"Ra, gimana? Jadi ngak?" tanya Lina.
"Jadi Lin, kalau ngak jadi saya harus bayar uang semester dari mana. Kamu tahu sendiri ibuku sekarang sering sakit-sakitan," kata Rara lesu.
"Kamu yang sabar ya, saya yakin pasti suatu saat hidup kamu bahagia," kata Lina menepuk bahu Rara untuk kuat menghadapi kenyataan hidupnya.
"Oya Lin. Saya bersyukur disini masih ada kamu yang mau berteman denganku, walaupun saya anak orang yang tak punya, kamu bahkan tak malu, saat semua anak-anak menghinaku kamu selalu membantuku, terimakasih ya," kata Rara memeluk sahabatnya.
"Sudah ayo kita ke cafe abang saya, mumpung dia ada dia cafe, soalnya abang saya banyak bisnisnya jadi sulit untuk ditemui," ucap Lina.
"Masak, abang kamu orang sukses ya," tanya Rara penasaran.
"Tidak juga, dia hanya memiliki beberapa cafe, tempat karaoke dan bar, tapi saya sudah mengingatkan abang kalau saya suruh tutup saja barnya, tapi dia bilang itu yang bisa memberinya omset banyak, ya mau gimana lagi saya ngak bisa larang karena kita sejak papa saya meninggal abanglah yang membiayai hidup kami," kata Lina.
"Kamu beruntung Lin, masih punya abang, kamu juga sudah bisa lihat papa kamu dari kecil sedangkan saya hanya tahu ibu saja, ayah saya katanya sudah meninggal saat saya dalam kandungan," ucap Rara.
"Sudahlah setiap manusia pasti ada jalannya masing-masing untuk menuju bahagia, kita pasti akan bahagia juga menjadi orang sukses," kata Lina menggandeng Rara menuju parkiran.
"Lin, kamu bawa mobil apa di antar tadi?" tanya Rara.
"Saya tadi barengan abang, sekarang saya minta bonceng kamu aja ya," ucap Lina.
"Siap, saya selalu mau saja asal kamu tak malu dengan motor buntutku," kata Rara.
"Saya tak pernah malu, mending apa adanya begini."
Dimas yang melihat ke dua sahabatnya berjalan menuju parkiran segera menghampirinya, ia memisahkan tangan sahabatnya yang berpegangan lalu ia berada ditengah-tengah mereka dengan merangkulkan tangannya di bahu kedua sahabatnya.
"Apaan sich Dimas! Lepasin!" hardik Rara.
"Kalian mau kemana? Kenapa saya tidak di ajak?" tanya Dimas mengerutkan alisnya penasaran.
"Kita mau ke cafe abangnya Lina, puasa kamu! Sudah lepasin nanti cewek kamu tahu, kamu diputusib baru tahu rasa," ketus Rara.
"Biarin di putusin, kalau di putusin saya jadian saja sama kalian," goda Dimas.
"Ogah." Jawab Rara dan Lina bersamaan.
"Kenapa? Saya kan tampan, pintar juga, jago basket, kaya juga, apa lagi yang kurang dari saya," ucap Dimas.
"Kurang perhatian, kurang dewasa," ketus Lina sambil tertawa.
Dimas hanya mendengus kesal mendengar jawaban dari sahabatnya itu.
"Dimas, kita itu sudah anggap kamu sebagai kakak yang akan melindungi kita, jadi jangan sampai hubungan kita nanti rusak gara-gara ada cinta di antara kita," kata Rara.
"Bentul itu," jawab Lina. Mas sebenarnya saya dari dulu mencintai kamu, tapi kamu malah jadian sama Dewi. Kamu tak pernah melihat cinta di mata saya yang kamu lihat hanyalah kasih sayang yang kamu artikan sebagai sahabat batin Lina.
"Saya ikut kalian ya, bawa mobil saya saja," ajak Dimas.
"Ngak saya bawa motor kok, kamu sama Lina saja. Kita ketemuan disana," tolak Rara
"Gimana Lin?" tanya Dimas.
"Oh tidak bisa, Dimas akan mengantar saya jalan-jalan jadi kalian pulang saja sendiri," kata Dewi yang baru saja tiba.
"Kamu sama pacar kamu saja Dim, biar saya sama Rara saja. Ayo Ra," ajak Lina.
"Kamu ngapai kesini, katanya mau ikut extra piano," tanya Dimas dengan menautkan kedua alisnya.
"Apa ngak boleh ngak jadi ikut extra? Saya sudah menduga kalau kamu bakalan pergi sama mereka, benarkan dugaan saya," kata Dewi langsung masuk dalam mobil Dimas.
Dimas pun akhirnya masuk ke dalam mobilnya mengantar sang kekasih untuk pulang.
***
Rara dan Lina telah sampai di depan cafe milik abang Lina yang begitu mewah.
"Ini bukan cafe Lin namanya. Ini tepatnya namanya restauran, wau semoga kita bisa sukses kayak abang kami ya," ucap Rara yang kagum dengan usaha milik abangnya Lina.
"Sudah jangan bengong, ayo masuk! Saya kenali sama abang saya. Kamu jangan kaget nanti," ucap Lina.
"Emang kenapa? Kok kaget segala, emang abang kamu genderuwo," canda Rara.
"Bukanlah, nanti kamu bakalan jatuh cinta jika lihat dia, saya saja kalau bukan adeknya pasti sudah jatuh cinta," ucap Lina.
"Apa abang kamu kayak Lee minho, atau choi siwon, atau ...," kata Rara yang sudah di potong oleh Lina.
"Abang saya lebih tampan dari mereka," jawab Lina.
Mereka pun masuk kedalam restauran yang disambut ramah oleh para pelayan.
"Nona Lina kok tumben kesini?" tanya pelayan.
"Iya, abang saya ada?" tanya Lina pada resepsionis.
"Ada, baru saja tuan Ken datang," jawabnya.
"Oke mbak makasih, saya masuk dulu ya. Ayo Ra kita keruangan abang," kata Lina.
Wau ternyata Lina dari anak orang yang kaya raya, tapi kenapa dia mau berteman dengan saya yang hanya anak tukang cuci. Kamu selalu baik sama saya Lin, kamu selalu ada disaat saya terpuruk semoga persahabatan kita abadi selamanya gumam Rara.
Tok ... Tok ...
"Masuk," kata Ken yang sedang duduk dengan menikmati rokok.
"Abang, sibuk ya," tanya Lina.
"Tidak, tumben kamu kesini? Minta tambahan uang jajan ya, siapa dia?" tanya Ken.
"Kenalin Bang, dia Rara sahabat saya di sekolaha," kata Lina.
"Rara."
"Kenzo," kata Ken berjabat tangan dengan Rara.
"Bang, disini ada lowongan kerja ngak, yang paruh waktu," tanya Lina.
"Kalau paruh waktu ngak ada, emang kamu mau kerja bantuin Abang kamu ini," tanya Ken.
"Kalau diizinin sama Abang, tapi tepatnya buat sahabat saya ini," ucap Lina.
"Memang dia kerja tidak di marahin sama orang tuanya," tanya Ken dengan mengerutkan alisnya.
"Bang, dia itu anak yatim. Ayahnya sudah tidak ada sejak dia didalam kandungan, sedangkan ibunya hanya buruh cuci. Sekarang ibunya sakit tidak bisa bekerja, bantuin dia kasih kerjaan ya Bang," rajuk Lina.
Lina pun berdiri menghampiri sang kakak, lalu memijitin bahu sang kakak agar memberinya perkerjaan pada sang sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara sendiri.
"Apa dia tidak sekolah?" tanya Ken. Nasibmu begitu malang sekali, tapi kamu jika dilihat sungguh menarik dari body kamu sungguh seperti wanita dewasa tak ada wajah orang miskin jika Lina tak memberi tahu asal usul kamu saya pasti mengira jika kamu anak orang kaya begitulah arti tatapan dari Ken.
"Masih Bang, makanya saya tawarkan ke Rara saya ajak saja kerja di sini, setelah pulang sekolah, biar dia bisa bayar uang semesternya Bang," rayu Lina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Rohiyah
mampir dah semoga bagus engga bosen bacanya
2023-01-13
0
Dede
lanjut thor
2022-11-12
0
Een Sunita
Rara n kenzo
2022-04-26
0