Cinta yang kumiliki untuknya seperti lautan yang luas dan tanpa batas, aku tenggelam di dalamnya tanpa bisa menemukan tepi. Berjuta kali aku mencoba berenang untuk menepikan diri, namun lagi-lagi tubuhku terseret lalu terbawa arus.
"Gak bisa gitu dong, Zoe. Mama udah terlanjur bilang sama Erlita kalau mulai hari ini kamu yang akan antar-jemput dia ke rumah sakit. Lagian apa susahnya, sih?" Mama Amelia masih belum selesai dengan ketidakpuasannya akan jawaban sang putra. Bukan itu yang ia inginkan. Wanita paruh baya itu jelas melakukan itu semua agar Erlita bisa memiliki kesempatan lebih untuk mendekati Zoe.
Rencana ini bahkan sudah jauh-jauh hari Mama Amelia atur, maka dari itu ia tak terima kalau semuanya jadi berantakan hanya karena Zoe masih belum ingin memberi kesempatan pada wanita mana pun. Mau sampai kapan ia menunggu memiliki menantu? Usianya sudah tak lagi muda, saudara-sadarnya yang lain bahkan sudah memiliki cucu. Dan Mama Amelia juga ingin seperti mereka.
Jika dulu Zoe mudah terpancing emosi ketika tengah berdebat dengan sang ibu, berbeda dengan sekarang, laki-laki berusia 34 tahun itu lebih memilih untuk banyak-banyak mengalah. Sekalipun menjawab, ia akan berusaha tetap menjaga nada bicaranya selembut mungkin agar tidak menyinggung perasaan ibunya.
"Cukup, Ma. Kita bahas lain kali aja, ya," kata Zoe seraya menghentikan langkahnya sebentar sebelum benar-benar sampai ke ruang makan kemudian dilanjutkan. Laki-laki itu sudah siap dengan jas dan juga tas kerjanya yang ia jinjing di sebelah kanan. Ia pun menyimpan di kursi kosong kemudian duduk di kursi lain di sampingnya.
"Kapan? Kayak kamu sering ada di rumah aja. Kamu tuh kalau nggak di kantor, ya di rumah sakit nemenin Shena!" Mama Amelia menyusul sang putra dan ikut duduk juga, tepatnya di samping sang suami.
Sejujurnya, Zoe tidak nyaman tinggal kembali di rumah orang tuanya. Ia lebih senang tinggal sendirian di apartemennya yang dulu, menikmati kesendirian dan kekosongannya. Akan tetapi, setelah kejadian nahas yang menimpa Shena kala itu, Zoe tak lagi diizinkan tinggal sendiri oleh orang tuanya. Semua orang khawatir jika laki-laki itu akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan jika dibiarkan begitu saja dalam keadaan hatinya yang kacau.
"Mama kok gak ada capek-capeknya, sih. Putra kita itu udah bukan anak kecil lagi, Zoe udah dewasa, Ma. Udah tua malah," timpal papa Zoe, Ruly Mafarulls. Rupanya pria baya yang kondisinya sudah tidak sebugar dulu itu sudah gemas dengan perdebatan ibu dan anak yang tak kunjung selesai sejak tadi.
"Harusnya Papa itu dukung Mama, biar kita cepet punya menantu. Mbak Denna malah udah punya cucu, Elios aja anaknya udah berusia 4 tahunan, bentar lagi juga mau punya adek."
Dalam kehidupan Zoe tidak banyak yang berubah memang. Selain perasaannya yang semakin kuat terhadap Shena, hari-harinya bisa dikatakan monoton dan membosankan. Jauh berbeda dengan orang-orang di sekitarnya. Seperti yang dikatakan ibundanya, Elios sedang menanti buah hatinya yang kedua, Kriss telah menikah dengan kekasihnya yang dulu sempat berpisah. Kemudian Adam yang telah memiliki 2 istri. Zeo merasa ditinggalkan dunia dan hanya dirinya sendiri yang selalu ditemani sepi. Waktunya ia dedikasikan semata-mata untuk mencintai Shena seorang, juga bekerja di perusahaan.
"Udahlah, Ma. Gak baik ngomel-ngomel di meja makan!" tegur Papa Ruly pada istrinya.
"Aku jalan sekarang, Ma, Pa!" pamit Zoe beranjak dari kursi setelah ia menghabiskan sarapannya. Setelah pamitan ia pun pergi dari sana.
"Ingat, ya, Zoe. Jemput Erlita dulu! Kamu udah ada nomornya dia, kan? Kalau ada apa-apa kamu bisa langsung menghubunginya, takutnya Erli udah nunggu lama." Mama Amelia setengah berteriak, sebab sang putra sudah berjalan jauh meninggalkan ruang makan.
...*...
...*...
Seperti yang sebelumnya sang ibu minta, Zoe akhirnya melajukan kendaraannya ke sebuah halte bus sesuai yang Erlita katakan melalui pesan singkat beberapa saat sebelum Zoe berangkat tadi. Erlita minta dijemput di pinggir jalan lantaran untuk menuju rumah kontrakannya harus melalu gang sempit.
Ketika Zoe tengah fokus berkendara, tiba-tiba saja sudut bibirnya tertarik ke atas, kalau saja Shena tahu ia akan menjemput gadis lain, ia pasti akan marah-marah tidak jelas dan berujung ngambek seperti biasa.
Kalau sudah begitu, biasanya Zoe akan membujuk gadisnya itu dengan berbagai makanan enak yang ia beli kemudian dinikmati bersama di apartemen Shena, atau mengajaknya jalan-jalan keluar seperti nonton bioskop, makan di luar, atau hanya sekadar berkeliling saja. Maka dengan cepat moodnya Shena akan kembali membaik, dan akhirnya mereka berbaikan. Kini Zoe sadar, sungguh hal sesederhana itu saja ternyata bisa memberi gadis itu kebahagiaan.
Memikirkan hal itu, seketika wajah Zoe berubah muram, senyum getir kini mulai menghiasi bibirnya yang semula sempat tersenyum cerah.
"Wanita itu harusnya disayang, Zoe. Bukan dijadikan objek yang bisa seenaknya kamu mainkan! Itu namanya brengsek!" gerutu Shena kala itu.
Zoe tertawa hambar, semua kenangan di masa lalu tentang Shena rasanya cukup untuk menyadarkan seberapa buruknya ia kala itu memperlakukan sang gadis. Ah, ini benar-benar menyiksa.
Mobil terus melaju. Dari kejauhan, Zoe melihat sosok seorang gadis mengenakan seragam perawat rumah sakit berwarna hijau tosca, rambutnya diikat rapi ke atas dan menenteng sebuah totebag berwarna coklat terang tengah berdiri di pinggir jalan seraya sesekali melihat ke arah layar ponsel yang digenggamnya.
Erlita Bramaswara, gadis kelahiran Manado berusia 24 tahun, bekerja di Rumah Sakit Merah Putih sebagai perawat. Bukan tanpa alasan Zoe mempekerjakan gadis itu khusus merawat Shena selama 3 tahun ini, dari teman sang ibu-lah ia mendapat rekomendasi lantaran Erlita berpengalaman merawat salah satu kerabat dari teman ibunya hingga benar-benar pulih. Gadis itu juga memiliki pendidikan dan juga latar belakang yang bagus meski terlahir dari keluarga sederhana.
Suara bunyi klakson membuat kepala Erlita seketika menoleh ke arah mobil, Zoe sebetulnya ingin menurunkan kaca jendela mobil supaya Erlita tahu bahwa dirinyalah yang datang kemudian mempersilakannya masuk. Namun, niat itu Zoe urungkan karena sang gadis sudah lebih dulu berjalan mengitari mobil dan membuka pintu.
"Selamat pagi, Pak Zoe. Maaf udah ngerepotin," sapa Erlita dengan ramah setelah ia mencari duduk yang nyaman di jok samping Zoe. Gadis itu terlihat kurang nyaman mungkin karena merasa tidak enak hati.
"Hem, pagi." Zoe menjawab pelan seraya kembali melajukan mobilnya.
Untuk menuju rumah sakit, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit saja. Dan selama itu pula, keadan di dalam mobil begitu hening tanpa ada suara. Baik Zoe mau pun Erlita sama-sama diam, meski berulang kali gadis itu berdeham entah karena saking sesaknya satu ruangan dengan laki-laki dingin itu. Entah Zoe sadar atau tidak, sesekali ekor mata Erlita mencuri pandang pada sang pewaris tunggal keluarga Mafarulls tersebut.
Bibir merah sensualnya sudah berkali-kali gadis itu basahi dengan lidahnya sendiri saking gugupnya, Erlita juga sepertinya tidak nyaman dengan duduknya lantaran kedapatan bergerak ke sana kemari berulang kali. Seperti cacing kepanasan.
Meski Zoe sudah insyaf dari kebiasaan buruknya, namun naluri dan insting playboy dari dalam dirinya belum sepenuhnya hilang. Gadis-gadis semacam Erlita ini begitu mudah ditebaknya.
"Sudah sampai." Zoe memberhentikan kendaraannya tepat di depan lobi rumah sakit.
"Pak Zoe gak turun buat nemuin Mbak Shena dulu?" tawar Erlita setelah ia membuka sabuk pengaman yang hampir 5 menit lamanya hingga terlepas. Sebetulnya ia sudah sejak tadi memberi isyarat pada Zoe, mengira laki-laki itu sudah pasti akan membantunya. Namun, nyatanya harapan tinggalah harapan. Zoe tetap cuek dan dengan sabar menunggu kepura-puraan sang gadis selesai.
"Untuk menemui kekasih sendiri, saya gak perlu nunggu ditawari. Dan kamu boleh turun sekarang, saya harus segera pergi ke kantor," kata Zoe tanpa mempedulikan raut wajah Erlita yang berubah masam meski gadis itu tetap memaksakan senyum.
Setelah Erlita keluar dari mobil, Zoe pun segera melajukan mobilnya keluar dari area rumah sakit. Meninggalkan Erlita yang masih setia berdiri hingga kendaraan Zoe benar-benar tak terlihat lagi.
"Cih! Sial sekali aku malah menyukai sikap dinginnya, akan kulakukan yang terbaik untuk menjeratmu, Tuan Mafarulls!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Om Rudi
Playboy Insyaf, hehehhehe
2025-01-15
0
〈⎳Istri Pemilik Galaksi
GANTUNG MAMA AMELIA DI NAMSAN TOWER ENAK NIH! 😈😈😈😈
2024-02-28
0
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣💣⃟ ⃟𝐄𝐥𝐥ˢʰᵃⁿ👙
heleh bibit" lakor ini mah...awas aja Lo Zoe klo smpe maw nurutin mau nya mama mu buat nikah sama si Erlita itu 😒😒
2023-11-09
1