Tentang Rindu

'Kak Cakka, Key mau es kliim,' rengek seorang gadis kecil kepada kakak laki-lakinya yang tengah menyantap es krim rasa cokelat. Cakka tersenyum gemas melihat tatapan gadis itu yang tidak lepas dari tangannya.

'Key mau coba ini?' Cakka menyodorkan es krim itu, membiarkan sang adik mencobanya.

'Hmmmm ... dingiin, tapi enak. Mau lagii!' seru gadis itu sembari menepuk pipinya saat rasa dingin mulai menjalar. Cakka tertawa melihatnya dan membiarkan es krim itu habis oleh gadis kecil itu.

"Gue kenapa jadi mikirin Key, sih?" Cakka mengacak-acak rambutnya kasar. Ingatan masa kecilnya dengan Key tiba-tiba terbesit dalam pikirannya.

Saat ini dirinya sedang berada di rooftop sebuah gedung kantor yang tak terpakai. Tatapannya menyorot sendu, jujur dia rindu dengan keluarganya yang dulu. Hanya saja, untuk berbincang dengan adiknya kini rasanya sakit. Kejadian kecelakaan itu selalu saja berputar seperti film, membuatnya tak pernah ingin berjumpa dengan Keynara.

"AAAARRRGH! GUE BENCI SAMA LO!" Cakka berteriak dengan frustasi.

"Semua itu terjadi karena lo. Kecelakaan itu salah lo." Sebuah suara misterius mengejutkan pemuda itu. Dia menatap sekeliling dan mendapati seseorang dengan hoodie hitam dan tudung yang menutupi wajahnya.

"Siapa lo? Nggak usah, sok tau dan nuduh sembarangan," ketus Cakka. Sosok yang semula menunduk, kini sedikit mengangkat kepalanya hingga Cakka dapat melihat seringai menyeramkan dari wajah itu.

"Lo nggak perlu tau siapa gue, dan gue akan pastikan, kalau hidup lo nggak akan tenang." Setelah berkata demikian, sosok tadi segera pergi dari sana meninggalkan Cakka yang membisu.

Hembusan kencang angin malam membuat Cakka tersadar, dan memilih untuk meninggalkan tempat itu juga. Kuda besi itu terpacu dengan kecepatan tinggi, dari belakang, tanpa sepengetahuannya ada motor lain yang mengikuti dirinya dengan tatapan tajam. Hingga akhirnya, motor itu menyalip Cakka dengan kecepatan diatas rata-rata, membuat pemuda itu terkejut dan hampir saja kehilangan keseimbangannya.

"Gila, tuh orang!" Cakka pun melanjutkan perjalanannya, sialnya tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Namun, Cakka tetap melajukan motornya tanpa mempedulikan tubuhnya yang basah kuyup.

Sesampainya di rumah, suasananya tampak sepi dan gelap. Dengan langkah pelan, dirinya berjalan menuju kamarnya. Badannya tampak menggigil dengan wajah yang sudah pucat pasi.

Saat sudah di kamar, dirinya segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah itu, Cakka langsung merebahkan dirinya dan membungkus badannya dengan selimut tebal miliknya. Ringisan lirih terdengar dari bibir pucatnya, badannya yang menggigil mulai berkeringat dingin.

Sedangkan di dapur Key sedang mengambil satu baskom berisi air dengan sebuah kain kecil di kantung celananya. Dia melakukan itu untuk Cakka, memang sejak tadi gadis itu menunggu kakaknya tersebut di kamarnya yang berhadapan dengan kamar Cakka. Setelah dirasa cukup, gadis itu segera membawa baskom tadi ke kamar Cakka.

"Huft ...." Helaan napas panjang keluar dari bibir mungil gadis itu. Ia pun duduk di samping Cakka, dan mulai mengompres lelaki itu. Pemuda itu terlihat gelisah, membuat gadis itu mengusap lembut kepalanya supaya tenang.

"Key kangen sama Kak Cakka ...." Ucapan itu terdengar sendu. Ia pun memejamkan matanya saat rasa pusing menjalar di kepalanya. Gadis itu menahan ringisannya agar tidak mengganggu Cakka. Sampai akhirnya gadis itu terlelap dengan posisi duduk di samping Cakka.

Cakka yang belum tertidur pun membuka matanya perlahan. Ia menatap sendu adiknya yang masih mau merawatnya, meskipun sudah berulang kali dia sakiti. Pemuda itu mengubah posisinya menjadi duduk dan merebahkan tubuh Key.

"Gue juga kangen sama lo, Key. Kenapa lo masih baik sama gue? Maafin gue, ya? Gue janji, gue bakal jadi Cakka yang dulu. Maafin kebodohan gue, Key." Cakka mengusap lembut kepalanya, kemudian ia menyusul Key ke alam mimpi.

Keesokan harinya, pukul 5 pagi Key sudah terbangun dari tidurnya. Ia segera beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya sebelum mulai memasak. Setelah menyiapkan bahan-bahan yang dapat digunakan, Key langsung memotong beberapa bawang.

"Masakin nasi goreng resep Bunda."

Suara itu mengejutkan Key, hingga tak sadar pisau tersebut mengenai jarinya. Key meringis pelan, sedetik kemudian, dirinya mematung saat kakak sulungnya meraih tangannya dan mengobati lukanya.

"Hati-hati," ucap Rio pelan dengan nada dingin khasnya, dan berlalu dari sana. Namun, Key dapat merasakan ketulusan di dalamnya. Tanpa sadar gadis itu tersenyum, lalu melanjutkan acara masaknya.

"Ciee ... adik gue senyum-senyum sendiri," celetuk Ellen sembari mencolek pinggang gadis itu. Sebenarnya dia melihat penyebab gadis itu tersenyum sendiri, hanya saja dia ingin menggoda sang adik.

"Ihh ... apaan, sih? Jangan ganggu, nanti masakannya gosong. HUWAAAH!! KOK GOSONG BENERAAANN???" pekik Keynara saat mendapati telur mata sapinya sedikit gosong. Sedangkan Ellen hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis itu.

"Makanya, kalau masak jangan ngelamun, katanya benci banget? Udah, sini biar gue yang goreng telurnya. Lo siapin piring buat nasi gorengnya aja," omel Ellen sembari mengacak-acak rambut gadis itu. Key memajukan bibirnya beberapa senti, tapi tetap menuruti perintah kakaknya.

"Itu bubur punya siapa, Key?" tanya Ellen saat matanya melihat semangkuk bubur dengan sup ayam.

"Punya Kak Cakka, dia demam semalam. Eh iya, Kak, yang gue tahu Kak Cakka kan benci sama gue. Kok, dia biarin gue tidur di kasurnya semalam?" Ellen menatap Key dan terdiam sejenak.

"Mungkin, dia udah mulai nerima lo. Udah, lo nggak usah mikir macam-macam."

Key hanya mengangkat bahunya, lalu mengambil bubur tersebut dan berjalan menuju kamar Cakka. Saat ia membuka pintu, dirinya menemukan kakak keduanya sedang duduk dan mengeringkan rambutnya. Key mendekatinya, ia meletakkan bubur di atas nakas, lalu tangannya bergerak menyentuh kening pemuda itu.

"Panasnya udah turun. Jangan lupa dimakan, sayang berasnya. Gue keluar dulu." Gadis itu langsung membalikkan badannya, tetapi Cakka menahan tangannya.

"Di sini aja. Nggak perlu takut, gue nggak akan marahin lo." Keynara tertawa kecil mendengarnya. Ia menepis tangan itu, dan menatapnya tajam.

"Ngapain gue takut sama lo? Nggak penting."

"Maafin gue, ya? Gue tau, gue salah udah benci lo, padahal lo peduli banget sama gue. Makasih juga udah rawat gue semalam." Key terdiam saat pemuda itu memeluknya erat.

"Nggak usah minta maaf. Gue yang salah. Gue udah salah percaya sama keluarga gue sendiri," balas Key pelan tapi menusuk, ia melepas paksa pelukan itu dan bergegas menuju kamarnya sendiri.

"Arghhs ...." Cakka mengacak rambutnya dengan kesal.

Pemuda itu menoleh ke arah bubur yang tadi gadis itu bawa, ia meraihnya dan mulai menyantapnya dengan pelan. Ada rasa hangat dan sakit yang menjalar di hatinya, kini ia bisa merasakan apa yang adiknya rasakan kala ia membencinya. Ia berjanji, akan mengembalikan keadaan mereka seperti semula, sudah cukup rasanya ia bersandiwara seperti ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!