CHAPTER 4

Mendapat jawaban yang selama ini yang ia tunggu membuat bibir gadis berhidung mancung itu terangkat. Duduk dengan perasaan senang.

Otaknya mulai berpikir untuk menghalangi gadis berhijab hitam di depannya. Cinta bisa goyah kapan pun dengan tetesan cinta. Mengikis dalam waktu ke waktu, bak ombak yang mengikis kerang di lautan. Ia tidak mau cinta Alden goyah karena wanita di depannya.

"Ini sepupuku, namanya Alexa," ujar Alden kepada teman-temannya. Pria ini merasa dadanya tidak tenang saat melihat beberapa teman prianya menatap kagum gadisnya.

"Hey, Alexa. Senang berkenalan denganmu. Aku Arnol."

"Ya, salam kenal semua. Eum ... namamu siapa?" tanya Alexa kepada Nita.

"Nita Selvina."

Alexa menyunggingkan senyum paksa saat tahu nama wanita yang mencintai Alden. Cukup berkenalan dengan mereka dan ikut acara Alden. Banyak pasang mata melihat Alden dan Alexa yang dekat.

"Aku semakin kagum dengan sosok Alden. Terlihat sekali dia menyanyangi sepupunya," gumam Nita.

"Alexa pasti sudah dianggap seperti adik oleh Al," timpal Siska.

Nita mulai menaruh harapan kepada Alden. Tidak tahu harapan yang akan membawanya ke mana. Patah atau malah mekar.

***

Alden tidak bisa meninggalkan kampus. Mereka harus menginap. Di sampingnya Alexa mulai terlihat mengantuk. Beberapa kali menguap.

Al menarik kepalanya untuk bersadar di pundaknya. Dengan senang, Alexa menjadikan bahu Alden sandaran.

Tangan Alden melingkar ke lengannya. Menepuknya pelan. Membuat Alexa terpejam. Ia terlelap. Membuat bibir Alden mengembang.

"Sepolos ini wajahmu tidur, tetapi kenapa saat bangun otakmu dipenuhi dengan adegan kotor," gumam Alden.

Drtttt ....

Alden mengalihkan tatapannya saat gawainya berdering. Ia melihat nama bundanya di sana. Sebuah pesan untuknya.

[Adek, Alexa belum pulang, Nak.]

Alden segera membelasnya.

[Ada di sini, Bunda. Aku menginap di kampus. Gak bisa pulang.]

[Jaga Alexa.]

[Iya, Bunda.]

Alden menatap tenda kemah yang berjejer. Dia melihat tendanya dengan padangan menimang. Bingun membawa Alexa ke sana atau meminta salah satu teman wanitanya tidur dengan Alexa. Akan tetapi, tenda seperti itu muat dua dan mereka terlihat membawa teman wanita sendiri untuk tidur.

Belum tentu Alexa juga bisa tenang tidur. Dengan pelan, Alden menepuk pipi Alexa. Bisa saja ia menggendongnya, tetapi tidak mau di depan banyak orang.

"Enghh ... Al! Aku ngantuk!" kesal Alexa dan memeluk Alden. Ia membenamkan wajahnya.

"Pindah ke tenda. Sudah dibilangin ada acara di kamus masih ngenyel ke sini. Aku sudah minta kamu pulang, tetapi gak mau." Alden menarik dirinya membuat Alexa merengek.

Mata setengah menggantung, berwarna merah. Ia kembali menguap membuat Alden yang mau memarahinya, mengurung niatnya. Ia menarik Alexa ke tendanya.

"Masuk dulu. Aku ada urusan," ujar Alden.

"Cepat balik, Misuwa," ujar Alexa membuat Alden mendengkus.

"Enggak usah ngelantur. Tidur, gih," ujar Alden. Ia keluar dari tenda dan menemui dosennya. Tentu da harus mengatakan pada dosennya sebelum ada kesalahpahaman.

Alexa berbaring. Susah tidur karena hanya beralaskan seadanya. Ia mencoba memejamkan matanya. Akan tetapi, ia kembali terbangun.

Alexa menunggu kedatangan Alden. Ketika Alden datang dia langsung bangun merengek. Membuat Alden mengomelinya.

Alden memberitahu Alexa kalau hidup di luar harus serba apa adanya. Tidak ada kemewahan yang bisa dilakukan.

"Andai kamu mau mendengar, di rumah kamu bisa tidur dengan nyaman, Xa. Kamu enggak akan kesusahan begini," ujar Alden.

Alexa cemberut, "Enggak kuat kangen." Perkataan yang disertai rengekan membuat bibir Alden berkedut.

"Sini, Mpush." Alden berbaring dan merentangkan tangannya. Alexa tersenyum lebar dan kembali berbaring.

"Dingin," lirihnya menatap Alden.

Alden merogoh ke atasnya. Ia menarik selimut kecilnya. Tubuh keduanya terbungkus. "Good nigth, Mpush," bisik Alden. Mengeratkan pelukannya.

"Nigth, Al."

***

Mentari bersinar terang dan di tengah lingkiran besar mahasiswa dan mahasiswi, ada Alden dan beberapa orang memberikan sambutan pagi dan ucapan terima kasih.

Mereka bubar dan membereskan alat dan peralatannya. Semat Nita dan Alden mengobrol. Nita memberanikan diri meminta kontak WA Alden.

Alden memberikannya karena alasan Nita pun sebatas untuk masalah kuliah. Niat mereka berdua berlawanan arah. Melihat Alden memberikannya Nita merasa harapannya melambung tinggi.

"Terima kasih, Al," ujar Nita.

"Sama-sama." Alden tersenyum tipis.

Setelah semua selesai, mereka saling pamit pulang. Alden ke parkiran dan di dalam mobilnya, Alexa terlihat tenang. Pagi-pagi mungkin moodnya belum sepenuhnya stabil.

"Mau mampir makan bubur ayam atau langsung pulang?" tanya Alden.

"Pulang saja," jawab Alexa lesu. Ia mengusap hidungnya. Suaranya terdengar pilek.

Alden menghela napas dan meninggalkan kampusnya. Ia menepi saat melihat tukang bubur. Ia membungkusnya tiga. Pasti Meisie tidak akan mengalah jika dia tahu Alexa dibelikan dan dia tidak.

"Aku masuk ke rumah dulu. Nanti mampir ke rumah," ujar Alexa. Ia turun dengan lesu.

"Bilangin Alexa sama seperti bilangin Bunda," gumam Alden.

Ia masuk ke dalam dan disambut adiknya. Jam 08:23 pasti yang lain sudah berangkat. Tinggal Meisie di rumah yang bolong-bolong naik sekolahnya.

"Adek! Bawa apa?" tanyanya.

"Bawa bubur ayam." Alden menarik adiknya ke kamar. Meisie duduk di atas kasur Alden. Menunggu kakaknya selesai mandi.

Ia masih menahan diri sampai Alden keluar dan memakai baju santainya. Ia turun dari kasur dan menghampiri kakaknya.

"Makan, yuk!" ajak Meisie.

"Makan di rumah Alexa, Sie." Bibir Meisie mengerucut.

"Jadi, buburnya bukan cuma buat Sie? Tini juga dapat?" tanyanya.

"Alexa, Sie. Kamu manggil dia Tini nanti marah," tegur Alden tidak dihiraukan adiknya, "aku beli 3 bungkus. Dapat satu-satu."

"Tono gak Adek belikan?" tanya Meisie. Seringkali mengganggu Alex tidak membuat Sie lupa dengannya. Pasti diingat.

"Alex 'kan di sekolahnya. Lagian dia makan bubur bisa beli sendiri," ujar Alden.

"Aku di rumah saja. Malas ke rumah Kak Alexa. Mau makan bubur sama Bunda." Meisie langsung mengacir pergi.

Alden segera turun ke bawah dan ke rumah di sebelahnya. Ia masuk ke dalam dan naik ke kamar Alexa.

Ceklek.

Alexa menoleh. Ia bangun dengan hidung memerah. "Al," lirihnya.

"Kamu sakit?" tanya Alden cemas. Ia memeriksa jidat Alexa. Terasa panas.

"Aku sakit," rengeknya.

"Makan bubur dan obat. Mau dipanggilkan dokter?" Alexa menggelengkan kepalanya.

"Panggilkan penghulu saja, Al," lirihnya.

"Ya Allah ...." Alden ingin menjentik bibir Alexa.

"Penghulunya lagi cuti," jawab Alden asal.

"Memangnya bisa?" tanya Alexa.

"Bisa kalau yang mau nikah kamu mendadak semua penghulu vakum," ujar Alden membuat bibir Alexa melengkung ke bawah.

"Capek ngomong sama Al. Aku harus temui Bunda dan meminta tips dan triknya menaklukkan Alden. Hihihih, kata Bunda dia bisa menaklukkan Ayah Ken. Pasti dia sudah berpegalaman," batin Alexa.

Melihat Alexa terkikik geli sendiri, mata Alden memicing, "Apalagi yang dia pikirkan?"

***

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!