TOLONG JANGAN PLAGIAT, KAMI BISA PROSES SESUAI HUKUM. DAN YANG SUDAH PLAGIAT KEMARIN TOLONG DIHAPUS. BELAJAR, BUKAN MENCURI ITULAH DUNIA MENULIS.
Aulia masih nyaman berada di atas pangkuan Rena, bertingkah menggemaskan seraya bercanda bersama kedua sahabat seseorang telah membantunya dulu.Begitu asiknya bercanda, mereka tidak menyadari akan kehadiran seorang lelaki bertubuh tinggi gagah berdiri di damping meja tempat mereka duduk.
"Papi," seru Aulia pada lelaki tersenyum kecil ke arahnya.
"Hah, Papi?!" terkejut ketiga sahabat tersebut saling beradu pandang tak mampu mempercayai apa yang mereka dengar dari bocah berbalut rok tule.
"Sayang, kok Kamu duduk disini? tadi kan Papi bilang buat tungga dibelakang panggung atau ruangan Papi," ucap Dimas seraya meraih tubuh putrinya untuk digendong.
"Maaf, Pak. Tadi Non Aulia mau duduk disini sama mba Rena," ucap Bi Lastri merasa bersaah tak mematuhi perintah majikannya pada sambungan telpon tadi.
"Maaf, ini semua bukan salah Bibi kok. Saya yang menggendong Aulia kesini tadi," tambah Rena, tak ingin jika Aulia dan pengasuhnya mendapat amarah.
"Papi, ini Tante Rena yang dulu sempat nolong waktu di taman. Waktu Auli lepas dari Bibi," cerita Aulia melingkarkan tangan pada tengkuk lelaki berwajah dingin tersebut dan menunjuk ke arah Rena.
"Oh, maaf. Saya belum sempat mengucapkan terima kasih atas bantuan Anda karena menolong anak Saya. Saya benar benar mengucapkan terima kasih atas pertolongan Anda waktu itu, jika tidak ada Anda mungkin Aulia sudah tidak tahu bagaimana keadaannya. Sekali lagi terima kasih banyak." tulus lelaki berwajah manis juga tampan itu seraya membetulkan posisi putrinya.
"Iya, Pak. Saya cuma lewat saja waktu itu dan lihat Aulia menangis. Makanya saya hampiri, karena Saya juga suka sama anak kecil." Rena berucap sopan, menyunggingkan senyum cantik.
"Baiklah, kalau begitu Kami pamit dulu. Sekali lagi terima kasih banyak atas bantuannya," pamit Dimas.
Setelah berpamitan, Dimas segera meninggalkan meja Rena dan dua sahabatnya. Aulia melambaikan tangan pada tiga orang juga melambai seraya tersenyum ke arahnya. Dia tidak pernah merasakan sentuhan seorang Ibu kandung sebelumnya, selain pengasuh juga seseorang begitu berarti dalam hidupnya yang kini pergi entah kemana.
Aulia memang ditinggalkan oleh Ibu kandungnya dan dirawat oleh seseorang, namun karena sebuah pekerjaan terpaksa Aulia ditinggalkan dan diserahkan sepenuhnya pada pengasuh. Padahal, Dimas berharap jika seseorang itu dapat tinggal dan membantu merawat Aulia meski perbedaan usia terlampau jauh, tapi sifat keibuan sudah dimiliki.
Beberapa waktu setelah kepergian Aulia, Rena dan dua sahabatnya pun kembali ke kost. Sepanjang perjalanan mereka tak henti memuji sosok Dimas dan saling berkhayal dengan pikiran masing masing. Wajah mempesona ditunjukkan, tidak mudah untuk dilepaskan dari ingatan, namun rasa tak percaya jika lelaki itu ternyata sudah memiliki anak turut menghiasi benak mereka.
Ketika awal melihat Papi Aulia bermain piano, mereka sempat mengira jika itu adalah seorang mahasiswa tengah menjalani kerja sampingan. Parasnya masih begitu muda dan dikira seumuran dengan mereka, akan tetapi semua pikiran itu salah begitu mengetahui fakta jika Aulia adalah anaknya.
Tapi fakta itu tak merubah rasa kagum yang sudah ada lebih dulu, mereka tetap mengidolakan sosok Papi muda tersebut tanpa mau memikirkan jika ia telah menikah dan memiliki anak. Sebagai seorang mahasiswa, pikiran mereka memang terkadang suka berhalusinasai sewajarnya para gadis.
****
Esok hari, Rena dan dua sahabatnya tengah berdiri di depan pagar kost menunggu taksi sudah dipesan. Karena hari ini ada kelas pagi dan memaksa mereka harus bergegas ke Kampus menggunakan jasa taksi. Jika harus meminta tolong pada Dio, kekasih Andin pasti akan membutuhkan waktu lebih lama.
Berulang kali melihat GPS pada ponsel, tiba tiba terhenti sebuah mobil Nissan berwarna putih tepat dihadapannya. Rena sempat bingung karena yang di pesan bukanlah mobil Nissan, namun mobil Toyota. Ketiganya mulai mengintip siapa dibalik kaca gelap di dalam mobil, sampai sebuah kaca terbuka sangat lebar dan mengejutkan mereka.
"Tante," sapa seorang anak kecil berseragam TK, mengeluarkan kepala untuk dapat melihat leluasa.
"Aulia?!" terkejut Rena menyahut panggilan dari bocah berikat rambut dua tersenyum lebar kearahnya.
"Kamu kok disini sayang, mau kemana?" tanya Rena sedikit melangkah maju.
"Rumah aku ada disana, Tante." Aulia menunjuk ke arah belakang, dimana terdapat kompleks disana.
"Kamu mau berangkat ke sekolah?" tanya Rena memperhatikan pakaian seragam membalut tubuh bocah kecil di dalam mobil putih tersebut.
"Iya, Tante. Tante sendiri mau kemana?" sahut Aulia seraya memberikan pertanyaan.
"Tante juga mau sekolah, Sayang." Tersenyum perempuan bercelana jeans panjang itu menjawab.
Mendengar putrinya terus berbincang, lelaki berjas hitam tadi bersandar santai di balik kemudi mulai memajukan tubuh untuk menghentikan pembicaraan yang dirasa akan lama. Sementara waktu terus saja berputar, mengharuskan dirinya untuk berpamitan lebih dulu.
"Kita pergi dulu ya, takut Aulia kesiangan!" tegas Dimas, memajukan tubuh menoleh ke arah Rena.
"Oh iya, Pak. Kebetulan taksi Kami juga sudah datang," sahut perempuan mengenakan blouse bunga bunga pink muda itu sopan.
Dimas tidak lagi menjawab, ia kembali menyandarkan punggung nyaman bersiap untuk melaju kembali. Sedangkan taksi yang dipesan Rena memang terlihat mulai mendekat, dipastikan dari aplikasi dalam ponsel ditangan.
"Auli pergi ke sekolah dulu ya? dada, Tante." Aulia melambaikan tangan berpamitan dengan mengeluarkan kepalanya.
Dimas menarik tubuh putrinya, memintanya untuk duduk dan mulai menginjak pedal gas lalu pergi. Perlahan kaca mobil tertutup, menghentikan tangan bocah kecil menurut itu untuk berhenti melambai.
"Gila itu Bapaknya dingin banget," batin Rena menatap kepergian mobil putih itu seraya mengingat sorot mata serta nada bicara digunakan oleh Papi Aulia tadi.
Dimas memang tak pernah terlihat akrab dengan siapapun kecuali seseorang masih mengisi hatinya. Ia tak memiliki niat untuk dekat dengan wanita manapun, sehingga selalu menunjukkan sikap dingin yang terkesan angkuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
AfiQa
q udah lama baca sampai selesai saat masih on going tapi balik lagi kangen ..masuk list favorit nich .sehat selalu thorr 🙏
2021-08-01
0
Viea
masih setia sama kisah ini,,penasaran aja,,dan saya orang yg benar2 kagum sama mb rena,,jd beneran pengen ketemu,,wanita kuat dan tegar,,,thor,,,q komen disini aja masih nangis inget di bab2 ahirnya,,
2021-03-21
0
Daffodil Koltim
wah, kulkas donk, tp slow bntar lgi meleleh,,,,
2020-11-28
0