Ardhan masih berusaha menyelamatkan adiknya meski telapak tangannya terasa sangat sakit.
"Bertahan Ara! Bertahan!"
"Kakak, Ara takut."
"Tenang Ara, Kakak akan menolongmu, bertahanlah!"
Tanpa mereka sadari saat ini ada sosok lain, sosok bocah perempuan berenergi positif akan berbicara dengan sosok hitam jahat.
"Hey si bau! Sini kamu!" Tantang Sherri—utusan Damian.
"Minggir kamu bocah kecil, jangan ganggu aku karena akan ada akibatnya!" murka si sosok hitam berenergi negatif.
"Aku nggak takut denganmu! Si bau, si jorok!" Sherri dengan beraninya mengejek sosok hitam yang masih memegang kuat kedua kaki Arandha.
"Jangan ganggu aku!" marah si sosok hitam itu lagi pada Sherri. Sherri malah tersenyum mengejek dan kemudian menggunakan kedua tangan kecilnya untuk menyerang si sosok hitam. Sosok hitam terpental ketika aura biru menyerangnya.
"Syukurin, haha, si hitam bau!" Sherri mengejek sambil tertawa.
Sosok hitam yang sudah kalah itu berkata, "Aku akan kembali lagi."
Sosok hitam itu kemudian menghilang usai berkata, dia pergi dari sana karena takut pada Sherri, sosok bocah perempuan yang ternyata memiliki energi yang sangat kuat.
Setelah kepergian sosok hitam jahat itu, Ardhan dapat dengan mudah menarik tubuh adiknya dan punggung tangannya sudah tidak terasa sakit lagi.
Arandha segera memeluk tubuh kakaknya, Arandha sangat ketakutan. Sampai-sampai tubuhnya bergetar dan berkeringat.
"Tenang ya, ada Kakak di sini," ucap Ardhan seraya mencium pucuk kepala adiknya.
"Sekarang masuk kamar ya, Kakak buatin teh hangat untukmu, oke?" ajak Ardhan seraya merangkul adiknya dan mengiringnya ke kamar.
"Orang baik selamat sosok jahat minggat, saatnya aku kembali," ucap Sherri yang kemudian menghilang meninggalkan kawasan rumah Arandha.
***
Setibanya di kamar Damian, Sherri hendak kembali masuk ke dalam bonekanya, namun dia urung ketika melihat Damian tertidur. Sosok bocah jahil itu tersenyum nakal sebelum menghilangkan diri.
Tidak beberapa lama dari itu, Damian terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara benda jatuh begitu nyaring di dalam kamarnya.
"Sherri nggak usah nakal deh! Kakak capek, sana masuk ke boneka lagi!" Kesal Damian dengan nafas yang terengah-engah karena terkejut tadi. Damian juga manusia biasa yang bisa terkejut dan marah.
"Wahahaha." Terdengar suara Sherri yang menakut-nakuti pengasuhnya.
"Kamu mau diculik lagi? Udah ah besok Kakak lepas kamu dari boneka ini, biar diculik lagi." Ancaman Damian membuat Sherri takut dan segera muncul di hadapannya.
"Kak Damian kok gitu sih sama Sherri ...?" Rajuk Sherri sambil memanyunkan bibirnya.
"Sherri jahil, nakal!" jawab Damian.
"Iya deh nggak jahil lagi, maaf ya Kakak, jangan lepas Sherri, Sherri nggak mau diculik lagi," mohon Sherri dengan wajah memelasnya.
"Gimana tadi?" tanya Damian seraya beranjak duduk di atas kasur.
"Gimana apanya?" tanya balik Sherri seraya naik ke atas ranjang Damian.
"Tentang Arandha."
"Ohhh, itu gadis baik sudah Sherri selamatkan dari sosok hitam bau," jawab Sherri.
"Dia sudah aman ya?"
"Iya, si hitam bau sudah Sherri usir dari sana, hantu gembel itu udah pergi, haha," jawab Sherri sambil tertawa mengejek sosok hitam.
Damian tersenyum melihat tingkah anak asuhnya yang sangat menggemaskan dan lucu, Sherri adalah sosok bocah kecil yang cerewet dan suka julid, semua hantu jahat dia ejek tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Sherri harus mengubah karakter Sherri, Kakak tahu Sherri bocah kecil yang tentunya cerewet dan suka mengejek, tapi ... Sherri harus hati-hati, jangan sampai salah mengejek." Damian menasehati Sherri.
"Kenapa Sherri harus hati-hati? Energi Sherri 'kan kuat?" tanya Sherri.
"Nanti kalau sosok jahatnya lebih kuat dari kamu gimana?"
"Sherri nggak takut sama sosok jahat karena Sherri yakin bahwa kejahatan akan selalu kalah, Sherri nggak takut sama mereka para sosok negatif," jawab Sherri dengan ekspresi menggemaskan.
"Ya udah sekarang kamu masuk kembali ke boneka ya, istirahat."
"Sebentar Kak Damian, ada yang mau Sherri kasih tahu nih?"
"Apa?" tanya Damian seraya menaikan sebelah alisnya.
"Tadi sebelum minggat, sosok hitam itu ngomong gini aku akan kembali lagi. Katanya gitu, Kak."
"Berarti Ara benar-benar sangat terancam hidupnya, ada dua bahaya sekaligus, pertama bahaya dari manusia dan kedua bahaya dari sosok gaib, kasihan sekali ya dia." Respon Damian.
"Kak Damian bantuin gih. Pagar saja tubuhnya, Kak Damian kan bisa memagari manusia agar terhindar dari hal negatif." Sherri memberi saran.
"Sulit! Gadis itu nggak mudah percaya dengan Kak Damian, lantas bagaimana cara Kak Damian menolongnya?"
"Em ... coba deh Kak Damian deketin dia, besok aku tunjukkan di mana rumahnya?" tawar Sherri.
"Em ...?" Damian berpikir.
"Sudah ah, dah malam nih, sana masuk kembali. Masalah ini kita pikirkan besok saja."
"Oke." Sherri menghilang dari hadapan Damian dan kembali masuk ke dalam boneka yang sudah menjadi wadahnya selama lima tahun ini.
***
Keesokan harinya, Arandha sedang sarapan di meja makan bersama dengan kakaknya.
"Ara mau cumi?" tawar Ardhan.
"Dikit aja, Kak. Ara lagi nggak mood makan nih."
Ardhan tersenyum dan kemudian menaruh satu sendok olahan cumi ke dalam piring Arandha.
Gadis berseragam putih abu-abu dengan garis dua di dadanya itu terlihat hanya diam, entah mengapa hari ini dia tidak mood makan atau melakukan sesuatu.
"Ara makan yang banyak ya, hari ini kan hari pertama ujian semester dua, jadi kamu harus makan yang banyak biar ada tenaga," ucap Ardhan.
"Hm." Respon singkat gadis yang masih duduk di bangku kelas dua SMA itu.
"Oh, iya. Kakak mau tanya nih."
"Tanya apa?" tanya Arandha dengan tatapan malasnya.
"Lulus SMA nanti kamu mau lanjut ke mana?"
"Entahlah, belum ada rencana, Kak."
"Hm ... ya udah sekarang cepat habiskan makananmu, nanti terlambat," titah Ardhan.
Arandha menghela nafasnya dan kemudian memaksa mulutnya untuk terbuka menerima makanan yang akan dia makan.
"Ini tanggal berapa sih?" tanya Ardhan seraya melihat ke arah kalender yang ada di dinding dapur.
"Tanggal tujuh belas, nggak mungkin kan kamu udah datang bulan?" lanjut Ardhan setelah melihat kalender.
"Kakak kan tahu kapan Ara datang bulan, ini bukan tanggalnya, Kak." Arandha menjawab dengan wajah murungnya.
"Kenapa kamu bad mood?"
"Entahlah."
Tanpa mereka sadari, sosok hitam sedang mengawasi mereka sejak tadi.
"Aku akan mengganggumu lagi, aku akan mengusik pikiranmu sehingga kamu sulit mencerna pertanyaan ujian, haha," ucap si sosok hitam sambil tertawa jahat.
***
Di kamar Damian, Damian saat ini sedang memakai kemeja di depan cermin.
"Kak Mian, Kak Damian!" panggil Sherri pada Damian.
Damian seketika menengok ke arah nakas sambil menaikkan alisnya pertanda bertanya pada boneka Sherri.
"Gadis itu dalam bahaya, sosok hitam akan kembali mengganggunya," ucap Sherri.
"Hah?"
"Iya, Kak Mian, ayo tolongin dia!" pinta Sherri.
"Gimana caranya?"
Damian bingung, dia sangat ingin menolong namun dia tidak tahu bagaimana caranya, terlebih dia dan Arandha hanya orang asing yang tidak saling mengenal.
"Pokoknya Kak Mian harus tolong dia! Kak Damian harus ada cara untuk menolongnya!" ucap Sherri. "Kak Damian pasti ingat kan dengan pesan leluhur bahwa Kakak harus mempergunakan kelebihan Kakak untuk menolong orang?" lanjut Sherri.
"Hem."
"Kak Damian harus tolong, ayo Kak cepat!" Oceh Sherri yang mendesak Damian.
"Dasar bawel! Gimana Kakak bisa mikir kalau kamu cerewet begitu, Diam!" Kesal Damian pada Sherri, si bocah cerewet.
"Kak Mian nggak asik!" Kesal balik Sherri pada Damian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments