Aku tidak tahu ia Malaikat atau Devil, yang pasti, aku terselamatkan.
***
Orang lain mungkin akan merasa senang, riang bahkan sumringah jika tengah berada di pantai, suasana khas yang tak lagi asing, suara kicau burung camar, debur obak, bau air asin yang menyengat, terik matahari yang membakar kulit, jangan lupakan langit biru yang kini tampak membentang luas di angkasa.
Tetap saja hal itu hanya menggangu, bahkan sangat membosankan untuk seorang seperti Bias, mungkin jika ia bisa menolak, tanpa pikir panjang ia akan dengan senang hati memilih untuk tidak ikut pergi, lebih baik rebahan santai di rumah, menghabiskan stock film juga cemilan di kulkas nya, membayangkan nya saja membuat Bias hampir saja ngiler. Mustahil hal itu akan dikabul kan oleh teman-temannya, mereka selalu memaksa, mendesaknya agar tetap ikut dan harus menuruti keinginan teman-temannya, meski ia sangat sayang karena membuang waktu emas nya.
Hari ini adalah hari yang Bias anggap sebagai hari penderitaan untuk nya, terdampar ditepi pantai dengan matahari yang kini terasa menyengat kulit nya, membuat nya berkali-kali menggerutu, kesal karena harus merasakan hal yang tak di sukainya, dan kehilangan waktu berharganya untuk rebahan. Berbeda dengan nya, teman-temannya terlihat sangat menikmati liburan nya, asik bermain ditepi pantai tanpa perduli dengan nya yang kini hanya diam mematung ditepian menatap lurus kearah air laut.
Tanpa aba-aba dua orang laki-laki datang menghampirinya, menarik pergelangan tangannya membawanya ke tepi pantai, tentu saja ia terkejut bahkan tak sempat berbuat apa-apa. Berontak pun sia-sia, berteriak pun tak berguna, karena teman-temannya malah asik tertawa melihat ke arah nya, kejam memang.
Seketika rasa dingin terasa jelas menyentuh kulitnya, nafas nya semakin sulit untuk bernafas, sadar baru saja ia terjatuh ke dalam air, air laut yang kini terasa asin saat menyentuh bibirnya. Tubuhnya memang cukup ringan, namun ia tak pandai berenang, hanya suara yang kini diandalkan oleh nya, lagi-lagi tak ada yang membantunya, berpikir jika ia tengah bercanda sekarang, padahal ia sudah berjuang, kewalahan menahan obak yang terus menerjang tubuh kecil nya.
"Tolongin gue, woy denger nggak si!" Suara nya terdengar kesal karena tak mendapatkan respon.
"Pura-pura kan, nanti ujung-ujungnya balas dendam" Ucapan salah satu teman laki-laki nya membuat gadis itu bertambah kesal, terlebih saat mendengar gelak tawa dari mereka.
Padahal ia tengah bersusah payah menggerakkan kaki nya berusaha untuk mencapai tepian, nqmun mereka menganggap seolah dirinya tengah bercanda. Merasakan tubuhnya kian melemah karena kelelahan, membuatnya tanpa sadar mulai mengendurkan pertahanan nya, sebentar lagi mungkin nafasnya akan benar-benar habis, dan ia tenggelam setelahnya. Mungkin bagi sebagian orang ini tidak terlalu dalam, namun berbeda dengan orang yang tak pandai berenang sepertinya.
🌊
Ternyata hari yang di tunggu akhirnya tiba, membuat ketiga laki-laki yang kini tengah berjalan ditepi pantai terus sumringah, tingkat percaya diri nya terlihat jelas saat mereka melangkah perlahan seraya menikmati pemandangan ditepi pantai. Mereka terlihat hanya mengenakan kaos oblong juga celana bokser, jangan lupakan kaca mata hitam yang kini bertengger rapih di hidung mancung nya, dengan rasa percaya diri, tak ada malu sedikit pun terdengar godaan yang terlontar dari mulutnya setiap kali bertemu dengan gadis yang tengah berlalu lalang melewatinya.
"Bias!" Teriakan seorang gadis terdengar menyeruak masuk kedalam indera pendengaran, membuat mereka terlihat mengedarkan pandangannya, hingga tatapan nya terjatuh pada seorang gadis yang kini terlihat, tenggelam, kata yang seketika terlintas di pikiran mereka, membuat mereka seketika panik. Terkecuali Alvaro, yang kini asik menikmati pemandangan, sedikitpun tak merasa terusik dengan sekitarnya.
Rangga Adi Pangestu, laki-laki itu reflek berteriak, menepuk keras bahu Alvaro hingga membuat sang empunya mendengus kesal. "Liat ****! Itu cewek kecebur!" Tak ada jawaban dari Alvaro. "Tenggelem woy!" Teriak David Leo Afandi yang tak kalah panik dari Rangga, bahkan laki-laki itu tanpa bersalah menepuk keras kepala Alvaro membuat sang empunya seketika menatapnya tajam.
"Bacot lo berdua!,," Mendengar Alvaro yang kini kesal membuat keduanya tak kalah kesal, padahal mereka hanya berniat baik memberitahu nya. "Lo nggak liat,," Keduanya terlihat menautkan alis bingung menatap Alvaro. " Temen nya aja ketawa, jadi, lo berdua nggak usah heboh, kenal aja nggak!" Sambung Alvaro terdengar kesal, keduanya hanya ber-oh-ria menanggapi ucapan nya.
Rangga terlihat manggut-manggut dengan mata yang terus fokus memperhatikan ke tempat sebelumnya. "Bener, sapa tau lagi buat content youtube yak" Ucap Rangga diangguki David disampingnya, "Baru nge-eh gue" Timpal David, seraya melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, begitupun Rangga yang kini mengekor disamping nya.
Baru saja mereka akan membuka suara, menatap ke arah Alvaro, namun sosok nya seketika menghilang, dan terlihat berlari dengan langkah cepat, sadar dengan arah tujuan nya, membuat David menatap Rangga dengan alis yang tertaut. "Si Alvaro mau ikutan bikin content juga?" Terdengar ringisan yang lolos dari mulut David, karena Rangga baru saja mendaratkan kepalan tangannya.
" "
"Lo berdua apa-apaan?!" Sadar dengan teriak kan Tarisa yang baru saja kembali dari toilet, membuat teman-temannya mengalihkan pandangannya, menatap ke arah gadis yang kini terlihat cemas.
Tarisa Deviana, siapa yang tidak mengenalnya, gadis cantik juga populer karena salah satu anggota pemandu sorak sekolahnya, sekaligus sahabat Bias sejak masuk ke sekolah menengah pertama hingga sekarang. "Si Bias mah pura-pura Tar" Mengapa tidak ada satupun yang membantunya, berpikir jika ia tengah bercanda, bahkan dengan nyawanya sendiri.
Apa gue beneran bakal mati konyol kaya gini. Pikir Bias, karena matanya kini sudah terasa perih, tubuhnya tak lagi bergeming, mungkin sebentar lagi ia akan benar-benar mati di tempat ini. Pandangan nya kian meredup, meski terus berusaha mempertahankan kesadaran nya yang perlahan semakin menghilang. Hingga samar-samar ia merasakan seseorang baru saja memeluk tubuhnya, berpikir apakah ia benar-benar sudah mati sekarang.
Penasaran, membuatnya berusaha untuk mengembalikan kesadarannya, mengerjapkan matanya berusaha melihat siapa sosok nya, namun tak tampak, hanya samar-samar, mungkin kah malaikat tampan kini tengah membawanya, mendekap erat tubuhnya, dan menghilangkan kesadaran nya, hanya gelap tak lagi tampak apa-apa.
Tarisa benar-benar khawatir dengan keadaan sahabatnya, tak ada satupun yang berniat membantu, bukan nya ia tak mau, hanya saja ia juga tak bisa berenang sama seperti nya. Samar-samar matanya menangkap sosok seorang laki-laki yang dengan cepat menceburkan diri kelaut, berenang mendekat ke arah Bias, membuatnya tanpa sadar menghela nafas lega, akhirnya ada yang menolong sahabat baiknya.
Gadis itu dengan cepat melangkah, menghampiri Bias yang terlihat ditepi pantai bersama seorang laki-laki yang posisinya membelakangi Tarisa, rasa penasaran membuat gadis itu mempercepat langkahnya, namun kalah cepat karena laki-laki itu pergi begitu saja meninggalkan Bias yang tergeletak sendiri ditepi pantai.
"Dimana, dia dimana?" Sesaat setelah Tarisa mengguncangkan tubuh Bias, seraya memberikan pertolongan pertama untuk menyadarkan gadis yang kini tak sadarkan diri. Bias langsung bangkit, mengedarkan pandangannya menatap fokus sekelilingnya, berusaha mencari seseorang yang sempat menyelamatkan diri nya.
"Gue nggak tau, tadi langsung pergi pas gue jalan kesini" Bias terlihat menghela nafas berat, bangkit dari duduk nya, begitupun Tarisa, juga melakukan hal sama dengan nya. Kedua teman laki-laki nya terlihat datang, tatapan nya berubah cemas, berusaha membantu Bias yang hanya dibalas tampang kesal oleh nya.
"Ini semua gara-gara lo berdua!" Spontan keduanya terlihat menundukkan kepala, saat Tarisa kembali mengomel tak kunjung berhenti, bahkan terus melemparkan tatapan tajam.
"Gue nggak papa" Ucapan Bias membuat gadis disamping nya seketika mendongak menatap kearahnya. "Nggak papa apanya? Lo hampir mati Bias!" Ucap Tarisa tidak terima.
"Maaf, kita bener-bener minta maaf Bi" Ucap Adit, diangguki Riyan disamping nya. Keduanya terlihat menyesal, bahkan menatapnya cemas, hal itu membuat Bias tak tega saat melihatnya. Hanya senyum yang terlukis, berusaha sekuat mungkin dihadapan teman-temannya.
"Gue baik-baik aja, nggak perlu khawatir" Ucapan Bias membuat mereka mendongak, tersenyum menatapnya. "Gue ganti baju dulu, kalian lanjut aja sama yang lain" Sambung Bias, sebelum gadis itu beranjak pergi dan menghilang dari pandangan Tarisa, membuat gadis itu seketika bingung, mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Bias.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
menarik
2021-06-25
0
pyaoliang
bagus juga novel nta Thor. gaya bahasanya juga okeh.
2020-06-13
2