Hari ini, Arya pergi untuk menuntaskan rasa sakit hatinya pada, Rama. Di sebuah hotel yang di janjikan sebagai tempat untuk melakukan kesepakatan untuk mengakhiri semua kesalahan diantara keluarga mereka.
Rama datang bersama, Adam! Sedangkan, Arya datang bersama, Bara. Mereka sudah memesan kamar yang tak akan diketahui orang lain apa yang mereka lakukan disana.
Rama duduk sambil menatap tajam pada, Arya. Mengingat kedua orang tuanya yang sudah tak ada lagi membuat, Rama rasanya ingin juga melenyapkan, Arya saat itu juga.
"Apa mau mu, setelah kamu melakukan penyerangan padaku? Tidak ku sangka kalau kamu senekat itu, Rama? Ku kira kamu hanya menggertak, tapi kamu sunggih - sungguh dengan apa yang kamu katakan." Arya tak gentar sama sekali. Ia juga melakukan hal yang sama, menatap, Rama dengan maat elang miliknya.
"Apa maksud mu, jangan asal menuduhku, Arya. Tidak pernah aku meminta orang lain untuk menyerangmu. Yang ada kau yang meminta orang lain menyerangku disaat aku ada perjalanan diluar kota." Ucap Rama tak kalah tegas.
Adam melirik dua pemuda yang saling menyimpan rasa dendam. Adam rasanya cukup takut, apa lagi , Bara memperlihatkan senjata yang di bawa.
Arya mau pun, Bara tak tau kalau diluar ada banyak sekali anak buah, Rama menunggu mereka. Beda dengan Bara, tak membawa orang lain dalam kesepakatan mereka. Rasanya bila hanya untuk bicara serius tak akan dibutuhkan orang lain. Namun satu hal yang pasti, persiapan yang di miliki, Arya tak sematang yang dimiliki, Rama.
"Ck, kau masih belum juga tau. Jika kesalahan keluarga mu itu sangat fatal, keluarga ku sudah dihantam sampai titik terdalam. Kedua orang tua ku merenggang nyawa. Kamu tau, Arya itu semua ulah papa kamu, Aditama. Dia seorang pembunuh, dia harus bertanggung jawab atas kepergian kedua orang tua ku. Mana , Aditama. Aku harus mengirimnya ke Negara bersama ibu mu." Ucap Rama dengan tegas. Mata nya menatap tajam pada, Arya yang tak takut sama sekali.
"Tutup mulut mu, Rama. Jangan sembarangan bicara. Papa ku bukan orang seperti itu. Kalau tidak ada bukti jangan mengatakan hal buruk itu. Justru Patra yang sudah melakukan hal keji, serahkan papa kamu padaku, biar aku yang menghabisinya sekarang juga. tak akan aku permasalahkan hal lain, aku hanya ingin nyawa patra saat ini." Arya menegaskan jika dia ingin menghancurkan Patra. Arya bahkan tak percaya dengan apa yang dikatakan, Rama. Patra tak mungkin tiada.
Rama yang marah mendengar nya, dia langsung memukul Arya lebih dulu. Arya tidak bisa di ajak baik - baik, maka dia harus memberikan pukulan fisik.
"Kurang ajar, kau melakukan hal ini padaku, Rama?" Tanya Arya, ia pun ikut melakukan seperti yang dilakukan, Rama. Dua pria itu saling serang, saling adu fisik. Adam baru saja akan bergerak membantu, Rama, namun di hadang, Bara dengan menodongkan pistol di lehernya.
"Jangan ikut campur, siapa pun nanti yang akan gugur berarti dialah yang kalah, biar mereka menyelesaikan permasalahan mereka. Cukup kamu jadi penonton." Ucap Bara memberikan ancaman.
Adam tak mungkin membiarkan hal ini terjadi, Rama tampak kelelahan, kalau di biarkan, Rama bisa tumbang. Adam pun menekan ponsel di dalam saku, memanggil orang suruhan yang sudah di minta bersiaga diluar.
Brak..
Pintu kamar hotel tebruka lebar, tampak ada beberapa pria datang kedalam dengan membawa senjata api. Arya terbelalak. Ia menatap tajam pada.
"Kau membawa anak buah mu, dan kau kali ini curang, Rama. Cih, tak heran lagi, hal seperti ini yang sudah dilakukan orang tua mu untuk menjebak papa ku." Ucap Arya geram. "Bara, hajar mereka." Teriak Arya. Di dalam kamar itu mereka saling tembak, saling melakukan baku hantam. Tak butuh waktu lama. Arya dan Bara tumbang. Mereka tergeletak dengan banyak nya noda merah yang mengalir dari tubuh mereka.
Rama mendekat, ia menyeringai puas melihat, Arya yang sudah tak berdaya, Rama juga bisa melihat nafas Arya tersengal. "Ini yang kamu mau kan. Pegrilah ke Neraka. Minta maaf pada kedua orang tua ku. Dan setelah kamu minta maaf, maka pergilah ke Neraka. Cih." Rama meludah tepat di wajah, Arya.
Arya membuka pintu dengan kondisi yang sudah tak terkatakan. Dia berusaha merangkak untuk bisa keluar dari kamar hotel itu. "Tolong!" Ucap Arya dengan memegani dada nya yang terasa sakit.
Bruk.
Tubuhnya oleng disaat ada pegawai hotel melihatnya. Setelah itu, Arya tak tau lagi apa yang terjadi.
***
Dirumah sakit. Anggi menunggu di depan rumah sakit. Disana juga ada Rasti yang menunggui kakak lelakinya. Ditemani Rayan, tadi dari kampus, ia minta tolong diantarin , Rayan untuk melihat kondisi, Bara.
"Tante." Ucap rasti, ia sudah terisak pilu.
Rasti. Anggi juga sama , ia terisak, takut bila putra nya pergi menyusul suaminya.
Rayan melihat, Anggi wanita yang pernah dia tolong. "Kenapa wanita ini ada disini, mungkinkah dia saudara nya tante, Anggi?" Bisik, Rayan dalam hati.
"Rasti, Arya dan Bara masih di dalam, tante tidak tau apa yang terjadi. Tante sangat takut, bagaimana kalau sampai, Arya tak tertolong.Hiks."
Rayan kaget mendengar nya, Arya yang dia tau merupakan putra dari wanita itu.
"Kenapa, pria itu suka sekali masuk ke rumah sakit. Dulu dia luka akibat di pukul, lalu di tembak, sekarang luka apa lagi. Dia suka sekali membuat mama nya sedih. "Bisik, Rayan. Ia juga iba melihat, Rasti dan Anggi yang terisak pilu.
"Rayan, kamu juga disini, nak. Kamu datang untuk, Arya?" Tanya nya penuh harap. Rayan bingung, dia tak enak hati untuk menjawab tidak. Rayan terpaksa mengangguk agar Anggi tak sedih.
"Rasti sebaiknya kamu duduk dulu, kamu harus tenang, kakak kamu pasti baik - baik saja. Telepon orang tua kamu, agar mereka datang. Mereka juga harus tau, bagaimana kondisi, kak Bara, kan?" Bisik nya.
"Tidak, Ray. Mama sama papa diluar negeri. Bagaimana mereka bisa datang. Aku takut, Ray. Takut kalau kakak ku kenapa - kenapa. Siapa sih yang sudah melakukan hal ini pada kakak ku, selama ini, kak Bara tak ada musuh, Hiks."
Rayan memeluk, Rasti yang sangat sedih. Disaat mereka terisak, dokter keluar dari ruang opersi.
"Dokter, bagaimana kondisi putra saya, Arya. Putra saya yang tadi masuk keruangan ini?" tanya Anggi tak sabaran
"Maaf bu, untuk pasien berhasil menjalani operasi, namun sampai saat ini putra ibu masih keritis, dalam waktu dua puluh empat jam, kalau putra ibu tidak bangun juga, artinya putra ibu dinyatakan koma."
Anggi semakin menangis pilu mendengar nya, ia menutup mulut dengan menggunakan kedua telapak tangan.
"Tante jangan sedih, kita harus banyak doa agar anak tante baik - baik saja. Sini duduk dulu, tante. Jangan menangis terus. Tante juga harus jaga kesehatan, kalau tante juga ikutan sakit, siapa yang akan ngurusin, putra tante nanti." Ucap Rayan, dengan pekan dengan lembut dia membawa, Anggi duduk di kursi yang ada disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Maya Imuch
lanjut
2023-11-04
0