"Hai.." Seru seseorang yang mengagetkan, Rayan. Satu minggu sudah terlewati, selama itu pula dia sibuk menyibukkan dirinya sendiri dengan tugas kampus. Rayan sebentar lagi akan mengikuti praktek di salah satu perusahaan di kota nya."Kali ini, Rayan kaget melihat sosok yang satu minggu lalu ia ketahui sedang menhan rasa sakit.
"Ka-kamu! Kamu sudah sembuh?" Tanya nya heran. Kenapa Arya berada disana, harsunya Arya dirumah sakit atau istirahat dirumahnya.
"Apa maksud mu, apakah kamu tidak suka melihat ku sembuh.Hem?"
"Eh, bukan! Maksud ku. Ya, entahlah. Sudah lah, lupakan saja. Ikut aku, disini tempat orang untuk belajar, membaca tanpa suara. Jika kita ngobrol disini maka mereka bisa terusik nanti." Rayan menarik tangan, Arya membawa nya pergi dari sana. Arya terkekeh, belum pernah ada orang lain memperlakukan diri nya seperti itu. Tapi dia cukup senang, hal langkah yang tak pernah terjadi. Sekali kejadian nyatanya tidak buruk sama sekali,
"Kenapa kamu membawa ku ke tempat ini?" Tanya Arya. Ia melihat mereka saat ini sedang berada di bawah pohon rindang. Nyaman buat ngobrol.
"Apa kamu tidak suka dengan tempat ini?" Tanya rayan, ia tak enak hati. Ia pikir, Arya pasti akan suka dengan tempat itu.
"Jangan cemas, aku suka. Hanya saja, apa disini tidak ada makanan atau minuman. Kita bisa bicara sambil menikmati makanan atau minuman."
"Kalau mau makan di kantin. Tapi disaat jam seperti ini kantin sangat padat.. Ya, sudahlah! Kita ke caffe di depan sana. Disana kamu bisa makan apa saja, bisa juga minum aneka jus segar. Ayo!" Rayan kembali mengambil tangan, Arya. Pria itu melirik tangan nya yang di gerek wanita muda.
"Berani sekali dia memperlakukan aku seperti ini. Apa dia pikir aku ini anak kecil yang takut di tinggal emak nya. Sial. Dia benar - benar tak perduli, apakah aku nyaman dengan sikap nya atau tidak. Gadis pemberani." Arya tersenyum tipis, ia mengulum bibirnya ke dalam.
"Rayan! Mama aku mengundang mu makan malam dirumah, kata nya sebagai rasa terima kasihnya atas kebaikan mu. Sudah menolong mama, menolong ku juga." Ucap, Arya, ia sambil berjalan menatap wajah, Rayan yang serius menatap jalanan.
"Rayan! Kamu mendengarku, kan? Mama aku mengundang mu makan malam dirumah nanti malam. Kau harus datang, kalau tidak, mama bisa kecewa."
"Sss. Diam deh, nanti kita bisa kecelakaan, nanti saja ngomong nya kalau kita sudah tiba di caffe. Lihat, kita bahkan masih menyebarnag jalan raya." Ucap Rayan kesal. Dia menatap tajam pada Arya yang sejak tadi bicara.
Arya yang di tatap, bukan nya marah atau kesal, ia malah tergelak, lucu melihat ekspresi, Rayan yang kesal pada nya.,
"Oh, iya. Sebagai lelaki yang sejati harusnya kamu yang membawa ku menyebrang jalan. Bukan malah sebaliknya. Ck, dasar payah." Ejek, Rayan.
Arya yang mendengar itu menelan saliva berat, ia merasa tertampar dengan apa yang dikatakan, Rayan. Karena memang benar adanya, harusnya Arya yang membawa, Raya menyebarng jalan.
"Ini bukan aku, apa - apaan ini, kenapa aku malah berlindung pada wanita, memalukan. Kalau saja ada orang yang melihat, mereka akan menertawakan aku." Umpat Arya dalam hati.a
Sampai di caffe, Arya duduk di tempat pojokan, ia tak ingin pembicaraan mereka di dengar orang lain.
"Ehem. Rayan! Mama mengundang mu makan malam dirumah. Jangan menolak, kalau kamu menolak, maka aku memaksa mu. Bahan aku akan menjemput mu kerumah mu."
Rayan melotot mendengar Arya bicara. Mereka tidak sedekat itu, akan tetapi kenapa pria asing itu bisa bicara sesantai sekarang.
"Kau tidak bisa menolak, Rayan! Karena itu semua tidak ada artinya. Kau juga harus tau, kalau aku orang yang tak suka di tolak." Arya tersenyum melihat, Rayan yang cemberut.
"Lalu kenapa kamu mengatakan seolah kamu minta ijin pada ku dulu. Harusnya kamu mengatakan, Rayan nanti malam datang makan malam ke rumah.. Udah, gitu saja tadi. Tidak perlu menggunakan kata mama. Ih, kesal kan sama kamu." Lagi - lagi, Rayan semakin cemberut, apa lagi nanti malam, dia ada tugas kampus yang harus segera diselesaikan
Arya terkekeh.
"Biar sopir yang menjemput mu nanti. Aku bisa---"
"Tidak! Jangan! Aku akan datang dengan taksi. Tapi pulangnya kamu bisa antar aku, kan?" Pintanya memelas, Rayan tak ingin kakak nya tau, kalau saat ini dirinya dekat dengan seorang pria. Bisa - bisa kakak nya salah sangka nanti.
"Hem. tak masalah.." Ucap Arya, Rayan pun tersenyum senang.
***
"Rama! Kau disini? Jangan bilang kau ingin mengemis kerja sama dengan orang - orang yang aku kenal ini. Ck, jangan harap kamu bisa menjalin kerja sama dengan mereka, Rama. Itu hanya akan terjdi dalam mimpi. Ingat Rama , hanya mimpi!"
Rama terkekeh. "Arya! Jangan terlalu percaya diri, lihat saja kalau kamu itu sudah asal bicara. Aku tau, kau sudah melakukan hal kejam padaku, Arya. Dan jangan harap aku akan diam saja, selama aku masih hidup, tak akan pernah tertindas oleh mu. Persiapkan dirimu dengan semua yang akan ku lakukan.." Rama pergi setelah menepuk keras pundak, Arya.
Tentu saja, Arya sangat marah. dia datang ke sana, untuk menghadiri undangan salah satu pemegang saham yang ada disana, Arya bertemu dengan Rama suatu hal yang tak dia inginkan. Rama tidak termasuk dalam daftar orang yang akan dia temui.
"Sial. dia pasti sedang menyususn rencana lagi. Apa yang kamu pikirkan, Rama. hingga kamu tega mengirim seorang untuk melenyapkan ku. Sekejam itu kamu, Rama!" Ucap Arya. Hati kecilnya menolak untik percaya, namun dengan semua bukti yang ada, maka Rama lah yang sudah melakukan kesalahan lebih dulu.
"Tuan. Maaf sebelumnya. Saya mengundurkan diri dari Gurb ini. Selama Rama masih ikut bergabung bersama kita, maka saya memilih mundur Akan tetapi, jika Rama di keluarkan dari Grub ini, maka saya jamin tak akan pernah mundur, bahkan saya akan memberikan apa saja yang di buruhkan di Grub ini. Saya juga akan memberikan jaringan bagi yang membutuhkan kerja sama. "
Arya menyeringai puas setelah melihat ekspresi wajah para pengusaha yang ada disana, hanya dengan menjanjikan keuntungan saja, Arya sudah berhasil menarik sekutu untuk berada di pihaknya.
"Tunggu saja kehancuran mu, Rama. Jika kamu berani membawa pembunuh untuk melenyapkan ku, maka aku juga berani membawa orang - orang untuk meninggalkan mu. Aku tak yakin entah sudah berapa banyak kerugian yang kamu alami, apa bila mereka semua meninggalkan mu. Memang nya dengan siapa lagi kamu akan bekerja sama. Aku yakin tidak akan ada orang yang bisa menolong mu." Kekeh, Arya. Tak sabar menunggu hari esok, ingin mendengar Rama sedang murka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments