Chapter 5. Aku Mencintaimu

Sean menatap Lou sejenak sebelum akhirnya pergi ke lemari dan mengambil pakaian. Setelah itu dia kembali ke tempat tidur dan duduk di sisi berlawanan dengan Lou. Dia menatap Lou sejenak sebelum akhirnya mengambil sebuah buku dan mulai membaca.

Sementara itu Lou di dalam selimut itu hampir pingsan karena panas. Dia berpikir setelah dia bersikap begitu tak bersahabat, Sean akan pergi. Tak pernah di otaknya terpikir bahwa Sean tak akan menanggapi sikap bermusuhannya dan malah naik ke tempat tidur di sebelahnya.

“Panas!” teriak Lou dalam hati. Namun harga dirinya terlalu tinggi untuk menurunkan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Jadi dia terus bertahan walaupun napasnya semakin berat.

“Aku bisa gila!” teriaknya dalam hati. Dia nyaris putus asa dan keluar dari selimut, tapi memikirkan wajah tampan Sean dengan senyum kemenangan dan mengingat wajah sedih Anne, Lou kembali menahan diri.

“Lebih baik pingsan karena kepanasan,” putusnya dalam hati.

Lou merasa tubuhnya semakin panas dan bahkan udara yang dihirupnya pun terasa seperti udara padang pasir. Dia di ambang pingsan.

“Keras kepala.” Sebuah suara terdengar di telinga Lou bersamaan dengan ditariknya selimut tebal yang menutupi tubuhnya.

Lou sedikit kaget, namun dia mengambil kesempatan itu untuk bernapas dengan rakus. Tanpa menyadari bahwa Sean sudah berada di atasnya, mengurungnya di antara lengannya.

Sean memperhatikan Lou, wajahnya sangat merah karena kepanasan. Sean tetap diam, hingga akhirnya Lou memperoleh kembali kesadarannya dan dia mendapati wajah tampan Sean tepat di depan wajahnya. Hanya berjarak beberapa senti.

Jantung Lou berpacu, kulit wajah yang awalnya sudah terlihat normal kini menjadi merah sekali lagi. Lou dengan panik menggunakan tangannya untuk mendorong Sean, namun Sean bahkan tak bergerak sedikitpun.

Sementara itu tangan Lou yang berada di dada bidang Sean malah seolah memberi kesan lain. Lou hanya bisa dengan putus asa mendorong Sean lebih kuat. Sean menghela napas.

“Tidurlah, demammu akan bertambah tinggi bila kau tak istirahat.” Sean berujar pelan. Dia menahan tangan Lou yang masih mencoba mendorongnya. Sean bisa merasakan panas tubuh Lou, sementara Lou juga merasa tangan Sean yang menyentuhnya terasa begitu sejuk dan nyaman.

Bagi seseorang yang sudah menderita panas yang terlalu tinggi, tak ada yang lebih mereka inginkan dari rasa sejuk di tubuh mereka. Begitu juga dengan Lou sekarang. Namun logikanya masih mencoba melawan.

Sean dengan lembut menarik Lou saat dia berbaring di samping Lou. Dia memeluk tubuh Lou dan berbisik pelan, “Tidurlah.”

Lou masih mencoba melawan, tapi semua usahanya sia-sia. Mungkin dia memang terlalu kelelahan sehingga dia tak memiliki cukup bayak tenaga. Selain itu tubuh Sean terasa dingin, membuat Lou merasa seolah dia mendapat kompres dingin, membantunya mengurangi penderitaan karena panas.

Setelah berjuang lama dan akhirnya kelelahan, Lou berhenti melawan. Dia kini dengan pasrah membiarkan Sean memeluknya. Selagi dia juga menikmati rasa dingin yang menyentuh kulitnya.

Tanpa sadar Lou mulai kehilangan kewaspadaannya dan mulai tertidur. Membiarkan Sean memeluknya dengan bebas. Sepanjang malam.

--oOo--

Hujan deras menyapu Seattle sejak sepertiga malam hingga pagi mejelang, membuat suhu udara Kota Seattle turun. Di dalam kamar, Sean masih memeluk tubuh Lou. Lou sudah tidak demam lagi, namun kini semakin meringkuk ke dalam dekapan Sean karena suhu dingin.

Sama sekali tak menyadari bahwa dia meringkuk ke dalam pelukan seseorang yang sekarang menempati posisi nomor satu dari orang-orang yang sangat ingin dia pukuli.

Sean sudah bangun sejak beberapa jam yang lalu, namun dia sama sekali tak bergerak dari posisinya. Semua itu demi menjaga agar gadis yang ada dalam dekapannya tak terbangun dan kemudian memberontak.

Tangan Sean dengan lembut dan tenang membelai rambut Lou, dia menarik tubuh Lou perlahan untuk masuk lebih dalam ke pelukannya. Kepalanya tertunduk, menghirup dalam aroma manis Lou yang bercampur dengan bau sampo.

Tangannya terus bergerak di tubuh Lou dengan lembut dan penuh kasih sayang. Hingga berhenti di bagian pinggang Lou yang tak tertutupi pakaian.

“Lembut,” pikir Sean dalam hati saat merasakan kulit Lou di telapan tangannya.

Sentuhan Sean yang hangat menghantarkan sensasi geli ke tubuh Lou, membuatnya menggeliat risih. Sean terdiam, menahan diri untuk tidak membangunkan gadis itu.

Sean tersenyum dan mengecup puncak kepala Lou lama, membuat Lou terbangun dari tidur nyenyaknya. Dia merasakan pelukan hangat yang nyaman, namun semua rasa kantuknya hilang saat dia menghirup aroma maskulin yang terasa asing, tapi juga familiar.

Rasa kesal berkumpul di hati Lou dan dia langsung bergerak untuk melawan Sean, namun Sean sepertinya sudah siap dengan hal itu. Dia menahan serangan Lou dengan sangat mudah dan kembali menarik Lou ke dalam pelukannya.

“Morning, Honey,” bisik Sean pelan sambil mencium puncak kepala Lou. Dia sengaja melakukan semua hal yang tidak disukai Lou, menyentuhnya, menciumnya, menggodanya.

Lou menggertakkan giginya kesal. Dia pada awalnya tak memiliki permusuhan apapun dengan Sean, namun sikap Sean terhadap Anne kemarin malam sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka tak bisa berdamai.

“Lepas!” geram Lou dengan penuh permusuhan. Sean masih tak melepaskan pelukannya.

Suasana tiba-tiba menjadi hening. Lou tak bisa berkata-kata karena amarah yang dia rasakan di dalam hatinya. Sementara Sean sangat bingung untuk menghadapi sikap keras kepala Lou.

Sean melepaskan pelukannya perlahan, namun Lou sepertinya sama sekali tak sabar untuk pergi sejauh mungkin darinya. Lou segera melompat turun dari kasur dan menatap Sean dengan tatapan penuh kebencian.

Keduanya terus bertatapan sangat lama. Yang satu penuh permusuhan dan kebencian, sementara satunya lagi penuh kasih dan kesabaran.

“Apa?!” Lou berteriak ketus saat dia mulai muak dengan acara tatap-tatapan mereka.

“Apa?” Bukannya menjawab, Sean malah bertanya lagi. Tatapannya begitu tenang, hal yang justru membuat Lou malah merasa frustasi.

Lou mendengus kesal. “Dengar, jangan berharap banyak dari pernikahan ini. Pertama, aku sama sekali tak memiliki perasaan suka denganmu. Kedua, kita masih memiliki permusuhan yang belum tuntas.” Lou menatap Sean penuh peringatan.

Sean yang masih berbaring di tempat tidur tersenyum tipis. Dia menatap Lou sambil beralih ke posisi duduk. Sean menyisir rambutnya dengan jari saat selimut yang menutupi tubuhnya meluncur turun ke bawah. Menampilkan tubuh sempurnanya.

“Makhluk tak tahu malu ini!” Lou menggeram dalam hati, namun wajahnya tetap mencoba mempertahankan sikap tenang. Dia mengalihkan pandangannya dari Sean. Dia harus mempertahankan sikap tegas.

Sean berdiri dan melangkah ke arah Lou. Semakin dekat dia, semakin panik Lou. Namun dia tetap menampilkan fasad tenang dan dingin. Hanya dia dan Tuhan yang tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan saat ini.

Sean berhenti tepat di depan Lou. Tubuhnya tinggi menjulang di depan tubuh kecil Lou. Tinggi Lou bahkan hanya sebatas bahu Sean. Hal ini membuat tekanan yang dirasakan di dalam hati Lou semakin besar.

“Istriku, aku mencintaimu.” Sean berujar di depan Lou.

Lou terdiam, namun jantungnya berdebar sangat kencang. Apa ini pernyataan cinta?

Apa dia baru saja menerima pernyataan cinta?

Otak Lou seketika berhenti berfungsi. Dari sekian banyak hal yang dia pikirkan tentang apa yang akan Sean lakukan padanya, dia sama sekali tak memikirkan hal ini. Bahwa Sean akan menyatakan cinta di depan matanya.

Lou menatap Sean dengan wajah kaku. Sejak awal mereka memang tak memiliki hubungan apapun. Selain dari sikap menyebalkan Sean terhadap Anne, tak ada lagi jejak permusuhan di antara mereka.

Jadi pernyataan Sean tadi sukses menggetarkan hati Lou. Namun bukan Lou namanya bila dia langsung luluh.

“Sudah ku bilang kita memiliki permusuhan yang belum selesai.” Lou menjawab dengan dingin. Mata coklatnya menatap tajam mata hitam Sean.

“Kau berani mengarahkan senjatamu ke temanku. Itu sudah cukup bagiku untuk membencimu.” Lou melanjutkan perkataannya yang penuh kekesalan.

Sean tersenyum tenang. “Bagaimana kalau aku katakan kalau aku tahu kau ada di sana semalam. Bagaimana kalau aku katakan kalau aku melakukannya hanya untuk memancingmu keluar. Bagaimana kalau aku katakan kalau aku sama sekali tak berniat menyakiti temanmu?”

Lou kembali terdiam. Dia terus menatap mata Sean saat dia berbicara. Jadi dia bisa sangat yakin bahwa dia sama sekali tak berbohong dengan apa yang baru saja dikatakannya. Dia sepertinya memang tak berniat menyakiti Anne.

Namun Lou sama sekali tak peduli, dia masih tak berniat menerima pernikahan ini begitu saja. Dia memiliki alasan menolak pernikahan ini sebelumnya, dan alasan itu masih tetap sama.

Sean bisa melihat keraguan di wajah Lou, namun dia tetap diam.

Tak lama kemudian Lou merasakan seseorang mangusap kepalanya pelan. “Tak apa, aku akan menunggu.” Suara Sean lalu terdengar.

Lou mengangkat kepalanya dan menatap Sean dengan tatapan yang seolah berkata, “Apa kau idiot?”

Namun Sean hanya tersenyum tenang. “Kita bisa mulai secara perlahan.” Sean berkata lagi.

“Apa kau tuli? Kau tidak mendengar apa yang ku katakan tadi?” Sekarang Lou mulai merasa kesal.

“Kau tidak akan tahu sebelum mencoba, kan?” Sean menarik Lou pelan ke dalam pelukannya. Pembicaraan mereka tadi tanpa sadar menurunkan kewaspadaan Lou, jadi saat Sean menariknya dia sama sekali tak bisa melawan.

Lou membelakakan matanya lebar saat dia merasakan sesuatu yang lembut dan hangat mendarat di bibirnya. Saat Lou akhirnya sadar dengan apa yang terjadi, semua sudah terlambat, Sean sudah berhasil mencuri sebuah ciuman darinya.

Lou merasa wajahnya memanas tanpa bisa dia kendalikan. Dia hampir tidak pernah memiliki hubungan dengan laki-laki, dia masih sangat polos. Jadi semua hal yang dilakukan Sean padanya benar-benar sukses membuatnya merasa sangat malu.

Lou mendorong Sean sambil menatapnya dengan tatapan membunuh. Namun debaran aneh di dadanya dan rasa panas di wajahnya entah kenapa menyerap seluruh energinya sehingga dia sama sekali tak bisa menghajar pria tampan di depannya itu.

Lou hanya bisa berbalik dengan penuh amarah dan keluar dari kamar tidur mereka. Meninggalkan Sean yang terus tertawa menahan geli.

Terpopuler

Comments

Partiah Yake

Partiah Yake

uhhhh, merasa ikut dicintai🫠

2023-08-08

0

Hanifah Ifah

Hanifah Ifah

malu ya lou😊

2021-08-24

0

War Tini

War Tini

😍

2020-10-18

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Pernikahan
2 Chapter 2. Lari!
3 Chapter 3. Tunggu dan Lihat
4 Chapter 4. Pulang
5 Chapter 5. Aku Mencintaimu
6 Chapter 6. Sayang, Panggil Namaku
7 Chapter 7. Kolkata
8 Chapter 8. Sayang Tidak Ada Popcorn
9 Chapter 9. Tak Tahu Malu
10 Chapter 10. Cemburu
11 Chapter 11. Curiga
12 Chapter 12. Sniper!
13 Chapter 13. Laci Rahasia
14 Chapter 14. Ghost
15 Chapter 15. Pembunuh
16 Chapter 16. May
17 Chapter 17. Niana
18 Chapter 18. Masa Lalu
19 Chapter 19. Ragu
20 Chapter 20. Aku Terlalu Bersemangat
21 Chapter 21. Informasi
22 Chapter 22. Berita
23 Chapter 23. Laughing Coffin
24 Chapter 24. Agafia
25 Chapter 25. Samantha
26 Chapter 26. Serius Itu Melelahkan
27 Chapter 27. Pelayaran Ilegal
28 Chapter 28. Badai
29 Chapter 29. Reda
30 Chapter 30. Selama itu?
31 Chapter 31. Suami
32 Chapter 32. Hukuman?
33 Chapter 33. Aku menginginkanmu
34 Chapter 34. Hanya Ada Kamu
35 Chapter 35. Pembunuh
36 Chapter 36. Kau Tak Akan Mengerti
37 Pengumuman
38 Chapter 37. Si Kecil Niana
39 Chapter 38. Dia Membunuh Temanku
40 Chapter 39. Masa Lalu
41 Chapter 40. Aku Takut
42 Chapter 41. Racun
43 Chapter 42. Mengampunimu?
44 Chapter 43. Bukankah itu menyakitkan?
45 Chapter 44. Saatnya Istirahat
46 Chapter 45. Aku Tahu!
47 Chapter 46. Manipulasi
48 Chapter 47. Pesta Bantal?
49 Chapter 48. Hentikan!
50 Chapter 49. Bodoh
51 Chapter 50. Hal Baik
52 Chapter 51. Kita Buru-Buru
53 Chapter 52. Lari!!!
54 Chapter 53. Lawan!
55 Chapter 54. Rindu
56 Chapter 55. Itu Baru Priaku!
57 Chapter 56. Salah Tingkah
58 Chapter 57. Dendam
59 Chapter 58. Naif?
60 Chapter 59. Nyonya Arnauld?
61 Chapter 60. Cemburu
62 Chapter 61. Terima Kasih
63 Chapter 62. Happy Ending
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Chapter 1. Pernikahan
2
Chapter 2. Lari!
3
Chapter 3. Tunggu dan Lihat
4
Chapter 4. Pulang
5
Chapter 5. Aku Mencintaimu
6
Chapter 6. Sayang, Panggil Namaku
7
Chapter 7. Kolkata
8
Chapter 8. Sayang Tidak Ada Popcorn
9
Chapter 9. Tak Tahu Malu
10
Chapter 10. Cemburu
11
Chapter 11. Curiga
12
Chapter 12. Sniper!
13
Chapter 13. Laci Rahasia
14
Chapter 14. Ghost
15
Chapter 15. Pembunuh
16
Chapter 16. May
17
Chapter 17. Niana
18
Chapter 18. Masa Lalu
19
Chapter 19. Ragu
20
Chapter 20. Aku Terlalu Bersemangat
21
Chapter 21. Informasi
22
Chapter 22. Berita
23
Chapter 23. Laughing Coffin
24
Chapter 24. Agafia
25
Chapter 25. Samantha
26
Chapter 26. Serius Itu Melelahkan
27
Chapter 27. Pelayaran Ilegal
28
Chapter 28. Badai
29
Chapter 29. Reda
30
Chapter 30. Selama itu?
31
Chapter 31. Suami
32
Chapter 32. Hukuman?
33
Chapter 33. Aku menginginkanmu
34
Chapter 34. Hanya Ada Kamu
35
Chapter 35. Pembunuh
36
Chapter 36. Kau Tak Akan Mengerti
37
Pengumuman
38
Chapter 37. Si Kecil Niana
39
Chapter 38. Dia Membunuh Temanku
40
Chapter 39. Masa Lalu
41
Chapter 40. Aku Takut
42
Chapter 41. Racun
43
Chapter 42. Mengampunimu?
44
Chapter 43. Bukankah itu menyakitkan?
45
Chapter 44. Saatnya Istirahat
46
Chapter 45. Aku Tahu!
47
Chapter 46. Manipulasi
48
Chapter 47. Pesta Bantal?
49
Chapter 48. Hentikan!
50
Chapter 49. Bodoh
51
Chapter 50. Hal Baik
52
Chapter 51. Kita Buru-Buru
53
Chapter 52. Lari!!!
54
Chapter 53. Lawan!
55
Chapter 54. Rindu
56
Chapter 55. Itu Baru Priaku!
57
Chapter 56. Salah Tingkah
58
Chapter 57. Dendam
59
Chapter 58. Naif?
60
Chapter 59. Nyonya Arnauld?
61
Chapter 60. Cemburu
62
Chapter 61. Terima Kasih
63
Chapter 62. Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!