Bertemu Azrio

Dua hari kemudian.

Sesuai permintaannya, Azrio datang ke negara I bersama Amir dan juga para bodyguard yang lain. Tempat tujuan Azrio adalah sebuah desa yang jauh dari keramaian kota, desa yang masih asri dengan keasliannya.

"Tuan muda, kita sudah sampai." ucap Amir.

Azrio turun dari dalam mobilnya, Amir menunjukkan jalan kepada Azrio menuju sebuah rumah. Sekilas bayangan muncul di dalam benak Azrio, dia merasakan sakit yang terasa berdenyut di kepalanya kala sebuah rekaman yang seakan berputar layaknya tayangan televisi.

"Akhhh, kepalaku." ringis Azrio.

"Tuan, kau tidak papa? Apa kita beristirahat saja tuan?" tanya Amir.

"Cepat tunjukkan dimana rumahnya." titah Azrio dengan dingin.

Amir menuntun tubuh Azrio seraya berjalan menyusuri jalan kampung, selama di perjalanan Azrio menatap sekeliling rumah yang berjejer serta melihat anak kecil berlarian memakai pakaian hitam dan sabuk di pinggangnya. Tak lama kemudian, Azrio sudah sampai di sebuah rumah sederhana, disana sudah ada seorang pria tua menunggu kedatangannya.

"Selamat datang di desa kami." sambutnya.

"Sepertinya aku mengenalmu? Tapi aku lupa siapa namamu?" ucap Azrio sambil memegangi kepalanya.

"Tidak apa nak, masuklah." ucap pak Zanid selaku mantan kepala desa.

Azrio masuk kedalam rumah tersebut, Amir ikut masuk dan duduk bersama pak Zanid dan juga Azrio. Para bodyguard berjaga di luar rumah, mereka berpencar di sekeliling rumah tersebut untuk menjaga keamanan Azrio.

"Maaf sebelumnya tuan Zanid, kedatangan kami kesini memang terkesan mendadak dan kau juga pasti bingung kenapa tuan Azrio tidak mengenalimu." ucap Amir.

"Sebelumnya ada seseorang datang kesini, dia bilang kalau ada tamu yang akan datang ke rumah peninggalan bu Sarina. Yang menjadi pertanyaanku adalah, dimana bu Sarina dan Aksara? Mereka pergi tanpa memberitahu akan pergi kemana, aku sudah menganggap mereka seperti keluargaku sendiri, tapi sekarang yang aku temui malah pria berseragam yang sama sekali aku tak mengenalnya." jelas Zanid.

"Ceritanya sangatlah panjang tuan, yang pastinya aku akan memberitahumu sebagian garis besarnya saja. Bu Sarina sudah meninggal beberapa hari yang lalu, sesangkan anak yang kau panggil Aksara kini ada di hadapanmu." ucap Amir.

Deg!

Zanid memandang kearah Azrio, dia sedikit terkejut melihat perubahan Aksara yang sangatlah jauh berbeda. Lebih terkejut lagi kala mendengar Sarina selaku nenek Aksara sudah meninggal dunia, ia ingin sekali bertemu dengan Sarina yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri, mata Zanid mulai memanas dan tak berselang lama ia menangis.

"Aku tidak menyangka kalau bu Sarina akan pergi secepat ini tanpa bertemu denganku terlebih dahulu, hiks. Kalau boleh tau, apakah Aksara hilang ingatan? ucap Zanid menangis.

"Umur tidak ada yang tahu tuan. Benar sekali, tuan Aksara yang namanya kini berubah menjadi tuan Azrio mengalami hilang ingatan saat usianya menginjak 20 tahun, dia mengalami kecelakaan hebat saat tengah mencari tahu kebenaran atas hilangnya sang ayah." jelas Amir.

"Bukannya orangtua Aksara sudah meninggal?" tanya Zanid.

"Tidak tuan, ibu tuan Azrio masih hidup karena mengalami depresi dia dirawat di rumah sakit jiwa. Sedangkan ayahnya, kami tengah mencari tahu keberadaannya. Perlu diketahui, bu Sarina bukanlah nenek kandung tuan Azrio, tuan besar atau kakek dari tuan Azrio memiliki sahabat, sahabatnya tersebut menitipkan bu Sarina pada tuan besar karena nyawanya sudah di panggil oleh pemiliknya. Tuan besar sengaja menyembunyikan cucunya disini bersama bu Sarina demi keamanannya, banyak musuh yang mengincar dirinya dan ingin melenyapkan nyawanya." jelas Amir lagi.

Tidak sampai disitu, Amir menceritakan semuanya pada Zanid secara rinci. Mendengar percakapan Amir dan juga Zanid membuat kepala Azrio semakin berdenyut nyeri, dia menahan rasa sakit dikepalanya yang seakan di himpit oleh beberapa bebatuan besar.

"Aaarrggh, Amir sakit sekali." ucap Azrio kesakitan.

Amir segera menangkap tubuh Azrio berusaha menenangkannya, dia juga memberikan obat agar rasa sakit yang di derita Azrio berkurang.

Beberapa jam berlalu.

Azrio mulai membaik setelah mengistirahatakan tubuhnya, dia mengingat sebagian memorinya yang pernah ia lalui di kampung tersebut, Azrio meminta kepada Amir dan para bodyguardnya untuk tidak mengikutinya.

"Aku akan pergi, jangan ikuti aku." ucap Azrio dengan datar.

"Tapi tuan-" ucap Amir.

"Percaya padaku, kampung ini lebih aman dari dugaan kalian." potong Azrio.

Dengan berat hati Amir menganggukkan kepalanya, dia mempersilahkan Azrio pergi tanpa adanya penjagaan, sebelum itu Azrio mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

*

*

Di sebuah sungai.

Seorang wanita di temani dua pria tengah bermain air di sungai, mereka asyik bercanda sambil mencari ikan di sungai tersebut tanpa menggunakan alat apapun.

"Kakak, kenapa ikannya sangat susah untuk di tangkap?" keluh Gala.

"Yang ngeluh suruh balik." sahut Bara cuek.

"kita pakai bambu untuk menangkapnya, tapi bambunya harus di potong dulu dan dibuat ujungnya runcing." ucap Violetta.

"Kalo gitu, biarkan Bara yang mencari bambunya." ucap Gala.

"Kok aku sih?" protes Bara.

"Oh, mau di bocorin rahasianya biar kakak tahu." bisik Gala di telinga Bara dengan senyum jahilnya.

"Ck, awas lu ya." ucap Bara berdecak.

Bara berjalan melewati bebatuan besar hendak mencari bambu, Violetta masih sibuk menangkap ikan menggunakan tangan kosong seperti yang pernah ia lakukan dulu bersama Aksara. Setiap satu bulan sekali Violetta pasti akan datang ke kampung tempat dimana ia dulu di sembunyikan, ia berharap akan bertemu dengan Aksara walaupun sampai saat ini tak pernah sekalipun bertemu. Terkadang Violetta datang bersama temannya, tapi saat si kembar sudah beranjak remaja mereka selalu ikut dengannya sambil belajar di padepokan yang terletak di kampung tersebut.

Dari kejauhan seorang pria temgah menatap kearah sungai dengan alis yang saling bertaut, melihat kebersamaan Violetta dan juga Gala membuat kepalanya berdenyut nyeri kembali. Bara yang datang dengan membawa bambu pun menghampiri pria tersebut, ia melihat pria tersebut mencengkram kepalanya dengan keringat yang membanjiri keningnya.

"Hey, kau tidak apa-apa? Apa kepalamu sakit?" tanya Bara.

"Aaarrgghhh, to-tolong aku." ucap Azrio dengan bahasa K.

"Bahasa K?" gumam Bara.

Bara yang paham akan bahasa Azrio lantas meletakkan bambunya, dia meraih tubuh Azrio mencoba menenangkannya.

"KAKAK! KAK, KAK VIO, GALA, KEMARILAH." teriak Bara.

'Vio? Nama itu? Seperti tidak asing' batin Azrio.

Gala dan Violetta mendengar teriakan Bara, mereka mencari sumber suara kemudian keluar dari dalam air.

"Kak, kau dengar suara Bara yang memanggil kita?" tanya Gala.

"Iya dek, kakak mendengarnya. Ayo cepet kita samperin Bara, kakak khawatir terjadi sesuatu sama dia." ucap Violetta khawatir.

Violetta yang hafal akan kampung tersebut, dia menarik tangan Gala mencari Bara yang tadi memanggilnya. Saat Violetta mengedarkan pandangannya, ia menangkap sosok adiknya yang tengah membantu seseorang yang terlihat kesakitan. Gala dan Violetta buru-buru berlari menghampiri Bara, dilihatnya pria yang tersebut menutupi wajahnya.

"Siapa dia Bara? Kenapa dia terlihat kesakitan?" tanya Violetta.

"Aku gak tahu kak, tadi dia berdiri disini dan kayak kesakitan jadi Bara samperin, dia minta tolong tapi pakai bahasa asing." jelas Bara.

Azrio membuka tangan yang menutupi wajahnya, rasa sakitnya mulai sedikit mereda. Pandangan Azrio dan Violetta saling bertubrukkan, sehingga tatapan matanya terkunci.

Deg!

'Mata itu, seperti..' batin Violetta.

Terpopuler

Comments

Laurensia Listianawati

Laurensia Listianawati

nama nya berubah supaya musuh2 nya g.tahu

2024-12-24

0

Ayu

Ayu

oh ya smpai lupa nenek askara sarina bkn namira

2024-11-26

0

retiijmg retiijmg

retiijmg retiijmg

akhirnya ketemu

2025-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!