Malam hari nya, Rayan pergi ke suatu pesta diantar oleh, Rama sendiri. Pulang nya, Rama mengatakan tidak bisa menjemput adiknya karena harus melakukan urusan lain.
"Ingat, ya Ray, jangan pulang malam, kalau bisa pukul sepuluh malam kamu sudah sampai dirumah." Ucap Rama mengingatkan. Dia tidak ingin adiknya berada dalam bahaya, apa lagi mengingat mereka yang tinggal berdua tanpa orang tua.
"Iya kak, jangan khawtir, yang ulang tahun teman satu kelas, loh. Kakak juga jangan pulang malam."
"Hem. pergilah, nanti kamu pulang naik taksi saja." Ujar Rama kembali. Rayan mengangguk, ia langsung masuk kedalam rumah, Rasti.
Disana dia sudah melihat banyak teman kampusnya. Apa aku datang telat, tapi kan ini masih pukul delapan kurang lima menit." Di undangan di buat acara dimulai pukuil delapan." Bisik, rayan dalam hati.
"Ray, sini. Kenapa bengong saja." Rasti berteriak, dia cukup senang, Rayan mau datang ke acara ulang tahun nya, ia tau Rayan masih dalam kondisi berduka.
"Eh, iya Ras. Selamat ya, udah gede juga masih saja pake acara ulang tahun, kayak bocah saja kamu." Kekeh, Rayan.
Rasti membawa Rayan ke tempat yang sudah disediakan. "Kamu tidak apa kan duduk disini dulu, aku harus kesana, acara sebentar lagi akan dimulai."
Rayan mengangguk, ia pun paham kalau Rasti pasti akan sangat sibuk.
"Enak, ya jadi kamu Ras. Masih punya kedua orang tua, beda sama aku. Satu pun sudah tidak ada." lirihnya pada diri sendiri. Melihat Rasti yang tertawa bahagia bersama dengan keluarganya rasanya ia sangat iri. Karena sampai kapan pun dia tidak akan pernah merasakan hal seperti yang terlihat di depan mata nya.
Acara pun dimulai, banyak anak muda yang hadir disana, termasuk banyak pria yang dia tak kenal, Rayan mengira bila para pria yang jauh lebih dewasa darinya pun dengan Rasti adalah teman - teman kakak nya.
Tak ingin larut dalam kesedihan, ia mengambil duduk di tempat yang kosong.
***
Ditempat lain. Rama dan Arya bertemu, mereka sudah sepakat untuk bicara melalui asisten mereka masing - masing.
"Kamu. Sedang apa disini?" Tanya Arya heran, dia datang kesana untuk bertemu dengan Patra, tapi malah bertemu dengan Rama, salah satu teman nya ketika mereka kuliah di luar Negeri dulu.
"Arya, kamu sudah kembali. Bukan nya kamu ada diluar negeri? Kapan kamu kembali?" Tanya Rama. Ia juga kaget mendapati Arya disana. Di salah satu caffe yang cukup jauh. dari kediaman mereka masing - masing.
"Sudah hampir satu bulan. Aku ada urusan disini sebelum urusan ku selesai, maka aku tidak akan pernah kembali." Jawab Arya. Dia duduk sambil menatap ke sekeliling, mencari meja lain yang kemungkinan orang yang ingin dia temui.
"Kamu sedang apa disini?" Tanya Arya kemudian.
"Bertemu seseorang, asisten aku mengatakan ketemunya disini. Orang nya belum nongol." Ucapnya, Rama menyeruput secangkir kopi yang sudah di suguhkan.
"Ketemu siapa? "Tanya Arya kemudian.
"Aditama"
Deg
Arya kaget mendengar nya. "Buat apa kamu bertemu dengan orang itu?" Tanya nya
"Untuk menghabisinya. Dia sudah menghancurkan keluargaku. Dan dia juga harus hancur. Aditama dan istrinya harus hancur, mereka berdua harus lenyap dari bumi ini." Dengan mantan Rama mengatakan hal tersebut.
Dia tak tau kalau Arya adalah putra dari orang yang di carinya. Selama ini dia tidak mengetahui nama belakang, Arya.
Bug..
Arya yang marah mendengar nya langsung memberikan bogeman pada, Rama. Emosinya meledak mendengar, Rama yang ingin mamanya juga lenyap. Belum hilang rasa duka dalam hatinya atas kepergian papa tercinta, namun denegan terangan, Rama mengatakan ingin mama nya juga tiada.
Sebagai seorang anak, Arya tentu tidak akan tinggal diam. Siapa pun yang berusaha menyakiti mama nya akan dia hadapi.
"Apa yang kamu lakukan, Arya?" Tanya Rama dengan marah, ia bangkit berdiri tak terima di pukul tanpa sebab.
"Jangan bilang kamu adalah orang suruhan Patra. Kamu utusan dari orang brengsek itu. Hah." Tanya nya dengan nada tinggi.
"Kamu.." Rama menunjuk Arya dengan emosi sekaligus kaget. "Kamu, jangan bilang kalau kamu adalah orang nya Aditama. Mana dia, kenapa malah mengutusmu. Katakan padaku mana manusia bajingan itu, aku sudah tidak sabar ingin melenyapkan dirinya. Dia harus habis di tangan ku." Ucapnya dengan tegas.
"Aku. Aku Arya Aditama. Orang yang kamu cari adalah papa ku. Mau apa kamu, mau menghabisi mamaku? Langkahi dulu aku sebelum kamu menghabisi mama ku, jangan harap kamu bisa melakukan hal itu." Jawab Arya dengan emosi. Rahang nya mengeras, rasanya saat itu juga ingin melenyapkan, Rama.
"Jangan bilang Patra itu adalah papa kamu, sialan?" Tanya nya. Diam nya Rama membuat Arya yakin kalau Rama memang benar anak nya, Patra.
"Dimana papa kamu, aku ingin menghabisinya. Katakan padaku, Rama. Papa kamu harus berakhir di tangan ku." Ucap Arya dengan mengeram emosinya. Tak bisa di percaya kalau orang yang sudah membuat papanya tiada adalah orang tua dari Rama.
"Kamu tau, keluarga mu sudah membuat papa ku tewas, katakan padaku apa salah papaku hingga harus di lenyapkan. Katakan, Rama?"
Arya menarik baju Rama dengan kuat matanya memerah, menahan gejolak dalam diri. Dia sudah gelap mata. Rama masih syok mengetahui hal tersebut. Apa yang sebenar nya terjadi. Pikiran Rama masih melayang kemana - mana.
Bug. Bug..
Arya memukuli Rama dengan gelap mata, tak ada rasa aksihan, tak ada kata teman. Jiwa ibils nya sudah merongrong hingga ke ubun - ubun.
Bukan hanya Arya, Rama juga melakukan hal yang sama, baku hantam pun terjadi diantara mereka berdua. Wajah mereka berdua sudah mengeluarkan cairan merah akan tetapi tak ada salah satu dari mereka yang mengakhiri kekuatan fisik tersebut.
"Hentikan. Jika ingin membuat keributan jangan disini." Ucap petugas kemanan, ia melerai pertengkaran diantara dua pemuda yang sama - sama marah itu. Satu pertugas kemanan memegangi, Arya yang satu lagi memegani, Rama. Dua pria itu saling menatap tajam, rasa benci terlihat jelas dari sorot mata mereka.
"Ingat, Rama. Mulai saat ini kau bukan sahabat ku, lupakan apa yang pernah terjadi diantara kita dulu. Lupakan kalau kita pernah saling berbagi, saling melindungi. Dan malam ini juga aku mengatakan perang pada mu. Sebelum aku menghabisi seleuh keluarga mu, aku tidak akan pernah berhenti. Ingat itu." Ancama serius di ucapkan, Arya.
Begitu juga dengan, Rama dia juga mengatakan hal yang sama. "Kamu pikir aku akan sudih menjalin pertemanan dengan keluarga pembunuh seperti mu, jangan mimpi kamu Arya, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kamu dan keluarga mu akan berakhir di tangan ku. Tak akan ada yang sisa. Aku bahkan berniat ingin melelang mama mu ke tempat judi." Ucap Rama.
"Brengsek. Kurang ajar kamu." Arya mengamuk, tak terima mama nya di hina orang lain. Baginya mama nya adalah wanita yang sangat dia cintai.
"Sudah. Cukup. Jika kalian ingin ribut selesaikan masalah kalian diluar, jangan buat keributan di sini, mengganggu pengunjung lain. pergi kalian.." Pertugas kemanan itu membawa mereka berdua keluar. Baik Rama pun dengan Arya sama - sama di bawa keluar hingga mereka masuk ke dalam mobil mereka masing - masing.
"Sial. Kenapa selama ini aku tidak tau kalau Arya itu punya anam Aditama. Dia harus menerima ganjaran seperti yang sudah dilakukan orang tuanya pada papa dan mama ku. Ini tidak bisa di biarkan. Awas kamu, Arya. Kamu marah jika mama kamu dilenyapkan, lalu bagaimana dengan kami. Kami bahkan kehilangan kedua orang tua kami dalam waktu bersamaan."
Arya tidak kembali ke rumahnya tak ingin mama nya melihat kondisinya yang babak belur. Dia memilih pergi ke rumah salah satu teman nya.
"Sial, kenapa keadaan rumah mu sangat ramai, Bara. Ada apa disini?" Tanya nya. Dia berjalan masuk, barulah dia mengetahui kondisi rumah nya yang sangat ramai, ternyata rasti adiknya, Bara sedang mengadakan acara ulang tahun nya.
"Arya, kamu kenapa?" Tanya Bara heran. Dia menghampiri teman nya yang datang tanpa diundang tanpa kabar juga. Bara sempat heran, apa lagi melihat wajah nya yang babak belur.
"Kecelakaan kecil. Ambilkan minum. Gue haus." Pinta nya, lalu duduk di salah satu tempat yang kosong disana. Banyak pasang mata melirik, Arya yang babak belur. Bara yang melihat itu memutuskan mengajak Arya masuk kedalam rumah, di luar rumah banyak teman - teman adiknya, tepat nya di dekat kolam renang.
Arya berhenti melangkah disaat melihat sosok yang pernah dilihatnya dirumah sakit. Bukan hanya Arya, Rayan juga, ia kaget apa lagi melihat wajah orang yang babak belur itu.
"Ray, kamu disini?" Tanya Bara
"Eh, iya kak. Tadii numpang toilet." Ucap Rayan, ia meringis ngilu melihat luka di wajah, Arya yang tak karuan.
"Ray. kamu bisa bantu obatin luka Arya. Dia teman ku, entah kenapa dia bisa seperti ini. Aku masih ada perlu sama Rasti, kamu kan tau sendiri, dia bisa ngambek kalau tidak melihat ku diacara nya."
Rayan mengangguk ragu, jika menolak merasa tak enak hati.
"Iya, iya kak. Mana obat nya? "Tanya Rayan, ia tak berani menatap Arya yang terluka itu.
"Ambil saja di laci dekat dapur, disana banyak jenis obat luka. Kalau Arya tidak nurut tekan saja luka nya." Bara terkekeh lalu melenggang pergi.
"Sini. Duduk om." Ucap Rayan menunduk. tak tau mau mengatakan apa.
"Om? Apa aku setua om mu. Bara kamu panggil kak, lalu aku, Om. Aku dan Bara seumuran. Jangan katakan itu lagi." Dengan tegas Arya mengatakan hal tersebut. Emosinya belum sepenuhnya reda, udah di buat kembali memanas.
"Eh, iya kak. Ma-maaf." Jawab Rayan.
Setelah, Arya duduk, ia pun mulai membersihkan luka di wajah, Arya. Pria itu sedikit meringis menahan rasa perih.
"Maaf. Sakit ya?" Tanya Rayan lagi.
"Menurut mu?" Dengan sorot mata tajam, Arya menjawab dengan angkuh.
"Nih orang galak benar, udah ditolongin malah marah. Kalau tidak mau terluka maka jangan berantam. Aku tau nih, dia pasti berantam karena wanita?" Bisik Rayan dalam hatinya. Ia kembali membersihkan noda merah di wajah, Arya. Sesudah itu barulah dia berikan obat luka, tak lupa Rayan memberikan plester pink disana.
"Sudah.. Semoga cepat sembuh." Ucap Rayan dengan tulus.
"Hem. Ngomong - ngomong kamu yang waktu itu ada dirumah sakit kan?" Tanya Arya
"Eh, Iya kah? Saya lupa." Rayan terkekeh canggung, tak tau harus bicara apa. Sebenar nya dia ingin segera pergi, tapi tak enak meninggalkan, Arya yang masih mengajaknya bicara.
"Kamu teman nya, Rasti?" Tanya Arya
"Hem."
"hem apa? Jawab itu yang benar, seolah kamu tidak menghargai orang lain yang sedang bicara."
Jleb.
Rayan menelan saliva berat. Rasanya pria yang sudah di obati luka nya sangat ketus ketika bicara dengan orang lain.
"Ray sudah selesai?" Tanya Bara yang baru datang dengan makanan yang di bawa nya buat, Arya.
"Sudah kak, kalau begitu aku ke sana, ya. Sekalian mau ijin pulang. Takut kakak ku marah."
Bara tersenyum kecil. ia mengangguk membiarkan, Rayan pergi
"Ck, dasar anak manja, baru juga pukul sembilan sudah mau pulang. Apa kata dunia, disaat jama sekarang maish takut pulang malam. Alasan saja. " Julit Arya.
"Nih makan dulu, jangan mengomel. Katakan padaku, kenapa kamu bisa seperti ini?" Tanya Bara heran.
"Ini akibat ulah orang yang sudah membuat papaku tiada, kamu pasti tidak akan menyangka kalau aku bilang siapa orang yang sudah melenyapkan, papa ku. Kau tau Bara, dia adalah Rama, teman ku yang dulu pernah aku ceritakan. Dia teman yang pernah satu kampus sama aku."
"Lah, bukan nya kamu bilang dia ada di luar Negeri?" Bara heran
"Tidak, tadi aku bertemu dengan nya, aku menghajar nya. Dia juga ingin melenyapkan mama ku. Dia bilang kedua orang tua ku harus lenyap. Berani sekali dia mengatakan hal itu padaku, apa dia tidak tau siapa aku. Tidak ada kata teman bagiku, Bara. Jika ini menyangkut nyawa keluarga ku, siaap pun akan aku lenyapkan dari duani ini. Termasuk, Rama."
"Bro, aku turut berduka atas kejadian yang sudah menimpa keluarga mu. Dan jika kamu ingin menuntut keadilan lakukan dengan cara yang benar, jangan sampai ada kejadian tak terduga kembali.."
Mereka akhirnya berbincang banyak hal random sambil menikmati makanan. Arya bahkan minta dukungan, Bara ketika suatu saat dibutuhkan. Sebagai teman yang baik, Bara tentu mengabulkan nya..
**
"Kau ingin pulang, Rayan?"
Rayan menoleh ke samping, dia kaget melihat seseorang yang berdiri di samping nya.
"Kau. Kau tau nama ku?" Tanya nya tak percaya. "Padahal kita tidak ada kenalan tadi?"
"Hem. Bara mengatakan padaku kalau namamu, Rayan. Bukankah nama mu memang Rayan? "Tanya nya. Mata nya menyipit melihat Rayan yang kaget juga gugup.
"Ayo aku antar pulang, sebagai imbalan sudah mengobati luka di wajah ku.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments