Rahasia Keynara

Setelah puas berpelukan, Key melepaskannya dan menatap Ellen yang berdiri menatapnya lembut. Gadis itu tersenyum kecil dan mengusap kepalanya pelan. Tatapan sayang yang sudah lama menghilang, kini dapat Key lihat kembali.

"Kak, ehm ... udah beneran maafin gue?" Ellen terkekeh pelan mendengarnya, ia hanya mengangguk dan mengusap gemas rambut adik perempuannya.

"Tadi gue lihat, lo mimisan, ya? Terus, lo juga minum obat-obatan banyak. Lo sakit, Key?" tanya Ellen tenang. Key terdiam, bimbang harus bercerita atau tidak.

"Lo bisa percaya sama gue," celetuk Ellen saat menyadari kebingungan Keynara. Keynara menghela napas berat, ia menatap Ellen lama. Akhirnya, gadis itu menceritakan tentang penyakit yang sudah ia derita kurang lebih sekitar 2 tahun ini.

"Leukimia stadium 3, Key? Tapi lo rutin berobat kan?" tanya Ellen yang terlihat terkejut.

"Iya, Kak. Gue rutin jalanin pengobatan."

"Lo berobat sama Ray?" Gelengan kecil dari Key membuat Ellen terheran-heran.

"Ray nggak tau soal ini. Walaupun selama ini dia baik sama gue, tapi gue nggak pernah ceritain soal penyakit ini. Cuma lo yang tau, Kak."

"Ya udah, mulai sekarang biar gue yang temenin lo berobat, oke?" Key tersenyum dan mengangguk cepat.

"Oh, ya, Kak. Kata Bang Ricky, ada 2 malaikat yang sayang sama gue dan kasih nasi goreng tadi. Itu lo bukan?" tanya Key pelan. Ellen tersenyum dan mengangguk.

"Terus yang satunya siapa?" tanya Key penasaran.

"Nanti lo tau, kok."

Keynara yang merasa sudah baik-baik saja, pun merengek kepada Ellen untuk kembali ke kelas. Selain karena sudah lebih baik, dirinya juga bosan serta tidak betah berada di ruangan berbau obat-obatan itu. Dengan senang hati, Ellen mengantarkan adiknya kembali ke kelas.

Di kelas, mereka hanya menemukan Ray yang sedang berkutat dengan ponselnya. Raut cemas tampak jelas di wajah tampannya, hal itu membuat kedua gadis itu bingung. Lantas, Keynara berjalan pelan ke samping Ray, dan menepuk pundaknya hingga di empunya menoleh kaget.

"Lo udah enakan? Ellen, lo ngapain di sini?" tanya Ray was-was. Dia berdiri dari duduknya, dan menarik Keynara agar bersembunyi di belakangnya. Gadis itu tersenyum kecil melihat tingkah kembarannya.

"Tenang, gue nggak bakal macam-macam lagi sama Key. Gue udah nerima semuanya." Ellen berkata dengan sungguh-sungguh.

"Jadi, kalian baikkan?" tanya Ray memastikan. Ellen mengangguk, Ray tersenyum bahagia mendengarnya. Keynara juga sudah kembali berdiri di samping Ellen.

"Kalian sabar dulu, pelan-pelan yang lain pasti bisa berdamai, kok."

"Hai, gue boleh gabung?" tanya seseorang dari arah belakang. Key refleks menoleh ke sumber suara, dan mendapati seseorang yang tadi pagi berdebat dengannya di rooftop.

"Ko Alvin ...?"

Dia melangkah mendekati Key dan memeluknya erat. Gadis itu hanya diam mematung, merasa bingung, takut, senang, sedih, dan marah disaat yang bersamaan. Ada apa dengan Alvin?

"Gue malaikat itu, Key. Maaf, karena gue udah bersikap acuh sama lo. Maaf ... gue kasar sama lo. Maafin gue udah benci sama lo," kata Alvin memohon. Key dapat merasakan bahunya basah, pertanda jika pemuda itu menangis. Key masih diam, ia melepas paksa pelukan itu.

"Lo jahat sama gue! Di antara lo berempat, cuma lo, Kak Cakka, dan Bang Rio yang bisa hancurin perasaan gue, Kak. Gue bisa langsung maafin Kak Ellen, karena perlakuan dia masih bisa gue terima. Sekarang, dengan santainya lo mengaku jadi malaikat gue? Lo pikir, gue bisa langsung percaya gitu aja? Nggak akan!"

Alvin menatap Keynara tepat di manik matanya. Ia dapat melihat perasaan kecewa, marah, dan sedih di sana. Mata itu menatapnya lebih tajam, tatapan yang menyiratkan, bahwa gadis itu sangat muak dengannya.

Ellen dan Ray hanya bisa saling pandang satu sama lain. Mereka bingung harus melakukan apa, terlebih Ellen yang mengkhawatirkan kondisi adiknya yang baru saja pulih. Mengapa semuanya menjadi rumit seperti ni?

"Keynara ...." Key mengalihkan pandangannya, tak ingin melihat wajah yang memohon kepadanya itu. Badannya bergetar lantaran marah dan takut.

"Pergi lo dari sini," tutur gadis itu. Alvin menggeleng keras, ia memberanikan diri meraih tangan itu.

"GUE BILANG, LO PERGI DARI SINI ATAU GUE YANG PERGI?!" Keynara berteriak sambil menyentak kasar tangan Alvin. Ray dengan cepat memeluk adik kembarnya yang sudah menangis. Sedangkan Ellen, ia langsung membawa Alvin keluar saat beberapa murid mulai berkerumun.

"Ray, lebih baik lo bawa Keynara pulang dulu. Dia kayaknya lagi nggak baik-baik aja," ucap salah satu teman sekelasnya. Ray mengangguk, ia mengambil tas miliknya dan Keynara sebelum akhirnya meninggalkan sekolah.

Di sisi lain, Ellen mengajak Alvin ke taman belakang sekolah. Terlihat sekali, jika Alvin sangat kacau selepas kejadian di kelas tadi. Ellen hanya diam, membiarkan Alvin tenang sebelum mengajaknya berbicara.

"Dia marah sama gue, Len. Dia benci sama gue sekarang, gue emang bego! Gue nyesel, Len ...." Alvin menatap kosong ke depan. Ellen mengusap wajahnya bingung, ia tidak tau harus berkata dari mana.

"Sekarang bukan waktunya untuk nyalahin diri lo, Kak. Lo harus berusaha buat dapetin kepercayaan Keynara lagi. Manfaatin waktu yang ada," ucap Ellen pelan. Alvin menatap Ellen bingung, dan Ellen pun menjelaskan semuanya kepada Alvin.

Di kediaman Hadigantara, Ray sedang menemani adik bungsunya yang terlelap. Gadis itu sudah menceritakan semuanya kepada Ray, termasuk rahasianya. Pemuda itu jelas terkejut, selama ini dirinya selalu bersama Keynara, kenapa dirinya tak mengetahui apapun?

Ray menatap nanar bekas sayatan yang sudah mengering dan tertutup lengan bajunya yang panjang. Mengusap dengan lembut, berharap luka itu dapat hilang. Begitu juga dengan semua penderitaan yang dialami adiknya itu.

Beberapa jam kemudian, Rio, Cakka, Alvin dan Ellen sudah kembali dari sekolah. Mereka memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, kembali berkumpul di ruang makan yang kosong.

"Ck! Ini kenapa nggak ada makanan, sih?" ketus Cakka saat membuka penutup saji dan tidak mendapati apa-apa.

"KEY! KEYNARA!!" teriak Rio. Ray mendengar itu, sontak dia menutup telinga Key yang tampak menggeliat tak nyaman.

"Sssstt ... tidur, ya," desis Ray sembari mengusap kening Key yang berkerut. Setelah adiknya kembali pulas, Ray pun keluar dari kamar untuk menghampiri sumber suara tersebut.

"Kenapa, sih, teriak-teriak gitu? Lo kira ini hutan? Nggak malu sama tetangga? Key tidur, dia lagi sakit. Lo mau makan? Tuh, di lemari ada lauk yang tadi pagi, lo panasin aja." Ray menatap kesal ke arah Rio dan Cakka.

"Key di mana, Ray?" tanya Alvin.

"Di kamarnya, tapi untuk sekarang lo jangan temuin dia dulu. Dia baru aja tidur," ucap Ray pelan.

"Gue mau liat dia, Ray." Ray tetap melarang dengan tegas. Ellen menatap bingung ke arah Ray, mengapa pemuda itu melarang Alvin?

"Gue bilang, jangan ada yang temuin Keynara dulu. Dia juga nggak akan mau nemuin lo berempat." Ray menatap datar ketiga kakak laki-lakinya.

"Ray, lo kenapa larang mereka?" tanya Ellen hati-hati. Ray tersenyum sinis. Rio menghela napas kasar, dan akan melangkah kembali ke kamarnya bersama Cakka.

"Gue udah tau, Len, Key udah cerita semuanya. Dia juga bilang, kalau dia benci sama mereka," jelas Ray.

Rio terpaku untuk beberapa detik, sebelum kembali melanjutkan langkahnya. Begitu juga dengan Alvin, yang langsung berlari ke kamarnya. Ellen memilih untuk menyusul Alvin, sedangkan Ray kembali menemani adiknya.

Di kamar bernuansa kelabu itu, Alvin terduduk di samping tempat tidurnya. Tangan kekarnya meraih pigura yang berisi foto keluarganya. Diusapnya dengan lembut seluruh wajah yang ada di sana, diiringi tetesan air mata yang sedari tadi ia tahan di depan sang adik.

"Tuhan ... kenapa harus Keynara? Kenapa Key harus nanggung semuanya?" racau Alvin. Tiba-tiba ia merasakan sepasang tangan mendekapnya erat.

"Kak, lo harus tenang, ya? Kita harus yakin kalau Key bakal sembuh," ucap Ellen berusaha menenangkan Alvin.

"Gue takut, El. Gue nggak mau kehilangan lagi ...."

"Gue nyesel udah benci sama dia, Key pasti makin sakit waktu itu ...."

"Udah, Kak. Sekarang lo istirahat, gue temenin lo di sini." Ellen pun membantu Alvin untuk berdiri dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Gadis itu memutuskan untuk tidur bersama Alvin.

"Maksud mereka apa, ya?" Cakka yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Alvin dan Ellen pun tampak kebingungan. Ada apa dengan Keynara?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!