Bab 04 - Godaan

Kasih sayang Mama Amelia terhadap Shena sebetulnya masih ada, ia menyayangi gadis itu seperti ia menyayangi putrinya sendiri. Harapan yang dulu sempat menjadikan sang gadis sebagai menantunya pun tentulah masih ada. Sampai ia mengizinkan sang putra mempertanggungjawabkan pengobatan Shena pun tak lain karena Mama Amelia masih begitu peduli dengan Shena.

Akan tetapi, wanita tua itu tidak lagi bisa membohongi hatinya yang sudah tak tahan dengan keadaan. Sampai kapan ia harus melihat putranya menunggu sesuatu yang tidak pasti dalam kesengsaraan?

Mulanya, ketika kedua orang tua dari Harry masih terpukul dengan kepergian sang putra, mereka sempat mengecam Shena sebagai pembawa sial, menuduh gadis itu sebagai penyebab dari semua lara yang menimpa mereka, tak peduli semiris apa pun kondisi sang gadis pada saat itu, mamanya Harry tetap menyalahkan Shena tepat di hadapan semua keluarga Shena dan juga keluarga Mafarulls di tengah duka masih menyelimuti semua orang.

"Ini semua gara-gara adikmu pembawa sial, dialah penyebab putraku meninggal dunia! Aku akan menuntut balas pada kalian semua!" raung Mama Melisa dengan begitu lantang seraya mengacungkan tangan ke hadapan Kakak-Kakak Shena. Suasana masih berkabung, rumah mereka bahkan masih dipenuhi para pelayat dari berbagai pihak.

Kata-kata Mama Melisa tersebut tentu memancing emosi Natteo, sebagai seorang Kakak tertua ia tidak terima adik bungsunya disalahkan.

"Tolong jaga mulut Anda, Bu Melisa, adik saya tidak salah apa-apa. Justru sekarang harusnya saya menuntut keadilan bagaimana dengan nasib Shena. Dia masih belum sadar, Bu! Adik saya di ambang kematian, tapi malah dengan teganya Ibu berkata demikian!" hardik Natteo.

"Kak Teo benar, kalau bukan karena bujuk rayu anak Ibu. Saya yakin Shena gak akan mau ikut ke luar negeri, adik saya sampai rela ninggalin negara dan kehidupannya di sini hanya karena menerima lamaran laki-laki yang belum dicintainya. Nasib hidupnya jadi gak jelas!" Davina menimpali dengan suara tak kalah tinggi disertai kedua bibirnya yang gemetar menahan ledakan emosi.

Dengan tangis Mama Melisa yang semakin pecah, kedua keluarga masih terus saling menyalahkan. Mereka bahkan lupa bahwa apa yang diributkan tentunya hanya sia-sia saja, Harry telah pergi untuk selamanya dan yang ia butuhkan adalah ribuan doa dari semu orang, buka percekcokan. Shena juga butuh dukungan agar ia bisa kembali sadar dan sembuh seperti sedia kala.

Saat itu, keadaan cukup kacau dan mereka baru bisa berhenti tepat ketika pihak rumah sakit menelepon dan menyampaikan kabar mengejutkan mengenai kondisi Shena yang kembali kritis setelah sebelumnya mendapatkan operasi di otak.

Bukan sesuatu yang mudah untuk semua pihak menerima kondisi ini selama 3 tahun terakhir, terutama keluarga Melisa dan juga suaminya, pasangan suami istri tersebut mau tak mau harus merelakan sang putra pergi untuk selama-lamanya, Harry Mafarulls.

Laki-laki itu bahkan pernah menjadi seseorang yang diandalkan keluarga besar tersebut untuk memimpin perusahaan, tepatnya membangkitkan perusahaan yang saat itu tengah mengalami krisis akibat issue-issue karena ulah Zoe sebagai playboy dan penjahat kelamin menjadi buah bibir, kemudian Zoe mengasingkan diri selama 2 tahun lamanya lantaran di waktu yang sama ia juga ditinggalkan Shena ke Korea.

Sebagai orangtua, Mama Amelia tentu ingin yang terbaik untuk putra satu-satunya. Ia juga sangat ingin melihat Zoe berbahagia, mungkin memang sudah waktunya ia berpikir lebih realistis, mengharapkan sesuatu yang tidak menjamin kepastiannya hanya akan membuatnya terus berada dalam hidup yang penuh dengan kesemuan. Jadi, tidak ada salahnya bukan jika wanita berumur itu berusaha untuk mencari pilihan lain untuk dijadikan menantu?

Zoe Mafarulls mendudukkan dirinya di sofa empuk yang ada di dalam ruangan kerjanya, hari ini urusan kantor cukup menguras energinya dengan berbagai pertemuan dengan orang-orang penting. Ia mendesah berat seraya melonggarkan dasi yang serasa mencekik lehernya.

"Ini es kopi latte-nya, Pak!" kata sekretaris Zoe seraya meletakkan secangkir minuman dingin itu di atas meja. Perempuan yang berpakaian super ketat hingga menampilkan lekuk tubuhnya yang tak seberapa itu melempar senyum pada sang atasan, kemudian ikut duduk di hadapannya.

Nampan yang dipegangnya ia taruh di atas paha yang ia lipat dengan begitu anggunnya, alhasil rok pendek yang tak sepenuhnya membalut kaki itu dengan suka rela menampilkan paha mulus bagian dalam sang sekretaris, Vivian Laurenza.

"Thanks, Vi," ucap Zoe agak malas. Matanya terpejam dengan kepala yang ia tempelkan ke sandaran sofa.

"Your welcome." Vivian tersenyum kecil melihat wajah kusut dari atasannya tersebut. Gadis itu menyimpan nampan di atas meja kemudian berjalan mendekati Zoe. Baru saja tangannya hendak menyentuh bahu laki-laki itu dari belakang, suara ketukan dari arah pintu terdengar. Tanpa menunggu jawaban dari dalam, seseorang muncul diiringi siulan yang seketika memenuhi ruangan.

"Selamat sore, Brother! Wiiih, tu muka kusut bener kayak baju belum disetrika!" Kriss datang membuyarkan suasana.

Zoe masih tetap diam di sofanya dengan mata sedikit terbuka melirik Kriss lalu menyunggingkan seulas senyum tipis, setipis tissue dibagi sepuluh lembar, entah bisa atau tidak, kalian coba saja!

Sementara Vivian, ia memutar bola matanya malas melihat kedatangan Kriss yang tiba-tiba. Menurutnya, laki-laki beristri namun tetap genit itu datang di waktu yang tidak tepat, mengganggu usahanya saja!

"Ya sudah kalau gitu, saya pamit dulu, Pak! Silakan dinikmati kopinya!" kata Vivian lalu beranjak dari sana.

"Oke, Vivian cantik. Bikinin satu lagi buat Mamas Kriss, ya! Jangan lupa tambahin bumbu-bumbu cinta di dalamnya," goda Kriss yang langsung mendapat lirikan tajam dari Vivian.

"Ih, hati-hati matanya juling, Vi!" Kriss terus menggoda, meski tahu Vivian tak menanggapi. Jelas saja, yang menarik perhatian Vivian sepertinya hanya Zoe saja.

Kepala Zoe menggeleng pelan menyaksikan kekonyolan Kriss yang dari dulu tidak pernah berubah, usaha menggoda Vivian sudah menjadi kebiasaan baru bagi laki-laki itu semenjak sang gadis bergabung di perusahaan sekitar 2 tahunan yang lalu.

Zoe menganggap semua itu sebagai hiburan saja di kala ia sudah terlampau suntuk dengan pekerjaannya di kantor, dan kalau sudah tidak mempan, ia biasanya akan pergi ke rumah sakit menemui Shena kemudian bercerita tentang apa pun meski sang kekasih hati tetap pulas dengan tidur panjangnya.

"Vivian selicin belut, ya, Zoe. Tiap digodain bukannya nyantol malah meliuk gak karuan!" Zoe hampir tersedak minumannya sendiri mendengar perkataan Kriss, ia mengerti maksud 'meliuk' yang sahabatnya itu katakan.

Zoe akui, meski pinggul Vivian tidak begitu besar, tapi tetap pas dengan ukurannya yang tentu seimbang dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Jangan salahkan Zoe, meski ia belum pernah melihat tubuh Vivian tanpa sehelai benang pun, tetap saja ia mengetahui lantaran gadis itu selalu mengenakan pakaian yang melekuk tubuh, entah apa maksudnya, Zoe tidak peduli. Godaan-godaan semacam itu sudah biasa bagi Zoe.

"Pakai jaring mungkin bisa, Kriss!"

"Vivian bukan ikan mujaer, Zoe. Cewek cantik gitu dielus biar kepincut, bukan dijaring!"

"Terserah, lagi mumet!" Zoe memijat pelipisnya, sepertinya pulang dari kantor ia memang harus menemui sang kekasih hati. Hanya Shena yang bisa memperbaiki moodnya.

Mata Kriss tiba-tiba berbinar mendengar ucapan Zoe, ia menjentikkan kedua jari lalu berkata dengan begitu bersemangat, "Nanti malam temenin gue ke bar aja, yok! Dijamin suntuk lo ilang seketika!"

"Ogah, males!" tolak Zoe tanpa pikir panjang, sesekali ia menyeruput es kopinya yang dibuatkan Vivian tadi.

"Ayolah, Zoe! Daripada muka lo makin kisut, mending bawa happy aja!" bujuk Kriss, "kan lumayan tuh bisa lo jadiin alasan biar gak harus anterin balik si ... siapa tuh yang rawat Shena?"

"Erlita."

"Nah, itu. Lo bisa kabarin ke Tante Amel kalau ada rapat dadakan di luar, tenang ... biar sisanya gue yang urus!" Kriss menepuk dadanya menyombongkan diri.

Apa yang dikatakan Kriss sepertinya cukup ampuh untuk membujuk Zoe, terbukti dari wajahnya yang saat ini nampak tengah menimbang-nimbang apakah harus setuju atau tidak.

Vivian yang sejak tadi masih berdiri di balik luar pintu pun mencuri dengar obrolan kedua laki-laki itu. Ia tersenyum sumringah dengan wajahnya yang cerah, ia merapatkan pintu yang tadinya memiliki sedikit celah untuknya menguping dengan perlahan, kemudian berlalu dari sana dan kembali ke mejanya dengan perasaan senang. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.

Terpopuler

Comments

Om Rudi

Om Rudi

Vivian mah kucing, minta dielus

2025-01-15

0

〈⎳Istri Pemilik Galaksi

〈⎳Istri Pemilik Galaksi

Baru kali ini Nemu ortu yang malah menyesatkan anaknya. Paling benci deh kalo Nemu orang tua modelan begini, bawain sianida oke nih!

2024-02-28

0

🏘⃝Aⁿᵘ3⃣💣⃟ ⃟𝐄𝐥𝐥ˢʰᵃⁿ👙

🏘⃝Aⁿᵘ3⃣💣⃟ ⃟𝐄𝐥𝐥ˢʰᵃⁿ👙

hastaga bangun Shena,,si Zoe di kelilingi ulet" berbulu tuh..
Merang jiirrr ateul 🤣🤣🤣😣😣😣😣

2023-11-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!