Semakin Sania berteriak. Semakin brutal keempat laki-laki itu memperlakukan Sania bak Binatang. Berkali-kali Sania terkena tamparan. Hingga membuat Sania roboh dan tak sadarkan diri.
Sania hanya pasrah apa yang akan dilakukan oleh keempat laki-laki biadab itu. Menjerit Pun percuma tak ada yang mendengar, melawan pun tak mungkin dengan satu dibanding empat.
Mereka dengan kekerasan memperlakukan Sania bak budak nafsu. Dan mengoyak kesucian Sania. Sania hanya bisa menjerit dan minta ampun berkali-kali mengatakan salahku apa?
Namun belas kasian ke empat laki- laki itu tak reda juga setiap mendengar jeritan Sania.
Semakin Sania mohon ampun semakin brutal keempat laki-laki yang sudah di rasuki nafsu setan memperlakukan Sania. Hingga tubuh Sania lemas tak berdaya dan berkali-kali jatuh pingsan.
Namun belas kasian ke empat laki- laki itu tak reda juga setiap mendengar jeritan Sania.
Semakin Sania mohon ampun semakin brutal keempat laki-laki itu memperlakukan Sania. Hingga tubuh Sania lemas tak berdaya dan berkali-kali jatuh pingsan.
***
Dalam ruangan mewah, Berdiri seorang laki-laki bernama Bastian Wibisono. Ia seorang bos besar yang terkenal kejam. Ia mondar mandir di dalam ruangannya yang terjaga dua orang laki-laki di depan pintu tertutup, dengan pakaian serba hitam dan berwajah sangar.
"Kenapa hari ini perasaanku tidak enak?" pikir Bastian.
Bastian segera meraih ponsel yang ada di atas meja. Ia ingin menghubungi Daniel asisten pribadinya.
Dua hari yang lalu Daniel diberi tugas oleh Bastian untuk mencari seorang perempuan yang biasa berdiri di depan kampus Tri Buana untuk menunggu jemputan. Perempuan itu tak lain adalah putri dari tuan Edward yang bernama Sania. Sania merupakan target pembunuhan Bastian sebab dendam lama.
Bastian sudah memberikan Foto pada Daniel. Dengan lokasi dimana Sania sering berada. Dan Bastian pagi tadi sudah mendapat berita kalau Sania putri tuan Edward sudah berada di gudang tempat eksekusi.
"Halo Daniel! Bagaimana tugasmu?" tanya Bastian dalam ponsel.
"Tugas sudah terlaksana dengan rapi. Tinggal eksekusi ke neraka yang belum terlaksana. Anak buah saya masih beraktivitas di dalam.
"Tunggu dulu, aku hendak ke sana! Aku hendak menyaksikan sendiri bagaimana putri tuan Edward sekarat?"
Bastian segera menutup ponselnya. Dan berlari kecil keluar ruangan menuju mobilnya yang terparkir di halaman markas.
Sedan hitam mewah yang dikemudikan Bastian melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan raya. Jalan begitu lengang hanya terlihat genangan air dari derasnya hujan yang mengguyur aspal. Dan kilat sesekali mengeluarkan cahayanya. Serta petir menyambar bak memecah dunia.
Pikiran Bastian semakin bergejolak, apalagi dengan tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya di sertai angin kencang dan petir menggelegar bak memecah dunia suasana menjadi gelap.
"Ada apa ini? Kenapa perasaanku tak enak?" batin Bastian. Bastian semakin mempercepat laju mobilnya.
Dalam hitungan tiga puluh menit mobil Bastian sudah sampai di tempat tujuan. Ia dengan cepat turun.
"Dimana tawanan kita?" tanya Bastian pada Daniel yang berdiri tegang di depan pintu utama.
"Masih ada di dalam, Tuan!"
Dengan langkah tak sabar Bastian menuju pintu belakang. Dan membuka dengan kasar.
Bastian berdiri di depan pintu yang mana pintu sudah otomatis tertutup sendiri. Bastian terlambat, keempat laki-laki sudah berpakaian semua.
Ia terbiasa melihat pemandangan kekerasan yang di lakukan anak buah Daniel pada laki-laki di tempat ini. Tapi lain dengan apa yang di lihat Bastian hari ini.
Seorang wanita mengiba dengan tanpa sehelai benangpun ada ditubuhnya.
Ia bersimpuh di kaki salah satu anak buah Daniel dengan menangis tersedu-sedu mohon ampun.
Ampun Tuan, Ampun ...! Salah saya apa? Bunuh saja saya. Jangan siksa saya seperti ini. Kau punya ibu, kau juga punya anak kalau diperlakukan seperti saya bagaimana perasaan Tuan?"
"Plaakk!"
Sebuah tamparan keras mengenai pipi Sania hingga Sania roboh kelantai.
Tiba-tiba salah satu laki-laki yang ada di dekat Sania menjambak rambut Sania. Hingga kepala Sania mendongak persis menghadap wajah laki-laki itu.
Bastian yang masih berdiri dengan melihat cara kerja anak buah Daniel. Mengamati wajah Sania. Tiba-tiba Bastian menghentikan kegiatan anak buah Daniel.
"Cukup hentikan ...!" teriak Bastian yang membuat kaget semua yang ada di ruangan itu. Dan melihat arah suara Bastian. Satu per satu mereka minggir menjauhi Sania.
Bastian melangkah mendekati Sania yang tergeletak di lantai dengan posisi seperti udang.
Bastian meraih kain penutup meja yang ada di dekatnya. Dan menutupi tubuh Sania yang sudah lemas tak berdaya dengan melilitkan kain itu ke tubuh Sania.
Pelan-pelan Bastian membalikan tubuh Sania. Ia melihat Sania diam tak bergerak. Hanya genangan darah di sudut bibir Sania yang menetes di lengan Bastian.
"Ia pingsan," lirihnya dengan mengusap darah yang ada di sudut bibir Sania.
Bastian mengamati wajah Sania dengan seksama. Dengan membolak balikan wajah Sania. Ia terperanjat.
"Ini bukan Sania putri tuan Edward!" Teriak Bastian.
Bastian yakin, ia bukan Sania putri Tuan Edward yang merupakan target pencarian. Dan rambut Sania putri tuan Edward pendek lurus sebahu. Tapi perempuan ini rambutnya panjang ikal panjang. Dengan panik Bastian berteriak memanggil Daniel asisten pribadinya.
"Daniel ...!" teriak Bastian.
Mereka yang ada di ruangan kaget mendengar teriakan Bastian. Mereka saling berpandangan.
Daniel yang berdiri di dekat pintu dengan segera mendekati Bastian.
"Siap, Tuan! Apa yang harus saya kerjakan lagi?"
"Bawa perempuan ini ke rumah induk. Suruh bibi Syanti merawatnya."
Daniel kaget mendengar perintah Bastian. Namun ia tak berani membantah perintah Bastian. Daniel dengan segera menyuruh anak buahnya mengangkat tubuh Sania yang sudah tak berdaya ke dalam mobil. Sebelum Sania dibawa ke mobil. Bastian berpesan agar tak satupun anak buah Daniel yang boleh menyentuhnya apalagi berbuat kasar.
"Siap tuan!" Daniel segera keluar mengikuti anak buahnya.
Tubuh Bastian gemetar. Wajahnya menjadi pucat. Ia mengutuk anak buah Daniel yang gegabah dalam melakukan tugas.
"Sialan ...! Kenapa bisa salah sasaran.?" gumam Bastian.
Bastian yang seperti orang bingung. Tiba-tiba matanya tertuju pada ransel yang tergeletak di lantai.
Bastian meraih tas itu. Ia yakin kalau tas ransel yang tergeletak itu milik Sania. Perlahan Bastian membukanya, dan satu per satu ia keluarkan isi tasnya. Ia ingin tau identitas perempuan itu.
Mata Bastian tertuju dompet kecil berwarna merah. Ia dengan cepat membukanya dan mengambil sebuah kartu kecil. Bastian tersentak kala melihat alamat yang tertera dalam KTP itu.
"Saniarita. dari kampung Cimanggis?" lirihnya.
Bastian kaget dengan mata membulat sempurna. melihat nama yang tertera dalam KTP. Sama persis nama anak tuan Edward. Wajahnya pun hampir mirip. Tapi Bastian yakin kalau perempuan itu bukan anak tuan Edward.
Bastian memukul meja untuk melepaskan kekesalannya.
"Sialan ...! Kenapa bisa salah sasaran. Dasar goblog, diserahi begitu saja nggak becus." lagi-lagi umpatan keluar dari mulut Bastian.
Bastian meraih tas ransel milik Sania dan dibawa keluar. Dengan cepat Bastian memacu mobilnya menuju markas. Rumah yang biasa dijadikan tempat transaksi bisnis hitamnya.
***
Perlahan Sania membuka matanya. Ia memandang sekeliling, semua tampak asing. Sania berusaha bangun dari pembaringannya. Namun sepertinya rasa sakit di sekujur tubuhnya membuat dirinya susah bergerak.
"Aduuhh ...!" suara keluar dari mulut Sania dengan memegang keningnya.
"Kenapa kepalaku pusing? Dan tubuhku sakit semua?" Sania kembali lagi menghempaskan tubuhnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Raden Aska
Bastisn gila
2023-12-15
1
Tarmi Widodo
kasian sania
2023-11-02
1
Joko Irianto
cerita yang bagus lanjut jangan berhenti update thor
2023-11-01
1