" Saya Terima nikah dan kawinnya Evelyn Patra Nugraha dengan maskawin tersebut tunai. " dengan satu tarikan nafas Akram mengucapkan ijab qabul dengan lantang.
" Bagaimana saksi sah?" tanya penghulu kepada para saksi.
" sah.. sah... sah.. " semua orang menyerukan.
" Alhamdulillah.. "
semua mengucap syukur, Umi Kalsum yang berada di samping Evelyn turut merangkul Evelyn baru saja sah menjadi menantunya dengan senyum merekah yang menghiasi wajah cantiknya. begitu juga dengan bu Sinta yang ikut bahagia dengan pernikahan Evelyn dan juga Akram.
Selepas kiyai Hasan mengucapkan do'a untuk kedua mempelai, kini Akram datang ke tempat para wanita yang memang di pisahkan oleh sebuah tirai. Akram mengulurkan tangannya pada Evelyn hendak membawanya ke pelaminan. Tapi Evelyn diam saja tak segera meraih tangan Akram sampai Umi Kalsum menepuk pundaknya.
" Dia adalah suamimu sekarang, kalian sudah halal berpegangan tangan. " ucap Umi Kalsum.
" bahkan jika ingin berbuat yang lebih pun tidak apa-apa, " ujar salah satu keluarga, semua yang berada di sana pun tertawa.
Pipi Evelyn berubah merah merona ketika ada orang yang menggodanya seperti itu. Meskipun ragu dan malu Evelyn pun mulai mengulurkan tangannya dan menggapai tangan Akram.
Bagaikan tersengat aliran listrik, keduanya terdiam sebentar, pandangan mereka bersitatap dengan pikiran mereka masing-masing. Akram sedikit mengerutkan keningnya, entah kenapa Akram merasa tidak asing dengan sentuhan wanita yang baru saja menjadi istrinya itu.
' ini? kenapa aku merasa pernah bersentuhan dengannya? ' batin Akram.
Padahal selama Akram mengenal Evelyn, tak pernah sekali pun mereka bersentuhan, bahkan Evelyn selalu menjaga jarak jika bersama Akram. Tapi entah kenapa Akram merasa pernah bersentuhan dengannya sebelumnya. Akram hanya pernah bersentuhan dengan satu wanita asing selain keluarganya saja selama hidupnya.
' apa jangan-jangan.. Tapi tidak mungkin, '
Hati dan pikirannya di penuhi dengan banyak pertanyaan tentang siapa Evelyn sebenarnya. Ada rasa curiga dalam benaknya, tapi Akram tak bisa hanya menebaknya saja, Akram harus memastikannya lebih dulu.
* *
Kini acara pernikahan pun sudah selesai, kiyai Hasan beserta keluarga pun sudah berpamitan pulang, dan tinggalah Akram beserta keluarga Evelyn, tepatnya keluarga bu Sinta dan Pak Subondo. Hari semakin malam, beberapa keluarga besar pengantin wanita juga mulai berangsur meninggalkan kediaman pak Subondo. karena memang hari yang sudah semakin gelap, dan mereka pun juga ingin segera beristirahat.
Begitu juga dengan pasangan pengantin baru yang terlihat sudah lelah sejak tadi. Akram memasuki kamar Evelyn setelah berbicara dengan pak Subondo dan pak Subondo menyuruhnya untuk beristirahat.
" astagfirullahalazim.. kenapa ustadz masuk kamarku tanpa mengetuk pintu dahulu, " ucap Evelyn terkejut.
Saking kagetnya Evelyn langsung memutar badannya membelakangi Akram, dan bergegas memakai kerudungnya.
" apa seorang suami harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke dalam kamar istrinya? " tanya Akram biasa saja.
Yah Evelyn benar-benar lupa, jika saat ini ia sudah menikah dengan Akram. Di tanya seperti itu oleh suaminya Evelyn langsung terdiam dan tak berani menjawab pertanyaan Akram.
" kemarilah, " ucap Akram yang kini sudah duduk di atas ranjang.
Evelyn menggeleng, " biar saya disini saja ustadz, " jawab Evelyn.
Akram terkekeh, " aku tidak akan memakanmu Evelyn, lagi pula kita sudah menikah, seluruh tubumu halal bagiku. " ucap Akram menggoda Evelyn.
' ya Allah apa-apaan dia, apa dia tidak malu bicara seperti itu? ' batin Evelyn.
Evelyn semakin takut saja berdekatan dengan Akram. Apalagi setelah mendengar ucapan Akram barusan, rasanya Evelyn ingin lari saja dari sini. Takut-takut jika Akram akan meminta haknya sekarang, padahal Evelyn belum siap sama sekali. pernikahan itu hanyalah alasannya saja agar bisa terlepas dari Uwak nya selalu ikut campur urusannya, dan Evelyn sudah jengkel dengan itu.
" kemarilah, aku ingin berbicara dengamu. " ucap Akram kembali.
Akram menepuk ranjang di sampingnya, menyuruh Evelyn agar duduk di sampingnya. Evelyn ragu, tubuh bergetar tapi dia tidak bisa menolak perintah suaminya. perlahan Evelyn berjalan dan duduk di ujung ranjang, Evelyn tak berani jika harus duduk berdekatan dengan Akram.
Akram terkekeh melihat istrinya duduk jauh darinya, Akram pikir istrinya sangat pemalu dan selalu menjaga jarak dengannya. Padahal Evelyn takut dan belum siap jika Akram akan meminta hak nya sekarang.
Sepertinya Akram yang harus mengalah disini. Akram berpindah duduk di dekat istrinya, tentu saja hal itu sangat mengagetkan Evelyn, Evelyn tidak bisa bergeser lagi, karena dia sudah duduk di ujung ranjang dan jika bergeser sedikit saja maka Evelyn akan jatuh ke lantai.
" jika kau bergeser, maka kau akan jatuh. " ucap Akram.
Evelyn melirik ke sampingnya, dan benar saja dia sudah di ujung tanduk sekarang. di sampingnya ada Akram yang amat sangat dekat bahkan berdempetan dengannya.
Deg.. Deg.. Deg..
Jantung Evelyn merasa sedang lari maraton saat ini. Evelyn gelagapan dan tak tahu harus bagaimana, jarak antara dirinya dengan Akram sangatlah dekat, bahkan terkesan menempel dengan tangan Akram.
" apakah harus berbicara sedekat ini Ustadz? " tanya Evelyn malu-malu.
" heemp, biasakanlah mulai sekarang, " jawab Akram santai.
' ya ampun apa dia harus sesantai itu? sedangkan aku sudah ketar ketir begini. ' batin Evelyn berteriak.
" a-apa yang ingin Ustadz bicarakan? " tanya Evelyn mengalihkan perhatian.
" hemm.. " Akram melipat tangan di dada, nampak tengah berfikir. " Mungkin kau harus segera membereskan barang-barangmu Evelyn, besok kita akan segera pindah ke rumah baru kita, " ucap Akram.
" apa? "
Evelyn sangat terkejut dan reflek menatap Akram yang berada di sampingnya, " apa harus secepat itu Ustadz? "
" ya, aku tidak bisa lama-lama tinggal bersama keluargamu Evelyn. lagi pula ada beberapa hal yang harus aku kerjakan, aku tidak bisa membawa pekerjaanku kesini. " ungkap Akram menjelaskan.
" aahh.. seperti itu baiklah Ustadz, saya mengerti. " ucap Evelyn akhirnya.
Evelyn ingin menolak, tapi dia juga tak munafik ingin segera dan secepatnya keluar dari rumah yang sudah membelenggu nya dia tahun terakhir dan Evelyn sudah bosan dengan omelan bu Sinta yang sudah menjadi makanan sehari-harinya.
" Evelyn, "
" ya, "
" Aku suka matamu yang meneduhkan itu, "
Deg....
Evelyn terkejut dengan ucapan Akram, dia sungguh sangat malu saat ini, Evelyn menundukan kepalanya. Wajahnya terasa sangat terbakar, pipi chuby nya merah merona saat ini. Akram memperhatikan wajah Evelyn yang sudah merah padam, tangan besar Akram meraih dagu Evelyn, kemudian menariknya sehingga keduanya kini bersitatap.
" kenapa kau malu seperti itu? "
" eemm... a-aku... " Evelyn gelagapan tak menjawab pertanyaan Akram.
Akram terkekeh, " jika kau memakai niqabmu, aku pasti bisa melihat wajahmu yang sudah seperti udang rebus saat ini, iya kan? . " ucap Akram menggoda sang istri.
Di balik cadar nya Evelyn mengerucutkan bibirnya setelah mendengar ucapan Akram, dari mana Akram tahu jika saat ini wajahnya sudah merah seperti tomat busuk.
' apa-apaan dia bicara seperti itu, '
Sikap Evelyn yang seperti itu membuat Akram gemas dan ingin sekali menggigit pipi yang sudah Akram perkirakan berubah menjadi merah merona itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments