Danisa sakit

.

.

.

Pagi ini Danisa bermalas-malasan di dalam kamar, bahkan dia tidak membantu ibunya untuk menyiapkan masakan untuk berjualan. Danisa meratapi kesalahan serta kebodohannya, dia masih menangisi apa yang terjadi semalam.

Mengetahui anak perawannya belum keluar kamar, tidak membuat ibu Marlina untuk langsung menghampiri Danisa. Dia beranggapan mungkin Danisa masih ada pekerjaan kantor yang harus diselesaikan sehingga tidak membantunya di dapur.

Namun sampai jam setengah 7 dan ibu Marlina sudah membuka warung makannya. Danisa tak kunjung keluar dari kamar juga, dan hal itu berhasil membuat Ibu Marlina khawatir dengan Danisa. Apa Danisa sakit? Atau sudah terjadi sesuatu dengan Danisa di dalam kamar sana?

Ibu Marlina meninggalkan warungnya untuk melihat keadaan Danisa.

Tok

Tok

Tok

Ibu Marlina mengetuk pintu kamar Danisa, meskipun itu rumahnya, ibu Marlina tidak mau lancang langsung masuk ke kamar Danisa tanpa permisi. Setiap orang pasti mempunyai privasi masing-masing, meskipun itu anaknya sendiri.

" Danisa, kamu baik-baik saja nak? Apa kamu tidak ke kantor?."Seru ibu Marni dari balik pintu kamar Danisa.

Cekleeekkk

Ternyata pintu kamar Danisa tidak terkunci, ibu Marlin melangkahkan kakinya secara perlahan dan mendekati Danisa. Danisa sendiri masih berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut. Sebenarnya dia tidak tidur, tapi hanya pura-pura tidur saja sebab dia juga merasakan kepalanya yang sangat pusing.

" Kamu sakit nak?."Seru ibu Marlina lalu memegang kepala Danisa.

" Danisa, badan kamu panas nak? Kenapa kamu tidak bilang sama ibu kalau kamu sakit nak."Seru ibu Marlina terlihat khawatir dengan keadaan Danisa.

Danisa membuka matanya namun tidak berani memandang wajah ibunya. Saat ini matanya bengkak karena semalaman dia menangis.

" Danisa tidak apa-apa bu, hanya sedikit pusing saja. Ibu jangan khawatir ya, setelah minum obat pasti pusingnya juga hilang. Maaf ya bu, tadi Danisa tidak bisa membantu ibu menyiapkan makanan. Mungkin efek semalam lembur dan di rumah juga masih mengerjakan laporan, makanya jadi pusing begini."Ucap Danisa sengaja berbohong kepada ibu nya.

" Kamu bohong !! Pasti kamu juga sedang ada masalah, lihatlah mata kamu saja bengkak dan pasti kamu habis menangis? Danisa, kamu tidak bisa berbohong sama ibu. Sekarang ini kita ke dokter saja, agar ketahuan kamu sakit apa. Setelah itu kamu baru cerita sama ibu, masalah apa yang sedang kamu hadapi."Ucap ibu Marlina tidak percaya begitu saja dengan yang di ucapkan Danisa.

" Danisa tidak apa-apa bu, beneran Danisa tidak bohong. Bu, warung siapa yang menunggu kalau ibu ada di sini. Kasihan para pembeli yang mau sarapan bu, ibu kembali saja ke warung. Nanti Danisa sehabis mandi menyusul ibu ke warung untuk sarapan."Ucap Danisa dengan lembut tetap menyembunyikan kesedihannya dari sang ibu.

Ibu Marlina tidak menolak, dia pun bergegas kembali ke warung. Dan benar saja, di warungnya sudah ada beberapa pelanggan yang datang untuk sarapan.

Danisa turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Danisa harus bangkit, dan harus bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Danisa berniat untuk menjauhi Devano dan mengundurkan diri dari perusahaan.

Sementara itu, siang ini Devano membuat janji dengan Marvin. Dia akan memberitahu Marvin soal yang semalam terjadi dengannya, dia ingin meminta solusi dari Marvin.

" Ada apa kamu mengajakku makan siang? Apa kamu tidak mengajak Danisa juga? Parah kamu Dev, padahal kalian itu satu kantor tapi kenapa tidak mengajak Danisa sekalian."Seru Marvin terlihat kesal.

Belum apa-apa Marvin sudah kesal karena Devano tidak mengajak Danisa. Padahal mereka adalah tiga sahabat, dan sekarang juga sudah lama berkumpul bersama.

* Baru aku tidak mengajak Danisa saja Marvin sudah marah dan kesal begini. Bagaimana kalau dia tahu semalam aku sudah membuat Danisa menangis. Tidak, aku tidak boleh memberitahu Marvin yang ada aku pasti akan di hajarnya.*Gumam Devano dalam hatinya.

" Ohh itu, aku hari ini tidak ke kantor Vin. Aku tadi pagi ada meeting di luar dan aku berangkat langsung dari rumah. Emm.. apa kamu sudah punya pacar Vin?."Tanya Devano sengaja mengalihkan pembicaraan.

Haaahhhh

Marvin merasa jika pertanyaan Devano tidak bermutu, terlihat sekali dia berbasa-basi. Sebagai teman yang sudah mengenal dari kecil, tentunya Marvin tahu jika Devano mengajaknya bertemu ada sesuatu yang ingin dia bicarakan.

" Jangan berbasa-basi kamu, Dev. Katakan saja, sebenarnya ada apa?."Seru Marvin tidak mau Devano membuang-buang waktu nya hanya untuk meladeni pertanyaan tidak jelas dari Devano.

Devano mencoba mencari alasan yang bisa di percaya oleh Marvin. Hingga akhirnya dia menemukan alasan yang tepat.

" Kamu tahu kan kalau pertunanganku dengan Febri batal karena Febri yang lebih memilih mengejar kariernya. Menurutmu jika aku tetap menunggu Febri, apakah aku pria yang bodoh? Aku sangat mencintai Febri, Vin."Seru Devano bicara dari hatinya yang paling dalam.

* Semoga Danisa tidak hamil, agar aku tidak menikahinya. Aku tidak mungkin menikah dengan Danisa, kedua orang tuaku juga pasti tidak akan setuju. Apa lagi Danisa dari kalangan biasa, aku boleh berteman dengan siapapun tapi jika menikah tetap dengan wanita dari keluarga yang selevel.*Gumam Devano dari dalam hatinya.

Marvin tahu jika Devano memang sangat mencintai Febri, dia sangat-sangat bucin kepada Febri. Yang namanya cinta memang tidak bisa untuk di paksakan, mau sekeras apapun Marvin meminta Devano untuk mencintai Danisa, jika dalam hati Devano ada wanita lain tentunya tidak akan pernah bisa.

" Kamu tidak bodoh, kalau kamu memang mencintai Febri pertahankan hubungan kalian dan saling setia. Jangan lupa tetap jaga komunikasi dengan baik, apa lagi kalian LDR. Suatu saat nanti, aku yakin Danisa akan mendapatkan cinta dari pria yang tepat."Ucap Marvin dengan bijak.

Dari mereka bertiga memang Marvin yang bisa bersikap lebih dewasa dan bijak. Sehingga Danisa dan Devano menjadikannya tempat untuk curhat.

Raut wajah Devano seketika berubah pias saat Marvin menyebut nama Danisa. Tidak dapat dipungkiri, jika saat ini Devano sangat merasa bersalah. Tapi dia tidak bisa mengakui semua perbuatannya dihadapan Marvin.

" Iya Vin, terima kasih untuk saran dan nasehatnya. Emm.. kalau begitu aku permisi ya, aku masih ada jadwal meeting dengan klien."Seru Devano secara buru-buru dia pergi.

* Ada apa dengan Devano? Ada yang aneh dengan anak itu, tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Kalau diperhatikan, sedari tadi dia nampak berbeda dan sedikit gugup saat bicara dengan ku.*Gumam Marvin dalam hatinya.

" Belum juga jadi makan siang dia sudah main begitu saja. Kalau tahu sibuk kenapa tadi dia mengajak makan siang? Hemmm kali ini Devano sangat aneh, ya sudahlah aku makan sendiri."Ucap Marvin bicara pada dirinya sendiri.

Selesai makan siang, Marvin pun kembali ke perusahaannya. Orang tua angkat Marvin termasuk orang berada, Papanya seorang menejer di salah satu bank swasta dan mamanya mempunyai usaha salon kecantikan. Namun Marvin tidak mau berpangku tangan, dia bekerja sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

*************

Terpopuler

Comments

Praised94

Praised94

terima kasih 👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2023-11-16

0

jhon teyeng

jhon teyeng

sulit juga kl Dev punya pikiran semua hrs selevel,

2023-11-03

0

Sang bulan

Sang bulan

Bodoh kamu Dev

2023-10-31

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 57 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!