Bab 4 Sekolah ll

Hanny yang telah membeli makanan untuk Merina dan teman-temannya, saat ini tengah berdiri di depan pintu kelas. Dia merasa agak ragu untuk masuk.

Di satu sisi, Hanny takut untuk membayangkan seperti apa ekspresi Danis jika dia melihat dirinya di perlakukan seperti seorang pembantu di kelas mereka. Namun di sisi lain, dia tidak ingin membuat Merina marah karena terlalu lama membawakan mereka makanan.

Jadi dengan perlahan, Hanny membuka pintu dan melangkah masuk kedalam kelas itu.

Merina yang melihat Hanny telah datang, dengan lantang berteriak kepadanya. "Hei, cepat kemari! Kenapa lambat sekali sihh?!"

Danis lantas menoleh ke belakang, dan mendapati Hanny yang sedang membawa beberapa makanan dan minuman di kedua tangannya.

'Astaga! Kenapa dia ada di dekat Danis?!!'  Batin Hanny dengan panik.

Celaka lah sudah, Danis akan melihat dirinya yang seperti ini!

"Duhh, Cepat bawa kemari!" Desak Merina lagi.

Tersentak, Hanny menjawab terbatas-bata. "I-iyaa... "

Gadis itu tidak dapat melakukan apapun selain menebalkan mukanya. Dia melangkah cepat menuju Merina yang berdiri di hadapan Danis, lalu memberikannya kepada mereka di bawah tatapan pemuda itu.

"I-ini... Masing masing dari kalian mendapatkan makanan dan minuman sesuai pesanan."

Danis yang melihat hal itu menjadi cengo di tempat. Dia tidak dapat berkata-kata saat melihat seorang Hanny membeli makanan untuk orang lain.

'Tolong jangan lihat aku, ini benar-benar membuatku merasa sangat malu!'

Hanny benar-benar merasa sangat malu saat ini, wajahnya sudah sangat merah karena merasa harga dirinya telah jatuh di hadapan tatapan Danis yang terasa dingin baginya.

Dia ingin segera menenggelamkan dirinya di dasar laut sekarang juga.

Setelah menerima makanan dan minuman itu dari Hanny, Merina langsung menyuruh Hanny untuk pergi. "Sudah sana! Aku sudah tidak membutuhkan mu, hush! hush!" Usirnya.

"Baik, aku pergi... "

Hanny dengan cepat segera pergi meninggalkan tempat itu, dirinya tidak ingin kalau sampai Danis tiba-tiba mencegahnya dan bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Merina yang melihat Hanny bertingkah aneh hanya mendengus dalam hati. 'Anak itu kenapa sihh? Tingkahnya sudah terlihat seperti orang yang kepergok sedang mencuri saja.'

Mengabaikan kepergian Hanny, sambil membuka bungkus makanan, Merina menawarkan makanannya kepada Danis yang sejak tadi hanya diam saja.

"Danis, apa kamu juga mau? Ini roti kesukaanku lohh... "

Tanpa menatap ke arah Merina, pemuda itu berkata.

"Tidak usah, aku sudah sarapan pagi ini." Danis langsung menolaknya mentah-mentah dengan jujur, lagipula perutnya sudah kenyang dan dia benar-benar tidak ingin berbagi makanan dengan gadis caper itu.

Bagaimana kalau sampai dirinya malah di guna-guna lewat makanan pemberiannya?

Walaupun pemikiran seperti itu terlalu jauh untuk di lakukan oleh seorang gadis SMA, tapi Danis tidak akan melewatkan adanya sepersekian persen kemungkinan.

Dirinya memang selalu waspada terhadap orang-orang yang tidak dirinya kenal.

"Kalau Danis menolak makanan itu, kamu bagi saja denganku!" Usul Amelia sambil jari lentiknya menunjuk diri sendiri.

"Iya, bagi saja dengan kami! Aku juga belum sarapan pagi ini." Tambah Githa menimpali.

Tiga orang pemuda yang ada di kerumunan itu hanya melihat mereka dalam diam sembari mendengus.

Merina yang mendengarnya, mau tak mau harus rela berbagi makanan itu karena tidak ingin meninggalkan kesan yang buruk di bawah tatapan si pangeran salju.

"Oke, nihh ambil buat kalian." Ucap Merina tersenyum manis sambil menyodorkan makanan miliknya kepada Amelia dan Githa. Kedua orang itu menerima dengan senang makanan gratis darinya.

'Menyebalkan sekali! Padahal aku berniat merebut hati Danis dengan itu'!  Batin Merina tak senang. Dia dan kedua temannya makan sambil berdiri di depan meja Danis yang hanya menatap mereka melalui ekor matanya.

"Mau berapa lama kamu terus berdiri di situ?" Tanya Danis tiba-tiba.

Merina menghentikan kegiatan makannya sebentar dan bertanya,

".... Apa?" Nampak bibir gadis itu belepotan dengan remahan roti yang di makannya. Kedua temannya juga ikut menghentikan aktivitas makan mereka dan menatap dengan bingung.

Danis kembali bicara sambil menatap ketiga gadis itu dengan wajah tak tertarik, berkata dengan dingin. "Jangan suka menjatuhkan remahan makananmu di mana-mana. Pergilah makan di tempat dudukmu, remahan rotimu mengotori mejaku."

Amelia, Githa, Ryan, dan Dandi saling berpandangan tanpa mengeluarkan suara mereka, menyadari bahwa Danis sedang mengusir ketiga gadis itu.

Merina yang dikatai seperti itu hanya dapat berkata dengan canggung, dan mengangguk patah-patah.

"O-ohh... Baiklah, aku akan makan di mejaku saja. Ayo guys ...." Ajak Merina kepada kedua temannya.

"A-ayo... " Kedua temannya yang baru sadar dengan pengusiran Danis langsung mengikuti Merina kembali ke tempat duduk mereka yang semula.

'Sialan! Lagi-lagi aku merasa di buat malu oleh si pangeran salju itu!'  Batin Merina penuh amarah.

Setelah Merina dan kedua temannya kembali ke tempat duduk mereka, Amelia berkata kepada Danis sembari mengunyah makanan nya. "Kamu defensif sekali sama mereka, padahal mereka kan baik sekali mau berbagi makanan nya."

"Kalau kamu terus berpikiran baik kepada orang lain seperti itu hanya karena mereka mau berbagi makanan dengan mu, jangan salahkan aku kalau suatu saat kamu mati keracunan gara-gara orang seperti mereka." Tukas Danis kepada teman gadisnya itu.

Amelia menjadi cemberut, berkata dengan sebal. "Padahal mereka bersikap baik sama kamu, Kamu kok malah jahat banget sihh sama mereka?!"

"Baik ...? Hahh ..." Ucap Danis mengulang perkataan Amelia.

"Lagipula, mana ada orang baik yang bisa dengan santai menyuruh orang lain untuk membelikan mereka makanan? Lalu apa gunanya kedua kaki mereka itu?" Tambah Danis lagi, bermaksud untuk membuat temannya itu mengerti, bahwa orang yang terlihat bersikap baik di depan kita belum tentu berbuat baik kepada orang lain.

Dirinya mungkin selalu terlihat defensif terhadap orang lain, tapi Danis merasa bahwa itu merupakan sebuah keharusan.

Amelia terdiam sebentar, memikirkan kata-kata pemuda itu dan kembali mengingat saat Merina dan kedua temannya menyuruh seorang gadis imut membawakan makanan untuk mereka.

"Kamu benar juga ..." Gumam Amelia membenarkan.

Githa yang sejak tadi diam menyaksikan, kini ikut menimpali. "Kalau begitu buat apa mereka repot-repot mendekati kita?" Tanyanya bingung.

Danis menjawab dengan malas, sedikit merendahkan volume suaranya. "Apalagi kalau bukan untuk mendekati ku? Sejak tadi gadis itu terus berbicara manis di depanku dan langsung berubah sikap saat bicara dengan orang lain. Dia juga bertanya tentang pacar secara tiba-tiba, jelas sekali dia sedang berusaha mencari celah untuk membuatku tertarik padanya."

Ryan dan Dandi bertepuk tangan kagum setelah mendengar penjabaran pemuda itu, mereka berbicara pelan agar tidak di dengar oleh Merina dan teman-temannya.

"Hebat, kemampuan observasimu benar-benar di luar nalar! Kami bahkan tidak sadar dengan niat si Merina itu, tapi kamu bisa langsung sadar dengan tingkah lakunya." Ucap Dandi kagum.

"Kami bahkan dengan mudah terkena muslihatnya yang manis, sangat menyedihkan" Tambah Ryan, menggeleng ringan dengan malu.

Amelia dan Githa hanya dapat mendesah pelan.

Danis mengangkat bahu, "Seiring waktu aku sadar, kalau aku memerlukan kemampuan observasi seperti ini agar bisa mengetahui niat seseorang terhadapku."

Danis kemudian terdiam sebentar, tiba tiba memikirkan sosok Hanny yang sulit untuk di observasi olehnya karena gadis itu terlihat selalu berusaha untuk menghindarinya.

.

.

.

Terpopuler

Comments

BillyBlizz

BillyBlizz

Gimana nih thor, update-nya kapan dong?

2023-10-28

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 50 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!