Bab 2

  " jadi, apakah ada solusi yang terbaik untuk masalah ini pak kiyai? " tanya pak Subondo.

   " bagaimana menurut bapak-bapak? " kiyai Hasan meminta pendapat para dewan santri yang hadir.

  " sebaiknya kita tunggu sebentar lagi kiyai, siapa tahu ada informasi tentang gadis itu, atau mungkin gadis itu akan datang sendiri meminta pertanggung jawaban ustadz Akram." ucap salah satu ketua dewan santri.

  kiyai menganggukan kepalanya mengerti. sementara di dapur Laila yang sedang mendengarkan perbincangan mereka, juga ikut berkomentar.

  " Jangan-jangan wanita itu adalah siluman yang menyamar sebagai manusia, " Ucap Laila.

  " hus.. ngawur kamu, mana yang begituan." bantah Umi Kalsum.

  Laila pun terkekeh, " iya bisa jadi Umi, kalo memang dia manusia. kenapa dia menghilang begitu saja? " ucapnya lagi.

  Umi Kalsum terdiam mendengar ucapan putri bungsunya itu. Ada rasa penasaran juga di hatinya mengenai siapa gadis yang bersama putranya kala itu.

   * *

  " begini saja, kita tunggu hingga 2 minggu kedepan, jika tidak ada informasi mengenai gadis itu, maka kita langsungkan pernikahan Akram dengan nak Evelyn. " ucap kiyai mengambil keputusan.

  semua orang mengangguk, menyutujui keputusan kiyai Hasan. Namun tidak dengan Evelyn, Evelyn takut jika pernikahannya dengan Akram di teruskan maka akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

    " maaf sebelumnya kiyai, jika suatu hari gadis itu datang, saya ikhlas melepaskan ustadz Akram, semoga ustadz Akram dan wanita itu menjadi pasangan yang mawadah warah, " ucapan Evelyn yang seperti itu membuat semua orang yang hadir di ruangan itu sangat kaget, tak terkecuali kiyai Hasan.

   " ustadz Akram berhak mendapatkan istri yang lebih baik dari saya, " ucap Evelyn merendah.

   " maksud kamu apa Evelyn? " tanya bu Sinta.

  wanita paruh baya yang merupakan uwa Evelyn itu membulatkan matanya menatap tajam Evelyn, ia sangat geram dan kesal mendengar ucapan Evelyn yang berani mengatakan hal itu kepada kiyai Hasan.

   " abah mengerti kekhawatiran nak Evelyn, kami juga sudah mencari informasi tentang gadis itu, bahkan Akram sendiri pun tidak miliki bukti apapun mengenai gadis yang bersamanya kala itu. " ucap kiyai Hasan.

   " maafkan saya yang sudah lancang kiyai, " ucap Evelyn sungguh-sungguh.

  kiyai Hasan menganggukan kepalanya mengerti dengan maksud Evelyn. " tak apa-apa nak Evelyn jangan khawatir, abah akan mencari solusi yang terbaik untuk masalah ini. "

   " tapi... " Evelyn yang ingin mengatakan sesuatu hal terhenti, kala bu Sinta langsung memotong ucapannya.

   " baiklah kiyai, kami akan menerima apapun keputusan kiyai, kami percaya kiyai Hasan akan menemukan solusi terbaik dari semua masalah ini. " ucap bu Sinta kepada kiyai Hasan.

   kemudian bu Sinta melirik ke arah suaminya, mengisyaratkan agar mereka segera pulang.

   " baiklah kiyai, kalau begitu kami permisi dulu, kami tunggu kabar baiknya kiyai. " ucap pak Subondo berpamitan.

   kiyai Hasan menganggukan kepalanya mengiyakan, dan akhirnya Evelyn beserta keluarganya pun pamit pulang dengan di antar supir kiyai Hasan.

   sementara di dapur lagi lagi Laila berkomentar mengenai sikap Evelyn dan bu Sinta.

   " Umi, sepertinya mba Evelyn menolak halus Mas Akram deh, liat saja cara bi acaranya sama abah. seolah menolak secara halus. tapi bu Sinta itu yang bersikeras meneruskan perjodohan ini. " ucap Laila.

   Umi Kalsum terdiam tak menanggapi ucapan putri bungsunya itu, sesungguhnya sejak tadi Umi Kalsum sudah memperhatikan Evelyn, sangat jelas dari sorot mata dan juga kegelisahan yang di tunjukan Evelyn, jika gadis itu menolak perjodohannya dengan Akram.

   " Umi hanya berdo'a yang terbaik untuk Mas mu La, " ucap Umi Kalsum, kemudian melenggang pergi kedepan rumah mengantar kepergian Evelyn dan keluarga.

   Laila terus saja ngedumel dengan pikirannya sendiri tentang Evelyn. Laila berfikir jika Evelyn tidak setuju dengan perjodohannya dengan sang kakak.

   * * *

   kini Evelyn dan juga keluarga sudah sampai di rumahnya, bu Sinta yang sudah kesal sejak tadi, kini mengeluarkan segala kemarahannya kepada Evelyn.

   " Evelyn, apa yang kamu ingin mempermalukan keluarga, heh? beraninya kamu berkata seperti itu di depan kiyai? seharusnya kamu itu bersyukur mendapat calon suami seperti ustadz Akram, tapi lihat lah apa yang kamu lakukan so soan ingin menolaknya, " ucap bu Sinta.

" maaf uwa, tapi aku masih ingin meneruskan kuliahku, aku juga ingin mengejar cita-citaku menjadi disainer. " jawab Evelyn.

" halah kamu ini, so soan ingin menjadi disainer. kamu itu hanya anak manja yang bisanya cuma menghabiskan uang orang tuamu saja. lebih baik kamu menikah saja, untuk apa sekolah tinggi-tinggi toh nantinya juga bakalan diam di rumah. " tandas bu Sinta dengan nada juteknya.

" pikiran uwa itu terlalu kuno uwa, jaman sekarang banyak ko wanita yang lebih sukses dari pada pria, " ucap Evelyn membela dirinya.

" tuh lihat kan Mas, keponakanmu itu sama saja seperti ibunya. coba saja kalau kamu nggak membawanya kesini, pasti dia tidak akan mau berpakaian seperti ini, " bu Sinta melirik sinis penampilan Evelyn yang sudah mantap berhijab bahkan Evelyn sekarang memakai niqab.

Evelyn terdiam tak menjawab ucapan bu Sinta, namun di dalam hatinya ia merasakan sesak yang begitu berat saat bu Sinta berkata merendahkannya.

" kamu sama mamahmu itu sama saja Evelyn. Bahkan mamahmu itu tidak bisa mengurus satu anak saja, bisa-bisanya dia membiarkan putrinya memperlihatkan auratnya kepada semua orang, menyedihkan. "

Saat ini Evelyn merasa dadanya sangat sesak, mendengarkan ocehan Bu Sinta yang selalu saja merendahkan Evelyn dan juga ibunya membuat Evelyn ingin segera meninggalkan rumah uwa nya itu.

Evelyn berusaha menahan air matanya, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan bu Sinta, " uwa boleh saja menghinaku semau uwa, tapi uwa tidak berhak menghina mamahku, " geram Evelyn, kemudian ia melenggang pergi masuk ke dalam kamarnya.

" heii, dasar anak kurang ajar kamu, " teriak bu Sinta. namun Evelyn yang sudah lelah tidak ingin berdebat lagi dengan uwa nya, Evelyn terus saja melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumah itu.

Bu Sinta menatap sang suami, " kamu liat kan Mas, anak itu selalu saja membangkang. aku berdo'a semoga saja anak itu tidak memberikan aib untuk keluarga kita. " ucap bu Sinta.

" Sinta, jaga ucapanmu, Evelyn itu anak baik-baik. " ujar pak Subondo,

" kamu selalu saja membelanya Mas, "

* *

Evelyn sangat sedih, di dalam kamar yang berukuran 3X4 itu Evelyn mencurahkan segala isi hatinya, Evelyn menangis di atas bantal, air matanya terus mengalir membanjiri bantal yang menjadi tumpuannya saat ini.

Kata-kata bu Sinta sangat menusuk hatinya. ingin rasanya Evelyn segera pergi meninggalkan rumah uwa nya itu. Di saat seperti ini Evelyn teringat dengan mendiang sang ayah yang selalu membelanya, bahkan ayahnya tak pernah sekali pun membentak Evelyn sejak kecil.

" andaikan ayah masih hidup, aku tidak akan tinggal disini, hiks... "

Terpopuler

Comments

Nurlaela

Nurlaela

baru Nemu cerita ini .bagus mbk ... semangat selalu

2024-05-12

0

Shion Fujino

Shion Fujino

Terima kasih untuk cerita yang luar biasa, tolong jangan berhenti!

2023-10-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!