Karena kesalahan nya kemarin, Xavera mendapatkan hukuman dan diminta untuk melakukan banyak tugas yang harus di kumpulkan besok juga.
Sebenarnya mudah saja untuk Xavera mengerjakan tugas-tugas itu. Namun peran nya yang diatur oleh Tania membuatnya tak bisa bergerak bebas, melainkan harus melakukan nya dengan asal seolah menghancurkan nya adalah pilihan.
"Semua akan berjalan seharusnya suatu saat nanti. Untuk saat ini, aku akan menikmati permainanmu Tania." Ucapnya meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.
Masuklah Xavera ke dalam perpustakaan. Setelah mengambil salah satu buku bacaan, Xavera langsung duduk di kursi biasanya yang ada di pojok sebelah kiri dari pintu masuk. Matanya yang terlihat sembab menjadi pusat perhatian. Namun Xavera yang tidak menyadari hal itu, lagi-lagi tidak memperhatikan sekitarnya hingga selalu bersikap biasa saja.
"Kenapa dia? Apa gara-gara Gue usir kemarin ya? Tapi masa sih, kenapa ngga kemarin aja nangisnya." Kaisar yang tidak pernah memperhatikan sekitar layaknya Xavera tiba-tiba saja tergoda untuk melirik ke arah Xavera setelah mendengar bisik-bisik dari beberapa siswa. Tatapan matanya yang sebelumnya fokus membaca buku pun menjadi teralihkan.
Xavera yang saat ini tengah fokus membaca buku tentang ekonomi, tidak menyadari jika saat ini banyak pasang mata yang melirik-lirik ke arahnya. Terlebih berita tentang dirinya yang dilabrak dan disiksa oleh Tania sudah tersebar luas di setiap penjuru sekolah SMA Mutiara Cinta. Tapi tidak dengan Kaisar yang anti sosial. Ia benar-benar tidak tahu menahu tentang hal itu terkecuali jika Aldi teman sebangkunya yang menceritakan.
Semua siswa satu persatu mulai meninggalkan perpustakaan. Tapi tidak dengan Xavera, begitupun Kaisar yang memilih diam di kursinya sembari melirik-lirik tipis ke arah Xavera. Berhubung bel berakhirnya istirahat belum berbunyi, Xavera masih ingin menenangkan hatinya yang bergejolak karena ulah Tania. Lagi-lagi seperti biasanya, Xavera melewatkan istirahat dengan tidak memakan apapun.
"Aku sangat menyayangi dan mencintai Ibu. Biarlah kehidupan penuh luka dan air mata ini selalu aku terima. Karena aku selalu bahagia karena merasakannya demi Ibu. Untuk kesembuhan Ibu. Untuk bisa melihat Ibu kembali sembuh, sehat dan bahagia. Terutama untuk bisa melihatnya berubah dan kembali seperti dulu." Lirih Xavera dalam hatinya sembari menundukkan kepala di atas meja setelah menutup rapat buku ekonomi yang diambilnya tadi di salah satu rak buku.
Xavera mengangkat wajahnya. Ia yang sedari tadi mengabaikan sekitar mengedarkan pandangan nya ke segala arah sampai tatapan matanya bertemu dengan seseorang yang tengah duduk di salah satu kursi tepat di samping jendela yang kemarin ia duduki.
"Rupanya dia benar-benar selalu menempati tempat itu." Ucapnya sembari menatap ke arah Kaisar. Sementara Kaisar yang melihat Xavera mulai mengangkat wajahnya tadi langsung pura-pura membaca buku nya lagi.
Tak ingin menambah waktu lagi, Xavera mulai beranjak dari tempat duduknya. Berjalan ke arah Kaisar menuju pintu keluar perpustakaan. Namun saat melewati nya, tiba-tiba saja ada yang menahan lengannya. Siapa lagi kalau bukan Kaisar yang seorang diri di sana.
Xavera membalikkan badannya dengan tatapan bingung ke arah Kaisar.
Kaisar yang dibuat kaget oleh tindakannya sendiri yang refleks memegang tangan Xavera sontak melepaskannya.
"Sorry nggak sengaja."
"Iya." Ucap Xavera dengan ekspresi datarnya.
"Eh bentar dulu."
"Apa?"
"Lo kenapa?"
"Siapa?"
"Elo lah, masa Gue."
"Emangnya aku kenapa?"
"Dih, ditanya malah balik nanya. Lagi sakit ya Lo?"
"Ngga." Jawab Xavera dengan tatapan polosnya. Ia benar-benar tidak mengerti dengan arah pembicaraan laki-laki di depannya.
"Terus kenapa Lo nangis?"
Deg,
"Aku ngga papa, kok. Ngga nangis juga." Xavera hendak berlari pergi, namun lagi-lagi Kaisar menahan nya.
"Ada apa lagi?"
"Nggak ada. Aku kan tadi udah bilang nggak sengaja." Ucap Kai dengan santainya.
"Iya terus yang gila siapa?" Ucap Xavera jengah.
"Nggak tahu, nggak kenal." Lagi-lagi Kai menjawabnya dengan santai, menahan senyumnya kala melihat kemarahan mulai terpancar di wajah Xavera.
Xavera membuang nafasnya kasar, "Yaudah ya jangan nahan aku lagi."
"Siapa juga yang nahan-nahan. Pergi mah ya pergi aja kali."
Xavera hendak melangkahkan kakinya lagi untuk pergi, namun sebuah tangan lagi-lagi menahan langkahnya.
"Aku bisa marah loh ya."
"Semua orang juga bisa."
"Mau kamu apa sih? Kita ngga saling kenal kan."
"Kalau gitu berarti kita harus saling kenalan."
Xavera menatap laki-laki di hadapannya dengan jengah, "Maaf, tapi nggak ada waktu karena bentar lagi bel masuk."
"Nama Gue Kaisar."
"Iya." Tanpa balik menyebutkan nama, Xavera berjalan menjauhi Kaisar yang sontak berlari ke arahnya.
"Nama Lo siapa?" Dengan cepat Kaisar berdiri menghadang langkah Xavera.
"Lo nangis lagi? Ada masalah apa sih? Siapa yang nyakitin Lo? Apa jangan-jangan ini gara-gara Gue ganggu Lo ya, sorry kalau gitu." Kaisar begitu terkejut melihat Xavera yang justru kini malah menangis di hadapan nya.
Sambil menghapus air matanya, Xavera menggelengkan kepala, tidak membenarkan ucapan Kaisar.
"Nama aku Xavera." Mendengar hal itu sontak membuat Kaisar terpaku di tempatnya. Diam memperhatikan kepergian Xavera dari ruang perpustakaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Ameira
Seruuuuuuuuuu Kak, update terus yaaa
2023-10-30
2
Linda19
Ah kamu lagi modus ya Kai sama Xavera. Pura-pura bilang nggak sengaja padahal mau nya megang tangan. Awas benih-benih cinta dimulai nih.
2023-10-22
5