Kejutan

Di siang itu, Masih terasa sakit di bagian sensitif milik Laras karena ulah dari suaminya yang memaksa untuk melakukan hubungan suami istri dengan cara yang kasar karena Banu sudah tidak sabar untuk menahan hasratnya karena melihat istrinya yang kini berubah cantik. Kini, lain halnya dengan Banu. Dia kini tertidur pulas karena mungkin dia lemas namun merasakan kenikmatan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Laras sudah mandi besar dan kini dengan tenaga yang masih lemas, dia sedang mempersiapkan makan siang untuk Vano dan suaminya. Tidak lama terdengar suara seorang wanita memanggilnya.

"Laras! Laras, kamu di mana?"

Suara nyaring terdengar di daun telinga milik Vano dan Laras yang sedang berada di ruang makan. Kini Laras segera ke ruang depan dan memastikan siapa yang datang bertamu di rumahnya. Sontak, Laras terkejut karena yang datang tidak lain adalah Janet si janda kembang yakni wanita yang sudah menyihir suaminya untuk tergila-gila padanya.

"Ada apa Mbak Janet? Kok teriak-teriak gitu?"

Laras bertanya dengan nada sedikit sinis dan nyaring.

"Eh Laras. Nih, kasihkan suami kamu. Nanti sore ada acara reuni di rumahku. Tapi yang datang Mas Banu saja ya? Kamu tidak usah ikut. Ini acara reuni khusus teman SMA tanpa membawa keluarga karena kita mau membahas kekompakan antar teman alumni kita, oke?"

Janet memberiksn undangan reuni kepada Laras bahwa di rumahnya sedang mengadakan acara reuni teman SMA-nya dahulu dan kebetulan Banu adalah teman SMA-nya.

"Memangnya wajib ya Mbak? Maaf, suami saya masih tidur dan saya juga tidak berani membangunkannya takut mengganggu," jawab Laras sekenanya karena malas meladeni janda seperti Janet.

Namun, tiba-tiba Banu sudah berdiri di samping sang istri sambil tersenyum ke arah Janet.

"Eh, Janet. Ada reuni ya? Pasti nanti saya akan datang. Teman-teman lainnya pada datang semua 'kan?"

Tanpa canggung dan memikirkan perasaan istrinya, Banu tersenyum dan mau ikut acara reuni yang diadakan oleh Janet dan teman-temannya.

"Tenang saja Mas Banu. Mereka pasti datang. Mungkin hanya beberapa yang tidak datang karena mereka bertempat tinggal cukup jauh dari komplek perumahan kita. Yasudah. Saya permisi dulu karena masih ada pekerjaan yang belum selesai untuk memenuhi keperluan reuni."

Janet meminta diri untuk pulang sambil memberikan senyuman menggoda kepada Banu sambil melambaikan tangan pertanda dia hendak pergi.

Terlihat dengan gesit Janet menaiki motor matic miliknya dan pergi pulang ke rumahnya. Kini tinggal Banu dan Laras yang masih berdiri di ambang pintu yang baru saja melihat Janet telah pergi.

"Dek, kok cemberut begitu? Cantiknya hilang lho? Nih uang buat beli kopi. Mas buatin kopi ya?"

Lantas, Banu tersadar bahwa ada sang istri yang sedang cemberut menatapnya lalu untuk meredakan istrinya yang dilanda cemburu, Banu memberikan uang merah dua lembar kepada Laras.

"Beli sendiri saja Mas. Bukannya saya tidak becus menjadi istri? Lagian, Mas juga mau reunian ke rumah Janet 'kan?"

Laras sengaja masih ketus dan cuek kepada suaminya karena masih belum berubah juga ketika Laras sudah berdandan ke salon dan itu menguras kantongnya. Banu masih melirik wanita lain yang jelas-jelas istrinya sendiri juga tidak kalah cantik.

"Oh. Jadi kamu sudah berani sama suami ya? Oke. Mas akan segera reunian ke rumah Janet. Dasar istri tidak tahu diuntung!"

Banu mencengkeram dagu istrinya yang halus dengan mata yang tajam dan dengan perasaan geram karena istrinya tidak mau menuruti perintahnya. Setelahnya dia segera kamar untuk mengambil handuk dan mandi.

Beberapa menit kemudian, Banu memakai pakaian rapi dan tidak lupa menyemprot parfum yang berbau sangat harum. Dan benar saja, Banu akan pergi ke rumah Janet untuk reunian tanpa menggubris istrinya yang masih duduk terpaku di ruang tengah sambil menahan tangis sampai matanya berkaca-kaca.

Beberapa menit kemudian, setelah Banu melenggang pergi, Vano sang bocah kecil mendekati sang ibu dan berkata,

"Emak lagi nangis ya? Bapak jahat ya Mak? Mak jangan nangis ya? Di sini ada Vano."

Vano menepuk pundak sang ibu dan berucap dengan perkataan polosnya karena merasa iba dengan sang ibu.

"Oh. ada Vano. Sini sayang. Emak tidak nangis kok. Emak hanya kelilipan. Bapak itu tidak jahat Vano. Hanya saja mungkin Bapak sedang suntuk dan sekarang ada acara di rumah temannya. Vano jangan mikir yang aneh-aneh ya?"

Laras memeluk Vano dan mengusap rambut anaknya. Yang hitam lebat. Laras berusaha menutupi masalah dengan suaminya di hadapan Vano karena bocah sekecil itu, belum pantas memikirkan permasalahan orang dewasa.

"Iya. Mak. Tapi Emak jangan sedih ya? Vano akan selalu nurut apa kata Emak. Emak senyum dong?"

Vano sekecil itu, sudah berusaha menghibur hati sang ibu supaya tersenyum karena Vano sangat menyayangi ibunya.

"Iya. Sayang. Kamu memang anak sholeh dan cerdas," jawab Laras sambil memperlihatkan senyum yang sebisa mungkin dia berikan kepada Vano walaupun hatinya masih terasa gundah gulana karena suaminya. Namun, dalam hati kecilnya dia masih bersyukur karena dia mempunyai malaikat kecil yang selalu menenangkan dan menguatkan hatinya yang rapuh menjadi kuat bagai baja.

*** ***

Saat hati sudah tenang kembali setelah beberapa waktu mengalami kesedihan hati, Laras akan ke warung bu Ijah untuk membeli persediaan kopi untuk suaminya. Dia akan membeli kopi dari uang sisa kemarin. Laras sakit hati, suaminya mau memberi uang banyak, saat ada maunya saja. Laras akan berusaha mandiri dan tidak bergantung pada uang pemberian suaminya yang secara cuma-cuma dan sesuka hatinya tanpa tahu nafkah yang diberikan cukup atau tidak.

Jika Banu seorang yang miskin, bisa dimaklumi oleh Laras. Namun, Banu adalah seorang Manajer jadi tidak wajar jika sepekan hanya memberikan uang lima puluh ribu rupiah.

Laras kini mulai perjalanan menuju warung bu Ijah. Di tengah perjalanan, ada suara pria yang memanggil dirinya.

"Laras! Tunggu dulu!"

Seorang pria bertubuh atletis yang berwajah rupawan sedang menyapa Laras dan menghentikan langkahnya.

"Mas-Mas Ferdi? Maaf ada apa ya?"

Laras terkejut dengan panggilan Ferdi yang ternyata tertuju kepadanya. Dia penasaran dengan pria pengusaha sukses tersebut. Pria yang mempunyai istri cantik bernama Lista yang tinggalnya tidak jauh dari rumahnya.

"Laras. Ini ada beberapa bungkus kue. Ini buat kamu dan Vano. Dan ini ada sedikit rezeki untuk kamu. Diterima ya?"

Tiba-tiba Ferdi menyodorkan beberapa bingkisan kue dan beberapa uang merah yang akan diberikan kepada Laras.

"Oh. Tidak, Mas. Tidak perlu repot-repot memberikan ini semua. Saya tidak enak dengan Lista," jawab Laras dengan gugup dan menolak pemberian dari Ferdi.

"Terimalah pemberian dariku Laras. Saya tidak bermaksud apa-apa memberikan semua ini. Dan uang ini, saya berikan untuk biaya perawatan kamu. Mungkin kamu sangat membutuhkannya."

Ferdi memaksa Laras untuk menerima pemberian darinya. Dia ikhlas memberikan itu semua dan merasa iba. Diam-diam Ferdi mengetahui sifat Banu yang dzolim kepada Laras sehingga terbesit di hatinya untuk membantu Laras .

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Ada maksud apakah tuhh si bang Ferdi 🤭

2023-11-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!