Rumah sakit Medical. Aktivitas di rumah sakit seperti biasanya. Banyak Dokter yang berlewatan, ada perawat atau Suster yang mondar mandir. Banyak juga pasien dan keluarga pasien yang banyak menunggu.
Suara ambulance pasti terdengar. Baik yang datang maupun yang keluar dari rumah sakit. Kegiatan sehari-hari yang sudah terbiasa terlihat ada yang pulang karena sudah sembuh dan ada juga yang pulang tanpa bernapas.
Anju sebagai Dokter bedah saraf yang keluar dari ruang operasi dan mencuci tangannya di wastafel. Seperti biasa setelah operasi harus mencuci tangan dan juga membuka pakaiannya sebelumnya.
Tidak lama keluar juga juga Brian dan masuk kedalam ruangan yang khusus untuk mencuci tangan bagi Dokter yang selesai Operasi. Brian juga kelihatannya baru selesai operasi.
"Lancar operasinya?" tanya Brian dengan melihat ke arah Anju.
"Lancar," jawab Anju yang tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Bagaimana dengan kamu?" tanya Anju pada Brian.
"Lancar juga," sahut Brian. "Tidak ada hari tanpa Operasi," keluh Brian yang bersandar pada dingding wastafel sehingga berhadapan dengan Anju.
"Bukannya profesi Dokter seperti itu dan kamu sendiri yang memilihnya. Mama kamu seorang Dokter dan dari kecil kamu sudah tidak asing dengan dokter dan pengetahuan tentang Dokter. Jadi melihat mama kamu. Kamu pasti sudah tau ini lah resiko menjadi Dokter," ucap Anju.
Huhhhhhh......
Brian menghela napasnya perlahan kedepan dan terlihat sangat lelah.
"Nanti malam makan malam!" ajak Brian tiba-tiba. Brian memang random. Barusan mengeluh dan lelah sekarang sudah mengajak untuk makan malam saja.
"Aku ada shif malam," jawab Anju.
"Aku ngajak kamu makan malam. Bukan jam 10 malam. Jadi tidak ada hubungannya dengan shif," ucap Brian yang tau jika Anju hanya alasan saja.
"Ayolah Anju. Nanti aku ajak orang lain kamu ngambek. Sekarang di ajak alasannya banyak," ucap Brian yang sepertinya Anju sudah biasa ngambek.
"Oke!" sahut Anju mengambil tisu dan melap tangannya. "Tapi awas ya kalau kamu ingkar janji," ucap Anju yang sepertinya menjadi langganan Brian dalam ingkar janji.
"Kapan aku ingkar janji," sahut Brian yang tidak pernah mau mengakui kesalahannya.
"Gitu kalau sudah menjadi hobi. Jadi nggak ingat kapan, saking seringnya ingkar janji," ucap Anju dengan kesal yang memercikkan air ke wajah Brian membuat Brian memejamkan matanya.
"Isss dasar tukang ingkar janji!" desis Anju yang langsung pergi.
"Anju kau itu!" geram Brian yang jadi basah. Namun Brian mendengus dengan menyinggung senyumnya yang geleng-geleng kepala melihat kesalnya Anju.
"Katanya ingat janji tapi masih mau di ajak makan malam. Anju- Anju kamu itu benar-benar," gumam Brian dengan geleng-geleng kepala. Tiba-tiba saja dia begitu gemes dengan Anju yang tidak tau kenapa apa yang membuatnya sangat gemas.
*********
Naomi berada di ruangan salah satu pasien yang sedang memeriksa pasien gadis cantik yang sedang menulis di bindernya.
"Dokter Naomi di mana Dokter Brian?" tanya Aliyah pada Naomi.
"Lagi operasi," jawab Naomi.
"Kenapa bukan dia yang memeriksa ku?" tanya gadis itu.
"Aliyah semua Dokter itu sama. Apa jika saya yang memeriksa kamu akan berbeda?" tanya Naomi tanpa melihat Aliyah. Karena Naomi sibuk dengan pekerjaannya.
"Tidak sih sama saja. Hanya saja. Jika Dokter Brian yang memeriksa pasti dia akan merayuku," sahut Aliyah dengan senyum-senyum membuat Naomi juga ikut tersenyum.
"Awas termakan omongannya. Nanti kamu menjadi korbannya," ucap Naomi dengan becandaanya.
"Tidak apa-apa menjadi korbannya. Kalau bisa melihatnya setiap hari," ucap Aliyah membuat Naomi hanya tersenyum saja.
"Dokter Naomi juga sangat baik. Dokter yang lembut. Makasih Dokter sudah merawat saya di sini," ucap Aliya. Naomi hanya mengangguk saja dengan ucapan tulus dari pasiennya itu.
"Oh iya apa Dokter punya pacar?" tanya Aliyah
Naomi hanya tersenyum saja mendengar pertanyaan Aliyah. Aliyah lumayan banyak bertanya. Tadi menanyakan Brian yang sudah menjadi idolanya dan sekarang bertanya apa Aliyah punya pacar atau tidak.
"Senyum Dokter menggambarkan. Jika Dokter punya pacar," ucap Aliyah menduga-duga dengan pemikirannya dari melihat ekspresi Naomi.
"Apa pacar Dokter tampan?" tanya Naomi yang benar-benar sangat kepo.
"Pasti sangat tampan. Karena Dokter juga cantik," Aliya menjawab sendiri pertanyaan.
Naomi hanya tersenyum setiap apa yang di katakan Aliyah kepadanya dan bahkan tidak di tanggapinya sama sekali.
"Kamu istirahat ya Aliya. Jangan tidur kelamaan," ucap Naomi dengan tersenyum yang sudah menyelesaikan pekerjaan memeriksa Aliyah.
"Saya permisi dulu!" ucap Naomi. Namun tangannya di stop Aliya.
"Dokter tidak mengatakan apa-apa tentang kekasih Dokter," ucap Aliyah yang masih kepo.
"Dia mirip seperti kamu dan dia sudah bahagia," ucap Naomi yang membuat Aliya bingung dengan dahinya yang mengkerut. Naomi menurunkan tangan Aliya dan Naomi langsung keluar dari ruangan Aliya.
"Aneh sekali. Apa kekasihnya mirip wajahnya denganku dan katanya dia sudah bahagia. Lalu apa Dokter Naomi tidak bahagia," gumam Aliya yang bertanya-tanya.
"Arghhh sudahlah kenapa juga aku harus memikirkan hal itu," ucapnya yang tidak mau ambil pusing.
Naomi adalah pasien rumah sakit yang keluar masuk di rumah sakit tersebut. Aliyah mengalami penyakit jantung. Aliyah saking seringnya di rumah sakit itu sudah mengenal semua orang-orang yang ada di sana. Ada beberapa Dokter yang di kenalnya dan juga ada beberapa pewarta yang di kenalnya.
*********
Mobil Anju berhenti di depan rumahnya. Dia pulang sore karena nanti malam mau makan malam dengan Brian. Jadi pulang dari makan malam baru Anju kembali ke rumah sakit.
"Assalamualaikum!" sapa Anju.
"Walaikum salam!" sahut ke-2 orangtuanya yang ada di ruang tamu. Anna dan Athar.
"Mama, papa," sahut Anju yang menghampiri orang tuanya dan mencium punggung tangan orang tuanya secara bergantian.
"Sayang kamu baru pulang?" tanya Anna.
"Hmmm, iya mah sangat melelahkan dan nanti malam akan kembali lagi kerumah sakit. Anju ada shift malam," jawab Anju.
"Ya sudah kamu istirahat aja. Biar nanti malam kerjanya tidak ngantuk," sahut Athar.
"Tapi nanti malam Anju dan Brian mau makan malam," jawab Anju.
"Brian! Sudah lama dia tidak main Kerumah ini," ucap Anna.
"Ya biasalah mah. Namanya juga Brian sibuk," jawab Anju.
"Lalu kamu sendiri bagaimana hubungan kamu dengan Brian?" tanya Athar.
"Hubungan apa sih pah. Jangan seperti orang-orang di rumah sakit deh," sahut Anju yang malas. Jika membahas masalahnya dengan Brian.
"Kamu dan Brian sama-sama saling menyukai. Lalu kenapa tidak mencoba untuk serius," ucap Anna memberi saran.
"Anju tidak bisa menjadi penentunya jika satu pihaknya belum mengarah ke arah sana," sahut Anju.
"Apa perlu papa bicara pada Brian untuk hubungan kalian agar lebih serius?" tanya Athar yang ingin bertindak. Karena tidak mau anaknya di gantungi.
"Ihhhh papa jangan. Anju yang malu nantinya. Sudahlah biarkan saja Brian dan Anju seperti ini. Kita berdua Happy menjalaninya dan lagian Anju juga belum mau untuk menikah. Nanti dulu pah," sahut Anju yang tidak mau orang tuanya ikut campur dengan masalah pribadinya.
"Tidak harus menikah Anju. Paling tidak kamu dan Brian mempunyai hubungan yang jelas. Status jelas. Kalau memang pacaran. Ya pacaran. Karena Brian semua orang di anggap dekat dan itu artinya kamu saja dengan temannya yang lain tidak ada yang Tidak ada yang special," ucap Anna mengingatkan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Farhan
bagus
2023-11-03
0