****
—
Kini kedua pria dengan wajah yang sama namun berbeda usia itu, tampak duduk termenung di balkon rumah tersebut. Keduanya diam sambil menikmati pemandangan luar rumah dimalam hari itu.
Zeen tampak memainkan sebatang rokok di mulutnya, namun rokok itu tak ia nyalakan dengan api dan membiarkannya saja seperti itu.
Gara melirik pria itu, kemudian kembali menatap ke depan.
“Papa masih saja seperti itu? Tidakkah membosankan hidup tanpa merokok? Bagiku rokok pengganti alkohol, selama rokok masih ada maka aku tak akan pernah meminum alkohol.” Ucap Gara.
Mendengar penuturan anaknya, membuat Zeen terkekeh.
“Kau tau sendiri kan? Kalau mama kamu melarang papa merokok. Jika papa ketahuan, maka mamamu pasti akan mengamuk dan papa tidak bisa tidur sekamar dengan mama kamu. Papa paling tidak kuat jika dihukum seperti itu, jadi lebih baik papa yang mengalah.” Jelas Zeen.
“Papa sangat takut dengan mama, tipe-tipe suami yang takut dengan istrinya.”
“Kamu pasti akan merasakannya boy, jadi, sebelum itu terjadi. Maka sebaiknya kamu berhenti merokok mulai sekarang. Papa sebagai dokter pun sangat paham efek merokok yang berlebihan. Jika sudah menjadi pecandu maka susah untuk dihentikan.”
Gara tampak menghela nafas panjang. “Jika aku melakukannya, maka bibirku ini akan terasa pahit. Jika aku menghentikannya maka aku akan beralih meminum alkohol. Bukankah kadar alkohol sangat berbahaya?”
Zeen menggelengkan-geleng kan kepala saat mendengarnya. “Memang sangat susah, papa pun pernah merasakannya. Tapi kalau sudah sangat berusaha pasti bisa melepasnya.”
Gara kembali menengok kearah papanya. “Papa mengajakku kesini hanya untuk berbicara tentang rokok? Papa tahu kan? Aku ini orang sibuk, aku ingin cepat pulang dan menyelesaikan pekerjaanku.”
Zeen melirik putranya dengan sinis. “Sudah lama tidak pulang, sekalinya pulang hanya singgah sebentar? Otakmu itu dipenuhi pekerjaan, sekali-kali meliburkan diri. Kenapa sih? Kamu ini kan bosnya jadi tinggal suruh bawahan mu saja yang mengerjakan sisa pekerjaanmu. Tinggallah disini lebih lama agar mamamu tak terus mengkhawatirkan mu. Mamamu itu loh selalu membicarakan mu, katanya Gara yang ini, Gara yang itu ... jelas-jelas mama kamu sedang merindukanmu. Jadi anak yang peka sedikit lah!” Ucap Zeen yang mengeluarkan semua unek-unek kekesalannya.
Gara kembali menghela nafas panjang, sangat lelah ketika hanya mendengar omelan dari papanya.
“Sekali-kali lah menginap disini, kasihan mama kamu itu,” lanjut Zeen.
“Iya-iya, sudah kan? Kalau begitu aku akan menginap disini dan tidur di kamarku yang dulu,” ucap Gara yang bangkit dari duduknya. Namun segera dicegah oleh Zeen.
“Mau kemana kamu bocah? Orang tua belum selesai bicara mau main tinggal aja, gak sopan kamu!” sinis Zeen, membuat Gara kembali menghela nafas untuk kesekian kali. Gara akhirnya mengalah dan duduk kembali di kursi itu.
“Papa akan tanya kamu dengan serius, apa kamu bersungguh-sungguh ingin menikahi Sinta selaku sekretaris kamu?” tanya Zeen sambil menatap putranya dengan raut wajah serius.
Gara ikut menatap wajah papanya. “Aku serius pa.”
Zeen diam namun masih menatap wajah anaknya. “Kamu tidak main-main kan? Kamu menikah bukan hanya untuk satu dua tahun kan? Bukan pernikahan formalitas saja kan?”
Gara sangat terkesan dengan pertanyaan sang papa yang sangat tepat sasaran.
“Tidak pah,” jawab Gara dengan ekspresi tenang dan wajah datar.
Zeen menegakkan tubuhnya yang tadi condong kearah putranya. “Tapi wajahmu terlihat tak meyakinkan?” ucap Zeen, lantas kemudian menepuk bahu putranya. “Jangan jadi papa dimasa lalu nak, papa dulu pernah menganggap pernikahan itu adalah hal remeh ... dan papa sangat menyesali itu dulunya. Jadi papa berharap kamu tidak akan mengalami apa yang papa alami dulu.” Tutur Zeen menasehati putra pertamanya.
Gara tak menjawab perkataan papanya, ia lalu kembali berdiri lagi sambil meletakkan kedua tangannya disaku celana.
“Malam sudah larut pa, cepatlah beristirahat. Mama mungkin sudah menunggu papa didalam,” ucap Gara kemudian berlalu dari sana.
“Hei bocah! Besok adik perempuan akan pulang, jemput adikmu di bandara besok! Jam 7 pagi, jangan sampai terlambat bocah!” teriak Zeen yang diabaikan oleh Gara. Namun walau diabaikan Gara tetep mendengarnya dan menuruti apa kata papanya.
“Kenapa tidak papa saja yang menjemputnya?” gumam Gara masih dengan wajah datarnya.
*****
Pagi tepat jam 7 pagi, Gara sudah berada di bandara. Sesuai perintah sang papa, ia hari ini menjemput adiknya yang pulang dari Bali karena berkuliah.
Postur tubuhnya yang tinggi, juga wajah yang putih seperti keturunan orang negara lain. Membuatnya menjadi pusat perhatian ditengah keramaian di sana. Padahal tampilannya saat ini tak begitu mencolok, ia hanya mengenakan pakaian santai dengan celana training namun masih terlihat mempesona.
“Oi, orang ganteng!”
Mendengar suara teriakan itu, membuat Gara mengalihkan pandangannya dan menatap sosok yang meneriakinya itu.
Wajah datar kembali terpampang pada wajah Gara, saat melihat sosok gadis yang tak lain adalah adiknya. Gimy Saily Albaret namanya, adik perempuan satu-satunya.
“Piu! Piu! Sini dong, tuan putri sedang menanti pangeran berkuda hitam!” teriak Gimy. Hal itu membuat Gara menggelengkan kepala, lantas berjalan cepat menghampiri adiknya.
Kemudian segera menarik tangan adiknya dan membawa gadis itu pergi dari sana.
“Oi! Oi! Santai dikit dong!”
“Berisik!”
****
Disisi lain, tepatnya di rumah Sinta. Saat ini wanita itu tengah berhadapan dengan ayahnya dan juga ibu tirinya. Walau saat itu sang ayah sedikit mabuk karena pengaruh alkohol, namun tak begitu parah seperti hari-hari sebelumnya. Itu semua karena Sinta membuang sebagian minuman alkohol ayahnya yang dibawa oleh pria paruh baya itu, agar ayahnya itu tak mabuk ketika tamu pentingnya datang ke rumah.
“Jadi? Bos mu yang akan melamar mu nanti?” tanya Ranti, ibu tiri Sinta.
“Ya.” Jawab Sinta dengan acuh.
Ranti tiba-tiba berdiri, sambil bertepuk tangan dan tertawa.
“Wahahaha! Putrimu Santos! Akan menjadi nyonya kaya sebentar lagi!” teriak Ranti sambil memukul bahu ayah Sinta, yang bernama Santos.
“Kau bilang apa tadi?” tanya Santos.
“Putrimu akan menjadi nyonya kaya!” jawab Ranti dengan wajah gembira, gembira bukan karena Sinta menikah, melainkan mengharapkan sesuatu dari pernikahan itu karena Sinta menikahi seorang pria kaya raya.
Tentu Sinta sangat mengetahui hal itu. Membuat Sinta sangat malas melihat tingkah dua orang itu, yang sudah dianggapnya benalu.
“Betulkah itu Sinta?” tanya Santos yang terlihat wajah senangnya. Namun Sinta tak menjawab pertanyaan ayahnya karena ia sangat malas saat ini.
Sebetulnya Sinta begitu tak sudi berhadapan dengan kedua orang itu, namun karena terpaksa ia harus menahan rasa yang ia pendam.
“Jika ayah masih ingin mabuk-mabukan nanti, maka ayah tidak usah ikut acara makan malam di rumah ini,” ucap Sinta sambil menampilkan wajah datarnya.
Ranti berjalan mendekati Sinta yang masih duduk di sana. Kemudian wanita paruh baya itu memegang kedua bahu Sinta dari belakang, yang mana kala membuat Sinta bergidik.
“Jangan gitu dong, kan ayahmu harus ikut dalam acara nanti. Apa kata calon mertuamu nanti? Kalau kamu membiarkan ayahmu luntang-lantung diluar rumah.”
“Benar itu nak ... benar apa kata ibumu.” Kata Santos sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Sinta tak menjawab dan langsung berdiri dari duduknya, kemudian pergi dari sana begitu saja.
Ranti menatap sinis anaknya tirinya itu. “Cih! Masih saja arogan,” gumamnya.
“Santos! Sebentar lagi kita akan kaya!” teriaknya girang sambil memeluk suaminya.
“Iya! Iya! Kita akan kaya!” balas Santos tak kalah senang.
Sedangkan Sinta berjalan menghampiri adiknya yang berada di teras rumah, tengah melihat anak seusianya sedang bermain sepeda.
“Adik kecil ...,” Sinta ikut duduk bersama adiknya.
Gadis kecil itu menoleh menatap Sinta. “Kakak benar akan menikah?” tanyanya.
Sinta mengelus rambut adiknya dengan penuh kelembutan. “Hem.”
“Berarti nanti kak Sinta akan pindah dari rumah ini dong?”
“Yep, nanti kita akan pindah dari sini bersama-sama,” jawab Sinta sambil memeluk adiknya.
“Memang boleh ya kak?”
“Boleh dong, kenapa tidak boleh?”
Gadis kecil itu termenung dalam pelukan Sinta.
—
****
Jangan lupa selalu tinggalkan komennya🥳
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
getok aja zeen tuh anak🤣🤣
2023-11-24
1
Nina Har
kasian nasib nya Sinta,sabar ya sinta.setelah hujan pasti ada pelangi.biar aja orang tua mu itu jg mama tiri mu itu jngn di urusin lh.yg penting km pokus sm adik mu aja.lanjut thooor
2023-10-28
2