CHAPTER 5

Pulang sekolah Alexa terburu-buru ganti pakaian. Ia akan menemui Aya dan meminta tips dan triknya. Segera dia turun dan membuka gerbang kecil di samping rumahnya.

Ia mencari Aya ke dapur, tetapi nihil. Hingga ia mendengara suara terkikik geli di belakang. Alexa mempercepat langkahnya.

"Bunda," panggil Alexa.

"Eh, Alexa." Aya kaget melihat Alexa. Gadis itu langsung ikut duduk di rumput jepang. Baru ia duduk, Ken muncul.

"Loh, Ayah sudah pulang?" tanya Alexa heran.

"Iya, pulang cepat. Ada panggilan darurat," sindir Ken kepada istrinya. Bibir Aya mengerucut.

"Hehehehe, memangnya Bunda kenapa panggil Ayah pulang cepat?" tanya Alexa.

"Mau ajak piknik," ujar Aya.

Akhirnya Alexa ikut piknik ala Aya. Sore hari yang membuat ketiganya terjeba di belakang. Rona jingga menampar wajah mereka.

Alexa dan Aya mengobrol banyak. Keduanya sangat akrab sejak Alexa masih kecil. Tidak heran sikap Alexa banyak mewarisi Aya. Apalagi, ia selalu merasa ucapan Aya masuk akal untuknya.

Gadis SMA berusia 18 tahun ini mulai mengeluarkan keinginantahuannya untuk menaklukkan putra pertama Rahardian. Dia menunggu Ken pergi dan sepertinya takdir berpihak kepadanya. Ken pergi membuatnya leluasa bersama Aya.

"Bunda, berikan aku tips agar bisa menikah dengan mudah bersama Alden," pinta Alexa memelas.

"Tips ... eumm ..." Aya terlihat berpikir.

"Bunda bisa membawa Ayah ke KUA. Aku juga mau Al menikah denganku. Mommy sama Daddy tidak keberatan kalau aku menikah dengan Al. Al juga mencintaiku," ujar Alexa.

"Kamu perlu menggemaskan seperti Bunda," ujar Aya membuat Alexa mengerjap beberapa kali. Sementara pria yang sedang melipat tangannya di depan dada, berdiri tidak jauh dari mereka menggelengkan kepalanya.

"Menggemaskan apanya? Minta dijitak terus," batin Ken.

"Bagaimana caranya menggemaskan?" tanya Alexa.

"Aku tidak tahu. Pasti aku menggemaskan karena menyukai hal berbau Korea. Apakah kamu menyukai Korea?" tanya Aya.

"Sepertinya, ya. Akan tetapi, aku sering melihat anime," ujar Alexa ragu.

"Sepertinya kamu harus menjadi anime," gumam Aya.

Ken mendekat sebelum istrinya membuat keponakannya masuk ke taraf oon. Ia menjitak kepala Aya membuat istrinya merengut tidak suka.

"Terkadang aku berpikir kalian berdua seperti anak dan ibunya. Memiliki sipa yang begitu mirip, tetapi berhentilah untuk mencari cara membuat Alden menikah dengan Alexa," ujar Ken.

"Ayah tidak merestuiku?" tanya Alexa.

"Ayah merestuimu. Akan tetapi, putra Ayah tidak akan menikahimu jika dia belum sukses. Jika Alden mengatakan mencintaimu, kamu perlu bersabar. Sekolah dengan baik, tiba kamu lulus kalian bisa menikah," ujar Ken.

"Kenapa tidak sekarang saja, Ayah?" tanya Alexa tidak sabaran. Seketika Ken merasa flashback dengan kelakuan Aya kepadanya.

Namun, ini berbeda karena Alexa dan Alden saling mencintai. Tidak sepertinya dengan Aya. Belajar saling mencintai dan terasa lebih mudah, karena Ken tahu dari Arland jika Alex menantang hubungan Alden dan Alexa.

"Sekarang anak Ayah sibuk kuliah dan kerja. Dia mau memberikan kehidupan layak untukmu." Bahu Alexa merosot ke bawah. Sepertinya tidak ada harapan menikah muda dengan Alden.

***

Alexa kembali ke rumahnya dengan wajah lesu. Ia menatap Sie yang duduk di atas pangkuan ibunya. Wajahnya seperti benang kusut mendekat.

Maya menatap lembut putrinya. Tekad dan obsesi putrinya menika muda. Ada yang ditakutkan Alexakah?

"Kenapa dengan wajahmu?" tanya Alexa.

"Ya, kenapa dengan wajahmu, Tini? Seperti jalanan becek saja," timpal Sie. Gadis kecil perusak mood.

"Berhenti memanggilku Tini." Alexa melototkan matanya.

"Dan, berhenti memanggil Adek Misuwa." Sie melototkan matanya juga.

"Terserah aku. Alden memang Misuwaku." Alexa dan Sie mulai berdebat dan di sinilah, sikap yang harusnya Alexa miliki dimiliki Sie. Gadis kecil yang sangat cerdas dan bisa menalan semua kata yang masuk akal.

Sifat Maya sedikit diambil Sie. Apalagi gadis ini sering bertamu ke rumah mereka karena mau mengganggu Alex. Dengan alasan kecil seperti membutuhkan bantuan.

Walau Maya sering mendengar teriak kesal putranya. Sie tidak bosan datang dan mengacau. Melihat Alex atau Alexa kesal menjadi kesenangan untuk Sie.

"Sie, Bunda memanggilmu pulang untuk mandi sore. Kamu sudah kucel dan bau," ujar Alexa.

"Aku akan pulang, Mommy. Bukan karena ucapannya. Aku sama sekali tidak bau dan kucel, tetapi sudah waktunya mandi sore," ujar Sie dan pergi.

"Ada apa denganmu?" tanya Maya kembali.

"Aku tidak bisa menikah dengan Alden. Dia tidak akan pernah mau sebelum dia sukses," ujar Alexa.

"Nak, menikah bukan perkara untuk menyatukan dua hati yang saling mencintai. Ada tanggung jawab besar di dalamnya. Jangan tuntaskan hasrat sesaat untuk lupa dengan tanggung jawab."

Maya menarik tangan anaknya dan menggenggamnya. Ia cukup sedih. Bukan karena Alden tidak mau menikah muda dengan putrinya. Akan tetapi, kenyataan tentang Alex yang tidak mau Alexa menikah dengan Alden. Ia menyembunyikannya dengan rapat.

"Kamu harus tahu Adek orangnya tidak tegaan. Melihat kamu kesusahan saja saat pulang dari kampus semalam, dia tidak tega," ujar Maya.

"Tapi, dia memarahiku, Mom. Mengomeliku dan menjetik bibirku," ujar Alexa.

"Adek itu di luarnya terlihat seolah dia cuek dan tidak peduli, tetapi di dalam dia peduli. Dia tidak akan terang-terangan menunjukkannya," ujar Maya membuat Alexa mengulum senyum.

"Aku sungguh mencintainya, Mom. Tidak pernah ada seorang pria yang membuatku begitu kuat untuk memilikinya. Apa karena selama kecil dia selalu ada untukku? Apa benar ini cinta atau aku salah mengartikan perasaanku padanya?" Alexa menatap manik mata ibunya.

"Uji hatimu, jika kamu melihat dia sakit dan kamu merasakan sakit itu lebih kuat dan jika dia bahagia, kamu merasa lebih bahagia, itu cinta." Maya berdiri. Mengusap surai putrinya dan berjalan ke dapur.

Seorang pria berdiri tidak jauh darinya. Ia menghela napas dan berjalan ke sofa. Gadis yang membuatnya tidak bisa konsentrasi karena memikirkannya.

"Syukurlah kamu sudah sembuh," ujarnya.

"Al!" pekik Alexa kaget. Matanya berbinar-binar.

"Hm, aku membawakanmu martabak telur. Berikan kepada Mom juga," titah Alden.

"Arasso (baiklah)." Alden memicingkan mata mendengar ucapan Alexa. Ia tahu gadis ini pasti menemui bundanya lagi. Di mana bahasa yang campur tiga dikeluarkan bundanya.

"Kamu menemui Bunda?" Alexa mengangguk.

"Untuk?"

"Meminta tips dan trik menjadikanmu suamiku," ujar Alexa tanpa sadar. Ia mengangkat wajahnya yang sbuk menatap ke dalam kantong plastik dibawa Alden.

Meneguk ludah melihat Alden menatapnya datar. Alexa langsung menyengir. Ia mengusap wajah Alden. "Tidak ada tips, kok, nihil. Mommy hanya mengatakan aku harus menggemaskan sepertinya," ujarnya membuat Alden menahan tangan Alexa di wajahnya.

"Mpush, kamu jangan ikuti Mommy," ujar Alden menahan napas. Ia sudah mendengar cerita Mommynya. Jangan sampai Alexa benar-benar mengikuti jejak bunda tercintanya.

"Apa aku menggemaskan?" tanya Alexa mendekatkan tubuhnya kepada Alden. Baru mau mundur Alexa melingkarkan tangannya di leher Alden.

"Ap—apa yang kamu lakukan?" tanya Alden.

"Lebih baik kamu bertanya apa yang aku pikirkan, Al karena sekarang jelas kamu melihat apa yang aku lakukan," jawab Alexa.

Wajah mereka begitu dekat. Di sini, Alexa bisa melihat wajah tampan Alden. Matanya menelisik semua pahatan yang terlihat sempurna.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Alden.

"Menciummu."

Cup.

Alden menahan napas.

***

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!