CHAPTER 3

Setelah belajar Alden mengajak Alexa jalan-jalan sesuai janjinya. Dia membawa ke pedagang kaki lima. Alden menuruti keinginan Alexa. Sebelum mereka pulang ke rumah.

Alden kembali ke rumahnya setelah Alexa masuk ke dalam rumah. Ke kamarnya harus melewati ruang keluarga. Ia melihat Naya masih belajar di depan TV.

"Kimmi," panggil Alden.

"Iya," jawab Kenaya.

"Kenapa belum tidur?" tanya Alden.

"Masih banyak soal belum aku jawab. Besok sudah harus di kumpul."

Di antara mereka, Kenaya sangat mewarisi Aya. Bedanya, Naya rajin, tetapi tetap tidak bisa mengerjakannya. Sulit memahami dengan cepat. Naya kelas 3 SMP dan Galen kelas 2 SMP. Mereka beda 1 tahun. Naya 16 tahun dan Galen 15 tahun.

Sedangkan Sie si Bungsu yang usilnya kelewatan dia 6 tahun. Masih TK. Sie pintar dan cerdas. Galen dan Alden pun sama. Hanya yang membedakan sikap Alden dan Galen adalah Alden masih ada keramahan dalam bertutur kata sedangkan Galen sama sekali tidak. Sikap dingin Ken mendarah daging kepadanya. Sedangkan si kembar Alex dan Alexa kelas 2 SMA umur 18 tahun.

"Mau diajari?" tawar Alden.

"Adek 'kan baru pulang pasti capek. Kimmi ngerepotin Adek jadinya," ujar Naya tidak enak.

"Enggak ngerepotin. Sama Adik sendiri juga." Alden duduk di samping adiknya dan mengajari Naya. Beberapa kali Naya menguap sampai dia jatuh di pundak Alden.

Alden melihat adiknya tersenyum. Ia memutuskan mengerjakan sisa pekerjaan Naya. Selesai, ia menutupnya dan menggendong adiknya ke kamar.

***

Semangat pagi yang ditunjukkan Alexa bak mekarnya bunga-bunga di taman. Baju seragam putih abu-abu yang ia kenakan pas di tubuhnya. Mengambil tas dan juga sepatu miliknya.

Dia turun ke bawah. Bergabung sarapan dengan kedua orang tuanya. Tampak a berpikir keras. Menimang-nimang yang akan ia utarakan pada kedua orang tuanya.

"Dad, Mom, Alexa boleh menikah SMA?" tanya Alexa.

Maya dan Arland saling memandang satu sama lain. Alex mendengkus mendengar pernyataan adiknya. Matanya menatap tajam Alexa. Ia tidak setuju dan tatapannya membuktikannya.

"Kalau sekolah, ya, sekolah. Mau pacaran, ya, pacaran. Jangan bersuami. Masih kecil ngurus diri saja belum bisa apalagi ngurus orang lain," omel Alex.

"Aku enggak ngurus orang lain. Aku mau ngurus Adek," ujarnya membuat Alex tersedak.

"Lempar sendok mau? Mom, Dad, Alexa kalau ngomong suka ngaur. Selera makan jadi mau hilang," ujar Alex.

"Lah, hubungannya apa? Mom, Dad, katanya enggak apa-apa," ujar Alexa.

"Sudah ... makan saja. Nanti sehabis pulang kantor bicara sama Daddy."

***

Mengantar Alexa ke sekolah sudah menjadi rutinitas Alden. Manjanya Alexa tidak dapat ia tolak. Salahkan dirinya sejak kecil memanjakan Alexa hingga gadis itu bergantung padanya.

Alden datang ke kampusnya. Setelah memenangkan lomba di Rusia namanya semakin dikenal di kampus. Sosoknya membuat wanita-wanita mengaguminya.

Di aula kampusnya ia mengisi acara. Tengah berpidato dan mengatakan beberapa pesan-pesan. Di sini ada kampus lain diundang. Kampus Universitas Institusi Agama Islam.

Beberapa dari mereka perkenalan. Alden hanya menyunggingkan senyum tipis. Namun, ia tidak sadar senyumannya membuat wanita-wanita semakin jatuh cinta padanya termasuk wanita yang mengenakan hijab hitam.

"Nita Selvina." Gadis itu bernama Nita Selvina. Menaruh hati pada Alden sejak pertama melihat Alden.

Setelah perkenalan singkat mereka. Masuk acara inti. Alden terlalu sibuk berlalu lalang. Bahkan bajunya ia gulung setengah lengang. Pelipisnya berkeringat.

"Sampai malam enggak, sih?" tanya Alden kepada salah satu panitia.

"Iya, sampai malam, Al."

Alden ingin menghubungi Alexa, tetapi ia ingat menyita gawai sepupunya. Dengan cepat ia mengirim pesan kepada Alex untuk mengatakan pada Alexa. Alden tahu Alexa akan marah kepadanya setelah ini.

***

Bibir Alexa mengerucut masuk ke dalam rumahnya. Ia mengentakkan kaki kesal. Sangat kesal kepada Alden. Padahal ia berharap Alden menjemputnya dan mereka jalan-jalan sebentar.

Alexa membuka akunnya. Ia stalking akun Alden. Tidak ada postingan apa pun di IG Alden. Membuat ia mengecek yang memention akun Alden.

"Ternyata ada acara di kampusnya. Alex kenapa cuma bilang Al enggak bisa jemput. Ah, aku mau ke sana."

Alexa mengganti pakaiannya. Ia mengambil tas kecil warna abu-abunya. Lalu, memakai sepatu kets.

"Mom, Dad, Alexa mau ke Adek dulu. Mau menyusul ke kampusnya. Nanti pulang bareng Adek," pamitnya.

"Katanya mau bicara sama Daddy," ujar Maya.

"Ditunda dulu. Alexa mau menyusul Adek, Mom. Nanti pulangnya bisa bicara sama Daddy kalau enggak kecapian."

"Jangan ganggu Adek, Xa. Kamu tahu dia sibuk di kampus. Dia ke sana belajar bukan mau senang-senang. Bisa mengerti enggak, sih. Sikap kamu terlalu memonopoli Adek," tegur Alex.

"Kenapa, sih, Mom, Dad, Alex suka marah-marah. Lagi patah hati, ya? Kenapa lampiaskan sama Alexa." Alexa sangat kesal pada Alex.

"Sudah. Hati-hati di jalan, Sayang. Jangan ganggu Adek. Nurut kata dia." Alexa mengangguk dan meraih tangan Arland dan Maya.

***

Di kampus Alden.

20:00

Mereka duduk melingkar di api unggun. Suasana sangat ramai di sini. Dari adik tingkat mereka dan tamu undangannya. Beberapa menyumbangkan lagu.

"Al, sumbangkan lagu, dong!" seru seseorang. Seruannya disambut sorak-sorak orang lain.

"Ok." Alden meraih gitar. Ia memetiknya dan menyanyikan lagi dari Charlie Puth 'I Won't Tell A Soul' tiba-tiba ia ingin menyanyikannya.

Teringat dengan wajah gadis yang menemaninya sejak kecil. Bahkan bibirnya tanpa sadar tersenyum mengembang di antara petikan gitarnya. Melodi menghipnotis semua orang di sana larut dalam suara merdu Alden. Termasuk gadis yang berdiri tidak jauh dari Alden.

Oh darling I

Know you're taken

Something 'bout this just don't fell right

Every time

One of use to leave here

Oh the other one

Holds on tight

Alden seperti mendalami lagu yang ia nyanyikan. Semua merasa ketulusan yang dinyanyikan oleh pria itu. Mata Nita tidak pernah mau beranjak dari Alden.

Hanya mendengar beberapa orang tentang sosok Alden. Bahkan di kampusnya Alden terkenal di sana.

Oh oh

Baby tonigth

There's so much love in between us

You say you gotta get home

Stay here with me

I won't tell a soul.

Petikan terakhir Alden disambut tepuk tangan gemuruh dari mereka. Gitarnya ia letakkan di samping. Banyak pujian yang ia dapatkan, Alden hanya tersenyum tipis menanggapinya.

Mereka mulai istirahat atau dibebaskan untuk melakukan apa saja. Banyak dari mereka bakar-bakar jagung. Ada yang minum kopi dan semacamnya.

Termasuk Alden yang duduk di bundaran tembok. Banyak dari mereka duduk di sana. Nita pun, ikut duduk di sana. Terlihat ada sinyal yang Nita berikan pada Alden.

Teman-teman mereka ikut menambah suasana. Sebagai jembatan untuk mereka. Alden hanya menanggapinya dengan biasa. Akan tetapi, ia ikut bercanda.

"Cocok jadi imam Nita, Al," ujar  Heru.

"Bener, Kak. Coba kalian kenalan lebih dekat siapa tahu jodoh. Kan bisa dapat undangan kita," timpal Siska. Adik tingkat Alden.

"Apaan," ujar Nita malu-malu.

"Nanti ta'aruf dengan Nita. Cocok langsung halal," canda Alden. Akan tetapi, Nita telanjur baper dengan candaan Alden padahal dari awal mereka bercanda. Alden pun, ikut bercanda. Alden pamit ke WC.

"Gua ke WC dulu."

Alden berjalan mau ke WC. Akan tetapi, ia melihat seseorang duduk di tembok kecil di area kampusnya. Ia seperti mengenal sosok itu walau hanya punggungnya.

"Alexa," panggil Alden.

Alden mendekat dan tangannya ditepis kasar. Bahu Alexa terguncang hebat. Ia menangis karena tanpa Alden sadari, Alexa mendengar obrolan mereka.

"Mphus," panggil Alden lembut. Ia jongkok di depan Alexa. Menggenggam tangan Alexa lembut.

"Kenapa menangis? Ke sini sama sipa? Kenap tidak bilang-bilang atau samperin aku?" tanya Alden bertuntun.

"Hiks aku mau pulang," isak Alexa. Ia menatap kecewa Alden.

"Nanti. Kamu kenapa menangis?" Alden kembali bertanya, tetapi Alexa acuh.

"Ada yang sakitin kamu atau kamu marah karena aku tidak jemput kamu?" tanya Alden hati-hati.

Alexa berdiri dan menatap Alden dengan tatapan terluka. Tatapan yang dibenci Alden. Ia merasa sakit melihat tatapan Alexa.

"Hiks salah aku mencintai kamu?" tanya Alexa.

"Hiks ... apa salah aku menaruh perasaan sama kamu, Al? Kalau memang ini salah. Aku mohon biarkan aku sendiri. Kita jaga jarak setidaknya sampai perasaan aku benar-benar hilang buat kamu."

"Aku capek hiks ... aku juga mau natap kamu sebagai sepupu saja hiks. Mau anggap kamu hiks sebagai kakak hiks. Tapi, hiks aku enggak bisa," isak Alexa.

Ia senang mendengar nyanyian Alden seolah untuknya. Namun, sekarang ia harus patah karena kalimat yang dilontarkan Alden untuk Nita.

"Sudah ngomongnya? Nangisnya?" Alexa membuang pandangan. Begitukah reaksi Alden setelah dia mengungkap kecewa? Alexa hanya tidak tahu setiap kata yang ia lontarkan bagai anak panah yang menancap hati Alden.

"Aku sayang kamu. Kata sayang enggak cukup. Cinta lebih tepatnya." Alexa langsung menoleh.

"Kamu tahu kita tidak boleh pacaran."

"Makanya halalkan aku," ujar Alexa kesal walau suaranya terdengar serak khas menangis.

"Kemarin sudah dibahas. Kamu mau makan apa? Batu?" Alexa memukul dada Alden pelan. Tangannya ditahan Alden dan ditarik ke dalam pelukan Alden.

Mati-matian Alden menahan diri untuk tidak mencium bibir Alexa. Gadis ini terlalu polos untuk tahu beberapa tahu kedekatan mereka membuat Alden selalu hampir lepas kontrol.

"Pokoknya kamu enggak boleh ta'aruf dengan wanita lain," ujar Alexa merajuk.

Bibir Alden mengembang. Ia jadi tahu alasan Alexa menangis dan marah. Sepertinya gadisnya mendengar obrolannya. Bisa 'kan dia klaim jika gadis yang tengah ia peluk adalah gadisnya?

***

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!