02# Ternyata Dia.

Naziya menggeleng cepat. Tiba-tiba kepada seseorang dia teringat. “Enggak, enggak mungkin dia ... kan. Arjuna Rakanuala. Ini pasti namanya aja yang sama,” gumamnya dalam hati.

Farida menautkan kedua alisnya. “Kenapa kepala kamu, pusing? Kok geleng-geleng kepala?” tanyanya heran. Farida kemudian menuangkan air untuk Naziya.

Naziya terhenyak, “Ah, enggak bu, enggak ada apa-apa kok”,” ujar Naziya sambil meminum air, pelan-pelan.

Sepersekian detik suasana kembali hening, Naziya menggeser kursi makan mendekatkan diri ke Farida.

“Bu, gimana menurut ibu, Arjuna ... Ganteng?” tanyanya sambil memainkan kedua alisnya.

“Ganteng, tubuhnya tegap, kulitnya cerah secerah masa depannya,” jelas Farida seraya melengkungkan senyum manis dibibirnya.

Naziya mengerucutkan bibir, walau begitu ada perasaan lega didalam batinnya. “Pasti bukan dia, 'Jun culun siburuk rupa',” gumamnya lagi dalam hati.

“Dan yang lebih penting, dia lebih ganteng daripada pacar kamu! Si brem itu,” ujar Farida.

Naziya sontak berdecak, tidak terima akan perkataan ibunya. “Idiih, ibu. Definisi ganteng versi ibu dan Naziya itu berbeda banget, bu!”

“Ibu sukanya yang seperti ayah kan, hitam manis, berotot, brewokan. Nah, Naziya lebih suka yang clean bu, ke korea-korean gitu,” ungkapnya dengan penuh percaya diri. seakan pilihannyalah yang paling tepat di era gen-z sekarang ini.

“Sudah ... Sudah, kamu lihat saja nanti Arjuna.” Kembali sang ibu melengkungkan senyum misterius.

***

“Juna, Mama sudah hubungin tante Farida, katanya, Ziya jadi ketemu kamu besok,” Nala berucap sambil memasukkan bahan makanan ke dalam lemari es.

Arjuna hanya tersenyum simpul. Kemudian meraih remote televisi dan mematikannya.

“Tapi, mama bingung sama kamu. Kenapa kamu langsung setuju saat papa mau menjodohkanmu sama Naziya? Kamu enggak ada calon yang lain gitu?” tanya Nala, dengan ekspresi penasaran.

Arjuna menoleh, menatap sang ibu yang terdiam dengan pintu lemari es yang masih terbuka.

“Juna enggak punya waktu buat pilih-pilih, Ma. Kalau menurut Papa dan Mama, Naziya yang terbaik, ya ... Juna terima,” ujarnya santai.

Lelaki itu tersenyum seraya beranjak dari sofa dan mengambil air dingin di lemari es.

“Lagi pula, ... Juna,” sesaat dia bergeming. “Ah ... Sudahlah, Juna juga kenal sama Naziya, Ma,” sambungnya kemudian lalu meminum habis air es digelas.

Nala kembali memasukkan beberapa minuman kemasan, merapikannya dan menutup kembali pintu lemari es tersebut.

Semenjak menjadi pasukan khusus, Arjuna tinggal sendiri di sebuah apartemen di tengah kota.

Kalau libur tugas, ibunya selalu datang untuk memberikan bahan makanan. Ya, Arjuna memang kerap mendapat tugas mendadak. Karena itu, Nala sesempat mungkin memperhatikan si bungsu yang sudah menjadi dewasa ini.

Arjuna melirik tatanan rapi di dalam lemari pendingin itu, sesaat dia menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan.

Sifat manjanya mencuat, lelaki itu memeluk erat Nala. “Ma, terimakasih sudah perhatian ke Juna. Padahal, Juna sudah sebesar ini,” ucapnya dengan tawa yang melebar.

Nala hanya menepuk pelan punggung tangan Arjuna. “Nanti, istrimu yang bertugas merapikan dapur ini. Bukan mama lagi, makanya sebelum kamu menikah biar mama yang rapikan.”

“Arjuna, ingat ... Perlakukan istrimu kelak sebaik mungkin. Sudah bagus kamu punya tempat tinggal sendiri. Jangan kecewain mama dan papa,” Nala berujar lagi dengan suara lembut.

Arjuna melepaskan pelukannya, seperti sedang bertugas, lelaki itu bersikap tegap dan memberi hormat. “Siap, Laksanakan!”

Nala hanya tertawa melihat tingkah konyol Arjuna.

***

“Cafe Amour ...,” Nazia membaca chat sang ibu di ponselnya. “Ya, ini tempatnya,” gumamnya sendiri.

Setelah mendorong pintu, Naziya menyebar pandangan keseluruh penjuru arah. “Mungkin itu,” batinnya berbisik.

Naziya melihat pria dengan kemeja putih sedang duduk dengan buku di tangannya.

Ya, hanya dia lelaki di cafe ini, selain itu hanya kaum hawa yang terus menelisik, berbisik dan memperhatikan sang lelaki yang tidak terganggu sama sekali.

“Kamu, Arjuna?” sapanya.

Arjuna nampak santai, dia mendongak perlahan. Mengangkat pandangannya ke arah Naziya. Kemudian, memperhatikan wanita cantik yang sudah lama dinantikannya.

Sementara, Naziya menatap tajam sepasang mata bening yang di bingkai kacamata transparan. Lalu menyusuri alisnya yang tegas, turun ke hidung yang mancung, kemudian bibir dengan warna pink alami. Astaga, dia tampan! jeritnya dalam hati.

“Kamu terlambat!” Arjuna memasang wajah masam.

“Excuse me?”

Naziya setengah mati menahan gemuruh di dadanya. “Baru saja bertemu, ternyata putra tante Nala ini begitu menyebalkan,” gerutunya dalam hati.

“Kita sepakat untuk bertemu pukul empat tepat, tapi kamu datang lebih dari limabelas menit dari itu,” Arjuna mengoceh sambil menutup buku tebal di tangannya.

“Jadi, kamu Naziya,”

Arjuna bersedekap, tubuh kokohnya dia sandarkan ke sandaran kursi.

Sementara Naziya masih menatap elang, lelaki yang merasa diri sok tampan tersebut. Ya, walaupun dia memang tampan.

“Iya,” jawabnya singkat, kini matanya tertuju pada kursi dihadapan Arjuna. Wanita itu kemudian menarik kursi untuk duduk.

“Maaf, tadi di jalan macet, karena aku pakai taksi online, jadi ...,” ucapannya terhenti ketika menyadari Arjuna terus mengamatinya.

“Ada apa? Apa ada yang aneh?” Naziya menyentuh wajah dan menunduk memastikan tidak ada yang aneh pada dirinya, seperti noda yang tertinggal di pakaian, misal.

Arjuna menggeleng. “Duduklah!” perintah Arjuna, lalu dia mengangkat sebelah tangannya memanggil pelayan cafe.

Naziya merapatkan bibir hingga membentuk kerutan. Rupanya, wanita itu tidak akan bisa menang melawan Arjuna. Mungkin, kalau dalam pertandingan, lelaki itu sudah menang dua kosong melawan dirinya.

Naziya menghela napas berat. Dia kesal, sambil duduk dia terus menatap tajam lelaki dingin dihadapannya tersebut.

“Frappe, krimnya sedikit saja,” pinta Arjuna sopan, kemudian senyum sederhana membentuk bibirnya.

Demi Tuhan, dia bisa tersenyum ramah pada pelayan cafe itu. Benar Farida, lelaki itu benar-benar tampan, dan payahnya dia bisa membuat Naziya merasa terintimidasi.

“Kamu, mau pesan apa?” tanya Arjuna dengan ekspresi datar.

Naziya terhenyak, lagi-lagi skor Arjuna bertambah. Naziya bisa kalah telak. “Maaf, aku ... Lemon tea hangat saja,” pintanya.

Untuk wanita dengan rasa gengsi yang tinggi, ini keberapa kalinya, Naziya terlihat kikuk di hadapan Arjuna.

“Hei, boleh aku bertanya?”

Naziya mendekatkan kursi hingga tubuhnya merapat ke meja. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

Senyum simpul terulas di bibir Arjuna. “Kenapa?” Arjuna berseringai licik. “Kamu merasa pernah bertemu aku?”

Lelaki itu menatap Naziya tajam, membuat Naziya salah tingkah dan kembali menerima kekalahan.

“Sialan!” umpat Naziya dalam hati. “Enggak, hanya saja, aku teringat dengan seseorang,” Wajah Naziya kini serius.

Arjuna tersenyum tipis, dia membuka kacamata lalu menyematkan di kancing kedua kemejanya.

“Benarkah, kamu teringat akan seseorang. Siapa dia? Mantanmu?” tanya pria berambut hitam itu.

Dengan cepat Naziya menggeleng. “Bukaaan...,” jawabnya gugup.

“Tapi, aku ingat siapa kamu. Naziya Mahala Yumna, kelas IX-B, SMP Tunas Harapan,” Arjuna berucap dengan bibir membentuk lengkung kepuasan.

Naziya terkejut, dia sontak membekap mulutnya dengan kedua tangan. “Astaga, ternyata dia, Arjuna ... Rakanuala,” tuturnya dalam hati.

“Ka-kamu ....” suara Naziya terbata.

“Apa kabar, Naziya?”

Terpopuler

Comments

Reni

Reni

ehhhh beneran dah saling kenal ya

2023-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 01# Benarkah Dia?
2 02# Ternyata Dia.
3 03# Ayo Menikah.
4 04# Penolakan Naziya
5 05# Syarat Naziya.
6 06# Disetujui
7 07# Ada apa dengan Bram?
8 08# Pengkhianatan
9 09# Calon Menantu
10 10# Terungkap.
11 11# Pengkhianatan Putri.
12 12# Pengakuan.
13 13# Obrolan Pernikahan.
14 14# Berlian Pink Argyle
15 15# Pengakuan Naziya.
16 16# Malam yang Panjang
17 17# Percakapan Malam Hari.
18 18# Tanda Mata Dari Nala
19 19# Kedatangan Vivian.
20 20# Misterius
21 Surat Cinta Author 1
22 21# Kepulangan Arjuna.
23 Pengumuman Visualisasi
24 22# Hari Pernikahan.
25 23# Malam Pertama.
26 24# Hari Pertama
27 25# Pulang ke Apartemen.
28 26# Aku Tidak Akan Pergi.
29 27# Penganggu!
30 28# Wejangan
31 29# Ke Supermarket
32 30# Memburu
33 31# Wanita yang Diundang
34 32# Mencari Putri
35 33# Putri Menghilang
36 34# Tak Bisa Lari Dariku
37 35# Mengantarkan Ibu Pulang
38 36# Buku Kenangan.
39 37# Tertangkapnya Putri
40 38# Mengikuti Kami?
41 39# Siapa Lagi?
42 40# Kunjungan Mertua
43 Berangkat ke Yogyakarta
44 Surat Cinta Author 2
45 42# Naziya Menghilang Lagi
46 43# Balon Stroberi
47 44# Cerita Kala Hujan
48 45# Tugas Mendadak
49 46# Rahasia Arjuna
50 47# Membawa Lara
51 48# Kedatangan Inka
52 49# Mengantarkan Arjuna
53 50# Panggilan ke Pengadilan
54 51# Mengantar Oleh-Oleh
55 52# Meragukan Naziya
56 53# Kecerobohan Naziya
57 54# Kabar Mengejutkan
58 55# Langkah Pasti Naziya
59 56# Melepas Kerinduan
60 57# Kejujuran Yang Menyakitkan
61 58# Kecemasan yang Menggemaskan
62 59# Akrab?
63 60# Suasana Tenang Sore Hari
64 61# Percakapan Sepanjang Jalan
65 62# Takdir Yang Lain
66 Promosi Karya Kedua
67 63# Mengidam?
68 64# Kecemburuan Tak Berdasar
69 65# Mengembalikan Kepercayaan
70 66# Bunga Tidur
71 Surat Cinta Author 3
72 67# Limapuluh Panggilan Tak Terjawab
73 68# Tamu Tak Diundang
74 69# Farida Menghilang
75 70# Kehilangan
76 Pengumuman Hadiah
77 71# Cerita Kita, Oath Of Love
78 Pengumuman Tamat
Episodes

Updated 78 Episodes

1
01# Benarkah Dia?
2
02# Ternyata Dia.
3
03# Ayo Menikah.
4
04# Penolakan Naziya
5
05# Syarat Naziya.
6
06# Disetujui
7
07# Ada apa dengan Bram?
8
08# Pengkhianatan
9
09# Calon Menantu
10
10# Terungkap.
11
11# Pengkhianatan Putri.
12
12# Pengakuan.
13
13# Obrolan Pernikahan.
14
14# Berlian Pink Argyle
15
15# Pengakuan Naziya.
16
16# Malam yang Panjang
17
17# Percakapan Malam Hari.
18
18# Tanda Mata Dari Nala
19
19# Kedatangan Vivian.
20
20# Misterius
21
Surat Cinta Author 1
22
21# Kepulangan Arjuna.
23
Pengumuman Visualisasi
24
22# Hari Pernikahan.
25
23# Malam Pertama.
26
24# Hari Pertama
27
25# Pulang ke Apartemen.
28
26# Aku Tidak Akan Pergi.
29
27# Penganggu!
30
28# Wejangan
31
29# Ke Supermarket
32
30# Memburu
33
31# Wanita yang Diundang
34
32# Mencari Putri
35
33# Putri Menghilang
36
34# Tak Bisa Lari Dariku
37
35# Mengantarkan Ibu Pulang
38
36# Buku Kenangan.
39
37# Tertangkapnya Putri
40
38# Mengikuti Kami?
41
39# Siapa Lagi?
42
40# Kunjungan Mertua
43
Berangkat ke Yogyakarta
44
Surat Cinta Author 2
45
42# Naziya Menghilang Lagi
46
43# Balon Stroberi
47
44# Cerita Kala Hujan
48
45# Tugas Mendadak
49
46# Rahasia Arjuna
50
47# Membawa Lara
51
48# Kedatangan Inka
52
49# Mengantarkan Arjuna
53
50# Panggilan ke Pengadilan
54
51# Mengantar Oleh-Oleh
55
52# Meragukan Naziya
56
53# Kecerobohan Naziya
57
54# Kabar Mengejutkan
58
55# Langkah Pasti Naziya
59
56# Melepas Kerinduan
60
57# Kejujuran Yang Menyakitkan
61
58# Kecemasan yang Menggemaskan
62
59# Akrab?
63
60# Suasana Tenang Sore Hari
64
61# Percakapan Sepanjang Jalan
65
62# Takdir Yang Lain
66
Promosi Karya Kedua
67
63# Mengidam?
68
64# Kecemburuan Tak Berdasar
69
65# Mengembalikan Kepercayaan
70
66# Bunga Tidur
71
Surat Cinta Author 3
72
67# Limapuluh Panggilan Tak Terjawab
73
68# Tamu Tak Diundang
74
69# Farida Menghilang
75
70# Kehilangan
76
Pengumuman Hadiah
77
71# Cerita Kita, Oath Of Love
78
Pengumuman Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!