JERAT IBLIS

JERAT IBLIS

MIMPI BURUK

            Gimana caranya aku melepaskan diri?? Devina gemetar ketakutan melihat genangan darah di lantai. Di depannya saat ini, Tiwi-adiknya sedang tidak sadarkan diri dengan luka di pergelangan tangannya yang mengeluarkan darah segar berwarna merah kental. Sementara Devina sendiri saat ini sedang dalam keadaan duduk dengan tangan dan kaki yang terikat kuat hingga sedikit saja Devia bergerak, kulitnya akan terluka karena ikatannya.

            Tidak jauh dari tempat Tiwi terbaring tidak sadarkan diri, Devina melihat sosok ayahnya-Dadang yang justru tersenyum di saat anak bungsunya-Tiwi kini sedang sekarat dan hanya tinggal menunggu kematian jika terus dibiarkan seperti ini.

            “Ayah!! Teganya Ayah melakukan ini sama Tiwi!! Tiwi sayang banget sama Ayah!! Bahkan selama ini, hanya Tiwi yang selalu membela Ayah di depan Ibu!! Tiwi selalu percaya sama Ayah apapun yang terjadi!!” Devina yang masih tidak bisa bergerak karena ikatannya, hanya bisa mengatakan kata-kata itu dengan harapan Dadang akan berbelas kasih pada Tiwi yang kini sekarat dan tidak lama lagi akan meregang nyawa.

            “Ha ha ha!!!” Dadang tertawa dengan cukup kencang dan membuat harapan kecil Devina untuk menyelamatkan adik satu-satunya, hancur seketika. “Perjanjian, tetap perjanjian, Putriku!! Ayah nggak bisa berbuat apa-apa karena Iblis itu menginginkan kalian berdua!!”

            Sial!! Gimana caranya aku bisa menyelamatkan Tiwi??? Melihat harapannya yang sia-sia pada Dadang, Devina tidak lagi peduli dengan luka di tangan dan kakinya. Devina berusaha untuk melepaskan ikatan yang membelenggu kedua tangan dan kakinya agar bisa menyelematkan Tiw-adik satu-satunya.

            “Kalo kamu ingin menyelamatkan adikmu itu … “

            Sosok yang jadi sumber masalah dalam hidup Devina, kini mendekat ke arah Devina. Sosok itu menyentuh dagu Devina dan membuat Devina yang sejak lama enggan untuk melihatnya, kini menatap mata sosok itu secara langsung.

            “Cih!!” Devina berusaha untuk melepaskan wajahnya dari genggaman kecil sosok mengerikan yang berbentuk manusia setengah ular.

            “Kamu masih saja begini, Devina.” Mendapatkan penolakan dari Devina, bukannya merasa kesal, sosok manusia setengah ular itu justru tersenyum dan merasa semakin senang dengan Devina. Sosok itu semakin mendekatkan wajahnya ke arah Devina dengan lidahnya yang bercabang dua seperti ular pada umumnya. Lidah itu menjulur menyentuh bagian wajah Devina dan membuat Devina semakin bergidik ngeri. “Padahal aku sedang memberikanmu tawaran untuk menyelamatkan adik kesayangan yang bahkan terus menerus menyusahkanmu, Devina. Jika jadi kamu, aku akan biarkan adik menyusahkan itu mati, sayangku!”

            Huft!! Devina membuang mukanya karena wajahnya yang semakin dekat dengan wajah sosok manusia setengah ular itu. “Aku bukan kamu! Pilihanku, aku yang tentukan! Tiwi mungkin menyusahkan, tapi dia tetap adikku!”

            Tangan lain dari sosok manusia setengha ular itu, menarik wajah Devina yang menghindari tatapannya dan kembali membuat Devina melihat ke arahnya. “Aku nggak suka kamu memalingkan wajahmu dariku, Devina! Kamu ini cantik bahkan ketika semua orang mengatakan adikmu jauh lebih cantik darimu, di mataku hanya kamu yang tercantik!”

            “Aku nggak butuh pujianmu itu!” Devina membalas dengan nada dingin.

            “Ha ha ha!!” Manusia setengah ular itu tertawa senang mendengar jawaban Devina. “Padahal sebelum ini kamu sangat senang ketika aku mengatakan kalimat itu padamu! Kamu nggak bisa bohong di depanku, sayangku!!”

            Glup! Devina menelan ludahnya merasa kesal karena apa yang dikatakan oleh sosok manusia setengah ular di hadapannya itu memang benar.  Belum lama ini … Devina yang tidak tahu jika sosok di hadapannya adalah siluman ular mengerikan, sempat jatuh cinta padanya dan mengira keberuntungan akhirnya datang dalam hidupnya. Tapi Devina tidak akan pernah menyangka sosok yang dianggapnya keberuntung justru adalah kesialan paling besar dalam hidupnya.

            “Aku akan membiarkan Tiwi-adikmu hidup, asal kamu bersedia jadi pasanganku!!! Kamu hanya cukup bilang ya padaku dan aku akan memberikan segalanya padamu, Devina! Kemegahan dunia, kekayaan yang tidak ada habisnya, kekasih yang selama ini kamu dambakan dan kebahagiaan, aku akan berikan segalanya. Cukup katakan ya dan aku akan mewujudkan segala permintaanmu, Devinaku tersayang!!”

            Devina melihat sekelilingnya. Tiwi yang bersimbah darah tidak sadarkan diri. Ayah yang telah lama jadi budak dari siluman ular di hadapannya. Pria tua yang jadi dukun perantara antara ayahnya dan siluman ular serta terakhir siluman ular di hadapannya yang begitu menginginkan Devina hingga membuat Devina berada di situasi saat ini.            

            Apa yang harus aku lakukan? Devina berulang kali menanyakan kalimat itu di dalam benaknya. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku membiarkan Tiwi mati? Haruskah aku menerima tawaran itu untuk menyelamatkan Tiwi? Berapa kali pun Devina bertanya dalam benaknya, Devina tetap tidak dapat menemukan jawabannya. Satu-satunya yang muncul dalam benak Devina adalah hari-harinya sebelum ini yang membawa Devina ke situasi seperti ini.

            *

Tiga bulan yang lalu.

Ssss. Ssss!

Devina kembali ke tempat ini. Tempat di mana dirinya berlari dengan kencang dengan air keringat mengucur deras di keningnya.

            Lari!!! Suara dalam benak Devina terus mengatakan lari pada Devina. Lari secepat yang kamu mampu! Jangan sampai tertangkap oleh ular itu!!

            Seperti yang diperintahkan suara di dalam benaknya, Devina berlari sekuat tenaganya dan bahkan memaksa kakinya berlari lebih kencang dari pada biasanya. Tapi larinya yang kencang itu tak mampu memberikan jarak besar dari ular besar berwarna hitam yang terus mengejar Devina di belakangnya.

            Sial!! Aku lelah! Devina mengumpat di dalam benaknya sekaligus mengumpat pada suara dalam benaknya yang terus memberikan perintah padanya untuk berlari menjauh dari ular itu. Tapi sama seperti mimpi-mimpinya sebelum ini, ular itu berhasil mengejar Devina dan akhirnya menangkap Devina dengan melilitkan ekornya di tubuhnya Devina.

            Sss, sss!

            Sial!! Tolong!! Tolong aku!!

            Sama seperti mimpi-mimpi sebelumnya, Devina yang selalu berakhir dengan ditangkap oleh ular besar hitam yang bahkan lebih besar dari anaconda yang dilihat Devina di TV, hanya bisa berteriak dalam benaknya karena suaranya tidak bisa keluar.

            “Kamu tidak akan pernah bisa lari dariku, Devina!! Kamu milikku dan akan selalu begitu!! Itulah janjinya!!”

            Tidak seperti Devina yang tidak bisa mengeluarkan suaranya, ular itu selalu bisa bicara pada Devina layaknya manusia.

            Janji? Janji apa? Pertanyaan itu selalu Devina tanyakan setiap kali mendengarkan ucapan dari ular hitam besar dengan mata merahnya yang menyala. Tapi sebelum Devina sempat mendapatkan jawaban untuk pertanyaan itu, ular hitam besar itu membuka mulutnya dan hendak menelan Devina bulat-bulat.

            To-tolong aku!! Devina yang ketakutan karena melihat gigi taring ular hitam yang tajam dan siap mengoyak tubuhnya yang kecil hanya bisa gemetar ketakutan. Devina berusaha melepaskan dirinya tapi lilitan ekor ular itu semakin erat ketika Devina bergerak.

            Apa aku akan mati? Pertanyaan itu muncul di dalam benak Devina ketika ular itu memasukkan Devina ke dalam mulutnya.

            “Kamu tidak akan mati, sayangku.”

            Dalam sekejap Devina yang tadi ketakutan dan teringat sudah berada di dalam mulut ular hitam besar, kini berada di ruangan dengan nuansa merah. Tidak seperti sebelumnya ketika Devina berada di hutan asing yang sama sekali tak dikenalinya, kini Devina berada di ruangan serba dengan ranjang besar di mana dirinya berada.

            “Si-siapa kamu? Apa kamu yang selamatkan aku dari ular itu??” Devina mencoba bertanya dan anehnya suaranya keluar tidak seperti sebelumnya.

            “Kamu bisa bilang begitu, sayangku.”     

            Sosok itu berbaring tepat di samping Devina. Harusnya … Devina bisa melihat dengan jelas wajahnya. Tapi wajah sosok itu gelap, sama sekali tidak terlihat oleh Devina. Kenapa aku tidak bisa melihat wajahnya?

            “Kenapa aku tidak bisa melihat wajahmu?” tanya Devina.

            “Tidak sekarang, sayang. Kalo kita sudah bertemu, kamu akan bisa melihat wajahku.”

            “Lalu kapan kita akan bertemu?” tanya Devina lagi.

            “Tidak lama lagi, sayangku.”

            Sosok itu mendekat ke arah Devina dan menempelkan bibirnya di bibir Devina. Harusnya Devina menolak karena Devina tidak mengenal dan tidak bisa melihat wajahnya. Tapi Devina tidak bisa bergerak seolah terhipnotis oleh sosok yang tidak bisa dilihatnya. Ciuman itu semakin panas saja hingga beberapa kali Devina hanya bisa mendesah merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya.

            “Mbak!!! Mbak!!! Bangun!!!”

            Devina membuka matanya dan menemukan dirinya msih berbaring di kamarnya. Di sampingnya ada Tiwi-adiknya yang melihatnya dengan wajah cemas. Itu tadi cuma mimpi??

            “Mbak ini!! aku ketakutan setengah mati tadi. Kirain nggak bakal bangun loh!!”

            “Kenapa memangnya??” Devina mencoba bertanya meski dalam benaknya saat ini masih teringat dengan jelas malam panasnya dengan pria yang bahkanb wajahnya tak bisa dilihatnya.

            “Mbak mimpi teriak-teriak minta tolong!! Siapa yang nggak takut, Mbak??” Tiwi bicara sembari kembali ke ranjang dan bersiap untuk tidur lagi.

            Untung saja … Tiwi hanya mendengar bagian itu saja!  Devina merasa bersyukur karena adiknya hanya mendengar teriakan minta tolongnya dan bukan bagian dari ******* karena malam panas dalam mimpinya.

Terpopuler

Comments

Arya Pratama

Arya Pratama

kurang menarik karna tidak ada gambar-nya

2023-12-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!