Ada mulut ada suara, ada orang, yang bicara. Hahaha“.
”Dasar“.
”𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘓𝘢𝘯, 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘴𝘪 𝘬𝘦𝘬𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘶𝘭𝘶, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘯𝘪... 𝘔𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘯𝘰𝘳𝘮𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢... 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘺𝘢, 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘯𝘢𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢“.
...●○●○●○●○...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
ziyas
sungguh sangat menyayat hati
2024-02-09
2
💞Amie🍂🍃
Auahhh gelap
2023-11-17
1