Merebut Hatimu Kembali
"Assalamu'alaikum. Hai, halo, annyeong, Teman-Teman. Cerita ini merupakan lanjutan dari novelku sebelumnya yang berjudul 'Jarak Antara Dua Hati', aku sarankan baiknya kalian baca novel tersebut sebelum lanjut baca yang ini. Supaya lebih paham dan feel-nya lebih terasa di hati kalian. Tapi kalau mau langsung baca cerita yang ini juga boleh. Tidak masalah! Jadi, selamat membaca!"
...🌼🌼🌼...
Hari yang suram untuk pria yang malang, Zoe Mafarulls. Ini adalah hari yang paling bersejarah untuknya, penolakan yang dilontarkan Shena beberapa saat lalu membuat Zoe sangat terpukul. Shena pergi bersama Harry menuju bandara, meninggalkan Zoe di kafe seorang diri, berbalut nyeri.
Akan tetapi, tanpa diduga-duga. Di tengah perjalanan Shena dan Harry mengalami kecelakaan tragis, hingga membuat semua korban meninggal seketika, kecuali Shena. Gadis cantik berusia 28 tahun itu dinyatakan koma karena mengalami cedera parah di otaknya.
Hari itu, tepat ketika Shena dan Harry meninggalkan kafe, Kota Jakarta tengah diguyur hujan yang sangat deras, jalanan yang licin, banjir di mana-mana, serta petir yang sesekali menyambar.
Niat hati ingin pergi jauh untuk melupakan sejuta kenangan bersama laki-laki yang selalu menggores luka di hatinya, malah berujung duka dan petaka yang tak pernah ia sangka-sangka.
Zoe Mafarulls berdiri di luar ruang ICU, menatap kosong ke arah pintu yang tertutup rapat. Sudah 3 tahun berlalu kecelakaan itu terjadi, tapi ia masih belum bisa mempercayai bahwa Shena, gadis yang ia cintai kini berada di dalam sana dalam kondisi koma. Berbagai alat bantu pernapasan pun turut menghiasi tubuh lemah sang gadis yang masih setia berbaring di sana.
Raungannya masih terngiang di telinga Zoe. Ia masih bisa merasakan sakit yang terpancar dari suaranya. Zoe teramat tahu bahwa dalam situasi seperti ini, ia harus siap kehilangan Shena untuk selamanya, kapan pun itu. Namun, di tengah rasa putus asa yang dirasakannya, jauh di dalam lubuk hatinya ia berharap suatu hari nanti, Shena akan bangun dari tidur panjangnya dan kembali sehat seperti sedia kala.
"Bertahanlah, Sayang! Aku selalu di sini nunggu kamu. Bangun, ya, cantikku," lirih Zoe dengan jemari yang mengusap kaca tebal di hadapannya. Berharap Shena bisa merasakan betapa ia sangat merindukan gadis itu. Lama ia berdiri memandang sang kekasih hati, setelah puas Zoe pun kembali duduk di kursi tunggu yang ada di sampingnya.
Tak lama berselang, seseorang datang dan menyentuh bahu Zoe, membuat pria itu tersentak sebab masih larut dalam lamunan. Ia menoleh dan mendapati sang ibu berdiri di sampingnya.
"Boleh Mama ikut duduk?" tanya mama Amelia, ibunda Zoe yang usianya sudah tak muda lagi, namun aura yang terpancar dari dalam dirinya membuat wanita berusia hampir menginjak angka 48 tahun itu tetap terlihat cantik natural, meski sudah dihiasi keriput-keriput halus di beberapa bagian.
Zoe mengangguk. Mama Amelia pun duduk di sampingnya dan menatap wajah lelah sang putra dengan penuh perhatian.
"Kamu udah makan?" tanya Mama Amelia lembut. Zoe tak menjawab, laki-laki yang penampilannya kini jauh lebih dewasa itu hanya menggelang pelan. Bulu-bulu halus yang menghiasi rahang tajamnya menambah kesan maskulin bagi sang pewaris tunggal dari Mafarulls Grup yang kini berganti jadi MZ Company.
Kharisma Zoe semakin kuat dengan kepribadiannya yang kini berubah total, Zoe yang dulu dikenal sebagai seorang playboy profesional dengan sikapnya yang ceria dan nyeleneh, kini berubah kaku nan dingin. Zoe menjelma menjadi pria angkuh dan tak mudah disentuh.
"Makanlah, Zoe! Mama tahu betul bagaimana perasaan kamu, semua orang khawatir dan mengharapkan kesembuhan Shena. Tapi, kamu juga harus pedulikan kesehatanmu juga."
"Aku tahu."
"Setidaknya demi Mama," sambung Mama Amelia penuh harap. Sebagai seorang ibu, ia tentu sangat sedih dengan kondisi putranya. Selain menemani Shena dengan cara memandangnya lekat-lekat seperti tadi, yang Zoe lakukan hanya menghabiskan waktunya untuk bekerja, mengurus dan memimpin perusahaan hingga lebih maju pesat dan berkembang dari waktu ke waktu.
Tak ada waktu bagi Zoe memperhatikan dirinya sendiri, terutama mengenai hatinya yang sampai saat ini kukuh terpaut pada sosok Shena yang entah akan kembali ataukah pergi. Tak ada lagi nuansa romansa di hidup Zoe, hasrat cinta itu sudah hilang digantikan oleh rasa duka yang mendalam.
"Mama tahu kamu laki-laki yang kuat, ini semua sudah menjadi takdirmu, Zoe. Jangan seperti ini terus! Berlapangdadalah, hem. Masa depanmu masih panjang. Mama juga tahu ini sangat sulit bagi kamu, begitupun Mama dan juga keluarga kita yang lainnya, terutama kakak-kakaknya Shena. Luka dan sedih itu bukan cuma milik kamu sendiri, Zoe." Mama Amelia terus memberi kalimat penyemangat bagi sang putra, ia tidak ingin putra satu-satunya itu memiliki predikat bujang lapuk dengan kesan memprihatinkan.
"Hemm, aku baik-baik aja," sahut Zoe singkat. Ia tahu betul ke mana arah pembicaraan sang ibu. Jika dahulu Mama Amelia begitu kukuh ingin sang putra dan Shena berjodoh, kali ini ia berharap Zoe bisa menemukan gadis lain yang bisa meluluhkan perasaannya; memberi rasa nyaman, serta perhatian dan merawat Zoe.
Akan tetapi, siapakah wanita yang mau dengan sukarela mengisi kekosongan yang sejatinya menolak diisi itu? Zoe benar-bebar menutup hatinya pada wanita mana pun. Hatinya hanya milik Shena Morghia seorang. Jika dulu laki-laki itu berhasil mengalahkan traumanya dari dikhianati sang kekasih, mungkinkah kali ini Zoe juga bisa lepas dari kesetiaan dan rindu yang membelenggu dirinya terhadap Shena?
"Ya udah, kalau gitu ayo kita pulang! Udah sore," ajak Mama Amelia seraya berdiri.
Seharian di rumah sakit nyatanya bisa sedikit memperbaiki perasaan Zoe yang selalu saja gundah. Ia dan sang ibu akhirnya memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Sepanjang perjalanan, Zoe hanya terus diam, menikmati suasana sore menjelang petang ini dan membiarkan sopir kepercayaannya memacu kendaraan beroda empat itu.
Mobil yang ditumpangi Zoe dan sang ibu, kini telah sampai di area perumahan mewah yang didominasi oleh cat berwarna putih tulang, rumah-rumah besar tinggi menjulang bergaya eropa itu berjejer rapi dihiasi pelataran luas yang dipenuhi tanaman hias, juga air mancur. Salah satunya adalah rumah milik keluarga Mafarulls.
"Mama masuk duluan aja, aku harus kembali ke kantor," kata Zoe setelag ia membuka pintu mobil untuk sang ibu.
Mama Amelia sempat berdecak kesal dengan apa yang putranya ucapkan. Tak bisakah laki-laki yang sedang bucin pekerjaanya itu beristirahat sejenak di rumah? Bukan urusan kantor melulu yang dipedulikan.
"Sebelum jam 9 malam aku pasti udah pulang," kata Zoe lagi yang mengerti dengan diamnya sang ibu, Mama Amelia pasti tidak suka dengan keputusannya.
Mendengar hal itu, barulah Mama Amelia mau bergerak dan keluar dari dalam mobil. "Lewat jam 9 kamu belum pulang juga, mama bakar perusahaan kita!" berang Mama Amelia lantaran terlalu gemas pada kelakuan putranya.
"Hem, bakar aja."
Mama Amelia semakin kesal mendengar jawaban bernada tenang dari putranya itu, Zoe sepertinya tahu, mana mungkin ia benar-benar ingin membakar perusahaan yang sudah menjadi ladang penghasilan dan bekal hidup untuk keluarga mereka.
"Mama serius lho, Zoe!"
"Hemm, iyaaa."
Zoe langsung masuk kembali ke dalam mobilnya di bagian belakang, samar-sama telinga Zoe masih menangkap suara Mama Amelia yang terus mengoceh di luar sana. Mobil terus melaju, meninggalkan halaman rumah mewah itu.
Mentari mulai condong ke barat seolah ingin mengucapkan selamat tinggal pada hari yang telah berlalu. Burung-burung mulai pulang ke sarang seolah ingin beristirahat setelah seharian beraktivitas. Angin sepoi-sepoi pun berhembus mengusap wajah datar Zoe yang kini merenung di rooftop gedung kantor miliknya, seolah mengajak semua makhluk untuk bersantai dan kembali ke peraduan.
"Dulu dengan sekuat tenaga aku mendorongmu dari kehidupanku, Sayang. Menyakiti kamu dengan cara yang paling menyakitkan, sampai kamu memutuskan untuk ninggalin laki-laki bajingan sepertiku dan pergi dengan yang lain." Kepala Zoe menengadah, menatap kosong jauh ke sana.
"Andai benar kamu pergi dan hidup bahagia, mungkin aja bisa aku relakan. Tapi, kenapa semuanya jadi begini? Kembalilah, kumohon maafkan aku. Aku merindukanmu, putri tidurku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Denis blora
kasian Shena. ,,disaat udah siap membuka hati tuk Hary ,,eeh malah kena musibah,,
tp aku berharap Shena segera sadar dan biar bisa bersama Zoe selamanya..💪💪♥️
2023-10-28
1
վմղíα | HV💕
dingin dan cuek itulah gambaran anak ibu
2023-10-27
2
🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ📴
betul kata mamamu zoe,,kamu harus sehat dan kua,,jangan sampai melupakan diri sendiri dan kesehatan.
2023-10-25
1