.
.
.
Dua minggu berlalu.
Danisa masih saja menyembunyikan perasaannya, dia tidak mau Devano tahu jika dia mencintainya. Namun, Danisa tetap bersikap biasa saja, meskipun hatinya sangat sakit.
Kedekatan Devano dan Danisa saat di kantor sudah tidak asing lagi. Para karyawan sudah tahu jika Devano dan Danisa hanya berteman, bahkan memang sudah berteman dari mereka kecil.
" Dan, kamu itu sudah lama kan jadi teman nya Tuan Devano. Heemm apa kamu tidak ada perasaan gitu sama tuan Devano?."Tanya Tiara saat mereka sedang makan siang di kantin.
Diantara mereka juga ada Lena, teman satu devisi Danisa dan Tiara.
Danisa menggelengkan kepalanya dengan cepat, sebisa mungkin dia menutupi perasaan nya. Jika orang kantor tahu, dia pasti akan malu. Apa lagi kabar pertunangan Devano sudah tersebar di kantor.
" Kamu ini aneh-aneh saja sih pertanyaannya. Aku dan Devan serta Marvin itu sudah berteman dari kecil, aku sudah menganggap mereka itu kakakku sendiri. Jadi mana ada aku jatuh cinta sama kakakku sendiri, jangan ngaco deh kamu."Ucap Danisa sambil mengulas senyuman.
" Ya siapa tahu kamu jatuh cinta, secara Tuan Devano kan gantengnya paripurna pasti banyak yang jatuh cinta sama dia, termasuk kamu. Tapi, Marvin itu juga tidak kalah ganteng juga sih. Iya gak Len?."Seru Tiara.
" Betul."Jawab Lena sambil mengacungkan jempol tangannya.
" Sudah cepat makan, jangan bicara terus. Yang ada makanan kalian tidak akan habis-habis, jam istirahatnya yang sudah mau habis."Ucap Danisa menghentikan obrolan tentang Devano.
Sementara itu, di tempat lain. Devano sedang bertengkar hebat dengan calon tunangannya, Febri. Febri ingin menunda pertunangan mereka sebab Febri masih terikat kontrak dengan manajemennya. Febri menerima kontrak kerja sama baru tanpa sepengetahuan Devano, padahal Devano sudah melarang Febri untuk bekerja menjadi seorang model.
Tanpa Febri bekerja, Devano bisa memberikan apa saja yang Febri minta. Bahkan mobil dan apartemen pun sudah Devano berikan, dan uang bulanan pun sudah Devano berikan.
" Dev, tolong mengertilah. Menjadi seorang model adalah keinginanku dari dulu, ini kesempatan ku untuk mengembangkan karier ku. Tidak lama kok Dev, hanya 1 tahun saja kita tunda pertunangan kita ini. Aku nanti malam harus sudah berangkat ke LA."Ucap Febri memohon.
" Aku tetap tidak setuju ! Jika kamu tetap pergi, berarti kamu lebih memilih hubungan kita berakhir."Ucap Devano dengan marah.
" Tidak Dev. Aku tidak mau hubungan kita berakhir, aku sangat mencintai kamu Dev. Tapi karier ku ini juga penting."Ucap Febri tetap pada pendiriannya.
" Kamu tidak perlu bekerja, Feb. Aku bisa memberikan apa saja untukmu. Kamu mau apa tinggal bilang, Feb."Seru Devano.
" Maaf Dev, aku tidak bisa. Aku tetap ingin mengambil kesempatan ini, aku nanti malam akan berangkat dan aku harap dalam 1 tahun ini kamu tetap setia denganku."Ucap Febri lalu dia melangkah keluar dari ruangan Devano.
Febri tidak mau berlama-lama menghadapi amarah Devano.
Arrggghhh...
Brraaakkkk braaakkkk
Devano berteriak sembari membuang apa saja yang ada di atas meja kerjanya. Bahkan laptop pun tidak luput dari amukannya, Devano seperti orang yang keset4n4n.
" Febri, kamu tidak menghargaiku sama sekali."Ucap Devano penuh amarah.
Devano keluar dari ruangannya, saat ini fikirannya kacau dan sudah tidak konsentrasi lagi untuk bekerja.
" Mega, cancel semua meeting hari ini."Seru Devano dengan tegas.
Haaahhhh ? Cancel?
Mega langsung melongo seperti burung beo yang bengong. Pasalnya siang nanti ada makan siang sekaligus meeting dengan klien dari Jepang. Dan tidak mungkin untuk di cancel karena saat ini klien sudah ada di Indonesia.
" Tapi tuan, siang nanti ada meeting dengan Tuan Hikaru dari Jepang. Dan kerja sama ini sudah terencana dari tahun lalu, mana bisa di cancel secara mendadak seperti ini Tuan."Seru Mega dengan wajah kebingungan.
" Terserah kamu !! Aku tidak mau menghadiri meeting itu, kamu saja yang datang karena aku tidak mood untuk bekerja !."Bentak Devano dengan lantang.
Devano melangkah pergi meninggalkan ruangan Mega. Dia pergi begitu saja tanpa peruli dengan Mega yang klimpungan menghadapi masalah pekerjaan. Devano melajukan mobilnya meninggalkan perusahaannya. Kali ini dia datang ke perusahaan tempat Marvin bekerja, sudah menjadi kebiasaan Devano dari dulu. Jika ada masalah selalu mencari Marvin untuk meminta solusi.
" Kamu ini apa-apaan sih? Ini baru jam 11 siang mana bisa aku pergi dan meninggalkan pekerjaanku begitu saja. Kamu enak, kamu punya perusahaan sendiri dan bisa kapan pun kamu meninggalkan pekerjaan kamu. Kalau kamu mau, tunggulah di situ dan jangan mengganggu pekerjaanku."Ucap Marvin.
Marvin saat ini bekerja sebagai menejer keuangan di salah satu perusahaan swasta. Sudah berapa kali Devano mengajaknya untuk bergabung di perusahaannya. Namun Marvin menolaknya mentah-mentah, Marvin tidak mau mengandalkan bantuan dari orang lain. Sejatinya seorang laki-laki itu harus bisa mandiri.
" Makanya aku sudah berapa kali mengajakmu untuk bergabung di perusahaan ku tapi kamu menolaknya. Aku ini pusing, kesal dan marah Marvin. Malam ini Febri akan berangkat ke LA untuk berkarier di sana selama 1 tahun dan itu juga bisa lebih. Aku mana sanggup LDR dengannya, Marvin. Aku sudah melarangnya namun dia tetap berangkat dan tidak memperdulikan perasaanku dan dia juga mengabaikan hubungan kami."Ucap Devano nampak kacau.
Marvin langsung menghentikan jari-jarinya yang sedang menari di atas keybord laptopnya. Dia memandang wajah Devano yang nampak kacau, dalam fikirannya terbesit nama Danisa. Apa mungkin ini doa atas cintanya Danisa untuk Devano?
" Kamu serius Febri mau pergi ke LA dalam waktu yang lama?."Tanya Marvin kini sudah pindah duduk di sofa yang sama dengan Devano.
" Mana pernah aku bercanda dengan perasaan Marvin."Jawab Devano jujur.
* Sepertinya ini kesempatan yang bagus untuk aku memberitahu Devano jika Danisa itu mencintainya. Cintanya Danisa selama ini bertepuk sebelah tangan, dan saat nya Danisa untuk bahagia.*Gumam Marvin dalam hatinya.
Ehheemm Ehheeemm
Marvin sengaja berdehem dan memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman. Devano sama sekali tidak merespon deheman Marvin, wajah Devano nampak kacau dan kusut.
" Dev, apa kamu tidak berniat untuk pindah kelain hati? Atau mencoba mencari wanita yang bisa selalu ada di sampingmu. Bukannya kamu tahu sendiri, dari dulu Febri memang ingin menjadi model top dan mungkin ini memang kesempatan dia untuk mengembangkan kariernya itu."Ucapan Marvin membut Devano bingung.
" Maksud kamu wanita lain bagaimana? Apa kamu meminta aku untuk meninggalkan Febri ?."Tanya Devano memperjelas ucapan Marvin.
" Iya Dev. Aku kasihan dengan Danisa, selama ini dia itu mencintai kamu, Dev."Ucap Marvin akhirnya memberitahu tentang perasaan Danisa.
Ddeeghh
Devano kaget saat Marvin memberitahunya jika Danisa mencintainya. Kenapa Devano selama ini tidak tahu menahu soal perasaan Danisa. Devano nampak menggelengkan kepalanya, seakan tidak percaya dengan yang dikatakan Marvin.
Selama ini Danisa juga nampak biasa saja, dan Devano pun hanya menganggap Danisa sebagai adik dan sahabat.
" Mana mungkin Danisa mencintaiku? Kamu jangan mengada-ada Marvin."Seru Devano tidak percaya.
" Aku serius Dev. Aku tahu sudah lama, Danisa sendiri yang mengatakannya padaku. Tapi dia memintaku untuk merahasiakannya. Mungkin sekarang saatnya kamu tahu semua ini, dan siapa tahu perasaan Danisa bisa terbalaskan."Jawab Marvin bicara dengan serius.
" Danisa mencintaiku? Mana mungkin Marvin, selama ini diantara kita ini tidak ada cinta-cintaan. Kita sahabat dan keluarga untuk selamanya, dan kamu tahu sendirikan kalau kita menganggap Danisa sebagai adik kita sendiri. Aku tidak mungkin mencintai Danisa, karena aku sangat mencintai Febri dan dialah cinta pertamaku."Ucap Devano lagi-lagi tidak bisa membalas cinta Danisa.
Hhhuuuffff
Marvin sendiri tidak bisa memaksakan Devano untuk bisa mencintai dan membalas perasaan Danisa. Yang namanya cinta tidak bisa untuk dipaksakan. Marvin kembali melangkah ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia terlihat menyesal sudah memberitahu Devano soal perasaan Danisa.
" Aku pulang."Seru Devano dengan lemah.
" Pulanglah, dan tolong jangan beritahu Danisa jika aku sudah memberitahu kamu soal perasaannya. Bersikaplah biasa saja seolah-olah kamu belum tahu, agar Danisa tidak semakin bersedih."Seru Marvin meminta Devano untuk tetap seperti biasa.
" Aku tahu."Jawab Devano dengan suara dingin.
Devano saat ini tidak tahu harus kemana, mau kembali ke perusahaan juga dia tidak mood untuk bekerja. Mau pulang ke apartemen yang ada dia akan semakin kesal mengingat Febri yang akan pergi ke LA.
[ Dev, jangan marahnya. Aku pasti akan kembali, aku hanya ingin mengembangkan karierku saja sayang. Aku janji akan selalu setia denganmu dan aku akan cepat untuk kembali. Aku pamit ya Dev, maaf aku saat ini sudah ada di Bandara. Aku sebenarnya tidak berangkat malam, tapi siang ini. I LOVE YOU DEVANO ]
Devano semakin kesal saat membaca pesan yang di kirimkan Febri. Ternyata Febri sengaja membohobginya agar dia tidak menghentikan keberangkatannya ke LA.
Arrggghhhh....
Devano berteriak dengan kencang dan menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Beruntung jalanan sepi sehingga tidak terjadi kecelakaan.
" Febri !! Tega kamu meninggalkan aku Febri, aku tidak bisa hidup tanpa kamu Febri !!."Teriak Devano lalu menundukan kepalanya di atas kemudi mobil.
***************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Praised94
terima kasih 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2023-11-16
0
jhon teyeng
ya sdh tinggalkan saja, selesai. dia lbh mencintai dunianya ya km ikuti saja aturan mainnya.
2023-11-03
0
Dwisya12Aurizra
buat apa mencintai orang yang tak bisa menghargai ketulusanmu, Dev, percuma, lebih baik mencari yang benar-benar tulus dan bisa menghargai pasangan
2023-10-30
4