Saat ini Hanny sedang duduk sendirian dengan gelisah di bangku taman sekolah. Tempat itu tidak terlalu ramai hari ini karena merupakan hari pertama semester baru, jadi kebanyakan murid-murid saat ini sedang sibuk mencari tempat duduk untuk mereka masing-masing.
Kebetulan juga karena hari ini adalah hari pertama, jadi kelas mereka tidak ada pelajaran.
Hanny sangat cemas dengan apa yang akan Danis pikirkan tentangnya.
"Sekarang apa yang sebaiknya aku lakukan...?" Desah Hanny, bertanya pada dirinya sendiri.
Bisa saja pemuda itu membicarakan tentang Hanny kepada Ayah dan Ibunya saat sepulang sekolah nanti. Mereka sudah begitu baik membiarkan gadis yatim piatu seperti Hanny untuk tinggal bersama keluarga mereka, jadi Hanny tidak ingin lagi merepotkan paman Galih dan bibi Vania tentang masalahnya di sekolah.
Jika dirinya berada di rumah, Hanny bisa dengan mudah bersembunyi di kamarnya tanpa harus bertemu dengan Danis. Tapi sekarang mereka telah berada di kelas yang sama, sangat sulit untuk berpura-pura tidak kenal dan menyadari keberadaan Danis yang merupakan seorang pangeran di sekolah ini.
Mungkin hanya butuh waktu sampai kehidupan sekolahnya yang tidak menyenangkan ini ketahuan oleh Danis, dan entah apa yang akan pemuda itu lakukan jika dia sampai tau.
Sambil menatap langit yang terlihat begitu cerah hari ini, Hanny malah merasa bahwa suasana hatinya saat ini sedang mendung.
"Haaah.... " Hanny menghela nafas dengan lemah. Dia membatin dengan putus asa saat membayangkan wajah Danis yang menatapnya dengan intens.
'Danis, meski aku tidak pernah mengatakan nya secara langsung, tapi sesungguhnya aku tidak ingin terlihat lemah seperti ini di depanmu.'
.
.
.
Ketika bel istirahat makan siang berbunyi, seluruh siswa siswi dari berbagai kelas dan jurusan dengan gesit langsung menyerbu kantin.
Tidak terkecuali dengan Hanny.
Saat jam istirahat makan siang, Hanny yang sedari awal tidak punya teman untuk di ajak makan bersama, terlihat sedang memakan makan siangnya seorang diri di sudut ruang kantin.
Untuk sesaat Hanny mengangkat kepala, kedua matanya menatap sekeliling. Hampir semua meja penuh dengan murid yang telah saling akrab satu sama lain. Mereka terlihat bersenda gurau sambil sesekali menyantap makan siang mereka, nampak begitu harmonis.
Sekarang lihat dirinya, duduk kesepian seorang diri di sini.
Menatap kembali ke piring makan siangnya, Hanny menjadi tak bersemangat untuk makan lagi. Rasanya seolah-olah seluruh energi di tubuhnya telah terkuras secara drastis sejak pagi ini.
Padahal ini masih merupakan hari pertamanya sekolah, bagaimana dengan hari-hari berikutnya?
"Danis, kita mau makan di mana nihh...?"
Mendengar nama Danis di sebut, Telinga Hanny langsung tegak seketika. Dirinya melihat sosok Danis yang sedang berjalan dengan keempat teman baiknya untuk mencari meja kosong.
"Terserah kalian, aku ikut saja kemanapun kalian mau." Jawab Danis santuy.
"Ya sudah, ayo kita makan di depan toilet laki-laki!" Usul Ryan, orang pertama yang mengeluarkan pertanyaan.
Ajakan pemuda itu langsung di tanggapi dengan cubitan dan tatapan aneh oleh Githa yang berdiri di sampingnya.
"Kalian laki-laki memang dasar jorok ya!" Wajah Githa yang manis langsung berubah garang, dia menatap Ryan dengan mata melotot kesal.
"Uhh... Hanya bercanda kok. " Ucap Ryan takut-takut, sadar bahwa kata-katanya tadi telah membuat Githa menjadi illfil kepadanya.
"Bukan aku." Tukas Danis santai.
"Yang pasti bukan aku juga!" Seru Dandi lagi.
"Sudah sudah, ayo cepat cari meja yang kosong." Ujar Amelia menengahi mereka. Kepalanya sibuk celingak celinguk untuk mencari meja kosong.
'Ahh ada Danis !! Apa yang harus kulakukan, mejaku kosong!' Hanny panik sendiri. Wajahnya sudah berkeringat dingin di tempatnya duduk.
'Argh! Ini bisa membuatku jadi gila!!'
Tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, Hanny segera berdiri dari tempatnya dan membawa pergi nampan makanan miliknya, berniat menyerahkan meja makan itu kepada Danis dan teman-temannya.
"Ehh... Di sana ada meja yang kosong, ayo kesana!" Seru Amelia saat melihat meja makan yang baru saja di tinggalkan oleh Hanny.
Kelima orang itupun langsung bergegas menuju meja makan yang di tunjuk oleh Amelia.
Disaat Danis duduk, dirinya merasakan bahwa tempat duduk itu hangat, jadi dia segera bertanya kepada teman-temannya. "Guys, apa tempat duduk kalian terasa hangat?"
"Tidak tuhh... Memangnya ada yang duduk di sini sebelum kita ya?" Balas Dandi ikut bertanya.
"Punyaku tidak' tuh ..." Jawab Ryan.
Amelia dan Githa sama-sama menggeleng, namun Amelia menambahkan saat mengingat sesuatu.
"Ah! Tadi seingatku sebelum meja ini kosong ada seorang gadis yang duduk di sini, gadis yang tadi membawakan makanan untuk si Merina dan teman-temannya. Sepertinya dia duduk tepat di tempat yang sama denganmu duduk sekarang."
"Apa berarti tadi dia makan sendirian?" Tanya Githa menimpali.
"Sepertinya begitu."
'Apa itu artinya Hanny makan sendirian di meja ini?'. Batin Danis bertanya-tanya.
Dandi mengetuk meja menggunakan ujung jarinya. "Sudahlah, ayo cepat makan... Sebentar lagi waktu istirahat akan habis."
Mereka berlima kemudian memakan makan siang mereka dengan tenang.
.
.
.
Setelah jam pelajaran berakhir dan waktunya pulang, Hanny yang sedang merapikan perlengkapan belajarnya tiba-tiba di hampiri oleh Merina dan kedua temannya.
"Hei, Hanny... Kamu punya uang lima puluh ribu tidak? Aku ingin pinjam nihh, soalnya ayahku memberiku uang jajan sangat sedikit hari ini."
Gadis itu berbicara manis kepada Hanny, terlihat sekali ada maunya. Hanny hanya bisa merutuk pelan dalam hati.
'Tidak bisakah gadis ini dan teman -temannya menghilang saja?'
"Ada sihh ...." Jawab Hanny pelan.
"Pinjam, yaa ...." Pinta gadis itu lagi.
Hanny sedikit mengeraskan rahangnya mendengar itu.
Merupakan sebuah fakta bahwa Merina tidak pernah mengembalikan apapun yang di pinjamnya kepada Hanny, jadi Hanny yakin uang miliknya akan berakhir sama seperti sebelumnya.
Namun karena tidak ingin membuat keributan dan menarik perhatian, Hanny pun menghela nafas dan segera mengeluarkan satu lembar uang lima puluh ribu miliknya untuk di berikan kepada Merina.
"Nihh ...."
"Makasihh!" Merina dengan sumringah menerima uang itu, dia berbalik menghadap kedua temannya. "Guys, jajan es yukk!"
"Ayoo!!" Kedua orang itu terlihat senang dan mengikuti Merina keluar dari kelas.
Hanny kembali menghela nafas, padahal itu adalah uang jajan yang di berikan oleh bibi Vania untuknya, namun dia malah memberikan nya kepada Merina dan teman-temannya.
Di dalam hatinya, Hanny meminta maaf kepada bibi Vania karena tidak memanfaatkan uang pemberian nya dengan baik.
Hanny sama sekali tidak menyadari ada sepasang mata yang sejak tadi telah menyaksikan kejadian itu dalam diam.
"...." Danis yang sejak tadi memperhatikan interaksi Kirin dan Merina, tidak berbicara apapun.
Entah apa yang di pikirkan oleh pemuda itu.
"Danis, ayo pulang bareng!" Ajak Dandi dari ambang pintu kelas. Ketiga teman mereka sudah keluar lebih dulu.
"Pulanglah duluan, aku masih ada urusan di sini." Ucapnya berbohong.
Dia dan Hanny akan di jemput oleh Ibunya nanti.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Widi Widurai
ngrampok ini mah. pasti ga mau balikin
2023-12-30
0