Bab 05 - Pertanda Baik, atau Buruk?

Malam semakin larut, lampu-lampu kota Jakarta mulai menyala terang. Di salah satu sudut kota, sebuah bar mewah dengan nama J Sparrow's Bar mulai ramai dikunjungi oleh para penikmat night life.

Bar ini terletak di lantai dasar Gedung Noble House, salah satu gedung pencakar langit paling ikonik di Jakarta. Interiornya didominasi oleh warna-warna gelap dan mewah, dengan sentuhan arsitektur Art Deco yang elegan. Di langit-langitnya tergantung lampu-lampu gantung bergaya chandelier yang memancarkan cahaya lembut.

Sedangkan di bagian tengah bar, terdapat sebuah bar counter yang panjang dan elegan. Di belakangnya berdiri para bartender yang terampil meracik berbagai macam koktail yang lezat. Di sisi kanannya terdapat beberapa meja dan kursi yang nyaman untuk bersantai sambil menikmati minuman.

Ada sekitar 10 orang di sana, tengah berpesta ria ditemani para wanita-wanita cantik berpakaian super minim, malah rasanya hampir tidak berbusana. Botol-botol mewah dari merk ternama dipegang salah seorang pria berpakaian casual yang didominasi warna hitam dan putih, sepertinya malam ini ia adalah spotlight dari kumpulan orang-orang itu.

"Begitu cara laki-laki berduit menikmati hidup, Zoe. Jangan Shena mulu yang dipikirin! Sesekali lepasin penat dengan cara memuaskan diri!" Kriss menepuk-nepuk pelan bahu sang atasan sekaligus sobat kentalnya itu, "ayolaaah, balik lagi seperti Zoe yang dulu. Masa iya lo mau nunggu Shena tanpa kepastian?"

"Why not!" sahut Zoe tanpa ragu, ia menyimpan minumannya ke atas meja setelah menyesapnya, "Shena aja bisa nunggu gue tanpa kepastian selama bertahun-tahun," lanjutnya santai. Laki-laki bertubuh atletis yang kini mengenakan outfit santai serba hitam berharga selangit itu sempat tersenyum kecil setelah mendengar penuturan Kriss.

Kedua laki-laki sebaya tersebut berbicara setengah berteriak, suara dentuman musik yang memenuhi ruangan mengharuskan keduanya berbicara lebih kencang seolah mengeluarkan setengah dari isi perut mereka. Saking bisingnya!

Zoe dan Kriss berada di sebuah ruangan yang berada di lantai dua, tepatnya di atas bagian bar, ini adalah area lounge yang lebih tertutup, dindingnya terbuat dari bahan kaca tebal yang tidak tembus pandang dari arah luar, namun mereka yang di dalam bisa melihat dengan jelas pemandangan di luar sana, tepatnya ke bagian dance floor. Area ini cocok untuk mereka yang ingin menghabiskan malam yang lebih intim.

Di area lounge ini, terdapat beberapa sofa dan kursi yang nyaman, serta sebuah panggung kecil untuk live music. Di atas panggung tersebut seorang wanita cantik tengah meliuk-liukan tubuh indahnya, matanya menatap lapar pada dua pemuda di hadapannya, tepatnya ke arah Zoe. Kaki jenjang nan mengkilapnya perlahan turun menuruni anak tangga, berjalan berlenggak-lenggok memainkan rambutnya yang diikat tinggi-tinggi, ia mendekat ke arah sofa panjang yang diduduki oleh Zoe.

Matanya mengerling nakal ditujukan pada Kriss yang juga melakukan hal yang sama terhadapnya. Kriss mengerti bahwa itu adalah isyarat. Zoe yang menangkap interaksi singkat keduanya pun hanya diam saja, menunggu sejauh mana gadis itu bisa membangkitkan hasrat dalam dirinya.

"Oke, Boss. Selamat bersenang-senang!" Kriss merasa usahanya telah berhasil, ia beranjak dari sofa kemudian keluar dari ruangan.

Kriss Max adalah kaki tangan sekaligus orang kepercayaan Zoe, tugasnya selain membereskan urusan-urusan kantor laki-laki itu juga dipercaya bisa membersihkan hal-hal kotor yang dilakukan oleh Zoe di luaran. Tapi, itu dulu. Zoe tidak pernah lagi bermain perempuan setelah dulu hampir menikah dengan seorang manajer rekan kerja Shena, dilanjutkan dengan musibah yang Shena alami Zoe pun berubah total. Baru malam ini bosnya itu mau kembali ke tempat seperti ini, tempat yang penuh dengan para wanita penggoda serta minuman-minuman memabukkan.

Kriss juga sudah mengatakan alasan bagus pada mama Zoe, dan ia yakin kalau wanita paruh baya itu sama sekali tidak curiga. Ia hendak turun menuju dance floor, namun urung saat tubuhnya bertabrakan dengan seorang wanita yang wajahnya sangat ia kenal.

"Vivian? Hei, lo di sini juga?"

"Pak Zoe di mana?"

Kening Kriss mengkerut heran mendengar suara Vivian yang tidak bersahabat, wajahnya memerah seperti menahan amarah. Gadis itu kenapa?

"Ada di dal ...."

"Minggir!"

Vivian langsung melangkah menuju pintu tertutup yang ada di hadapannya, tanpa peduli dengan reaksi Kriss terhadapnya. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah Zoe seorang, ia harus segera memasuki ruangan terkutuk itu.

"Hei, Vi?" Kriss tak tinggal diam, ia segera menyusul gadis itu, meski terlambat sebab Vivian sudah berhasil membuka pintu. Ini gawat! Kenapa pula tiba-tiba Vivian ada di sini? Gadis itu bisa saja melapor pada ibundanya Zoe. Sial, Kriss kecolongan!

Di sudut kota lainnya, tepatnya di rumah sakit tempat Shena dirawat. Erlita tengah menahan kekesalannya lantaran Zoe tak kunjung muncul, biasanya setiap malam laki-laki itu tidak pernah absen menemui Shena di ruangannya. Kecuali jika ada tugas kantor yang mengharuskan Zoe pulang lebih larut, atau harus pergi ke luar kota. Meski mama Zoe sudah memberitahukan alasan putranya tidak bisa datang, entah kenapa Erlita meragukannya.

Begitu perhatiannya ia selama ini pada pria itu, bertahun-tahun ia bersabar agar bisa dekat secara natural dan tidak terlihat dibuat-buat. Sampai-sampai ia rela mengambil pekerjaan ini hanya agar bisa mendekati Zoe. Tapi, sampai detik ini usahanya belum membuahkan hasil.

"Sudah jam 11 malam, sepertinya benar Pak Zoe gak akan datang." Erlita mengalihkan pandangannya ke wajah damai wanita yang tetap cantik di hadapannya meski tanpa perawatan sekalipun, matanya yang setia tertutup sama sekali tidak mengurangi pesona sang gadis.

"Pulas banget, Mbak, tidurnya," ucap Erlita pada gadis yang selalu terbaring lemah itu. Tangan Erlita terangkat, lalu berhenti di salah satu selang infus yang menggantung, kemudian menekan-nekannya, mulanya pelan tapi lama-kelamaan ritmenya semakin kencang dam semakin kencang, lalu kembali memelan diiringi segaris senyuman di bibirnya. Tatapan matanya kosong, kemudian terpejam seolah sedang menikmati kegiatannya.

Sedetik kemudian, tangannya terlepas dari sana, matanya masih tertutup seraya mengatur napas yang semula sempat tak beraturan. Setelah dirasa tenang, Erlita pun berdiri dari kursi kecil di samping ranjang pasien milik Shena. Sebelum berbalik badan ia memperbaiki letak tali totebag-nya yang ia sampirkan di bahu kanan, lalu membungkuk perlahan mendekatkan bibirnya ke telinga sang pasien.

"Bobo yang nyenyak, ya, Mbak Shena. Kalau bisa selamanya saja tidak bangun! Aku akan dengan senang hati mengantarmu memasuki ruang jenazah," bisik Erlita dengan senyuman kecil di sudut bibirnya. Ia menegakkan badan kemudian berlalu dari sana tanpa melihat lagi ke belakang.

Setelah ia menutup pintu ruang ICU, muka Erlita seketika berubah merah. "Sialan!" katanya pelan dengan gigi yang beradu nyaring.

Entah Erlita sadar atau tidak, saat ia berbalik hendak meninggalkan ruangan, kelima ujung jari Shena bergerak tiba-tiba. Entah ini pertanda baik, ataukah buruk.

Terpopuler

Comments

Om Rudi

Om Rudi

pertanda burung

2025-01-16

0

Om Rudi

Om Rudi

bau bau bajak laut namanya

2025-01-16

0

🏘⃝Aⁿᵘ3⃣💣⃟ ⃟𝐄𝐥𝐥ˢʰᵃⁿ👙

🏘⃝Aⁿᵘ3⃣💣⃟ ⃟𝐄𝐥𝐥ˢʰᵃⁿ👙

ayo bangun shenaaaa...😣😣😣

2023-11-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!