****
—
Setelah menyelesaikan pertemuan dengan klien dari Singapura. Mereka berdua memutuskan untuk segera pergi dari tempat pertemuan karena Gara yang memintanya. Saat itu hanya ada Sinta dan pria itu didalam mobil, dengan Sinta yang duduk didepan untuk menyetir mobil itu dan Gara yang duduk dibelakang bak seorang majikan. Karena sejak lima tahun posisi mereka memang hanya seperti itu.
Memang keduanya mengenal sejak lama, bahkan merintis perusahaan yang didirikan oleh Gara itu selalu melakukan bersama. Bisa dibilang Sinta menemani Gara sejak pria itu hanya memiliki perusahaan kecil dan tak memiliki karyawan. Hingga sampai Gara mengembangkan perusahaannya yang sudah sangat besar itu, sampai sekarang.
Sinta dan Gara pertama kali bertemu dan saling mengenal, saat mereka masih seorang mahasiswa/i di kampus ternama.
“Saya akan mengantar anda ke apartemen.” Ucap Sinta sambil melirik Gara dari spion mobil. Karena pria itu hanya diam saja, jadi ia yang berinsiatif sendiri.
“Jangan ke apartemen, kita singgah dulu ke butik sebentar,” ucap Gara.
“Anda mau melihat gaun yang dibuat untuk nona Serlin?” tanya Sinta. Namun Gara tak menjawab dan kembali diam melihat jalanan diluar.
'Mungkin memang ingin melihat gaun ...,' gumam Sinta.
****
Beberapa menit mereka sudah sampai di butik, tentu butik ternama yang mereka kunjungi.
“Anda masuklah lebih dulu, saya akan menyusul setelah memarkirkan mobilnya.” Ucap Sinta.
Tanpa menjawab ucapan itu, Gara langsung keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam butik. Para karyawan di sana menyambut Gara dengan ramah, karena mereka tahu siapa itu Gara.
Gara tampak duduk di kursi sofa sambil membaca majalah, ia tengah menunggu sang sekretaris yang sudah beberapa menit berlalu tak kunjung menyusulnya. Bahkan para karyawan di butik itu selalu menawarinya minum, namun ia tolak dengan wajah datar. Ada juga sosok karyawan wanita yang sempat menggodanya dengan menggunakan tubuh seksinya. Tapi Gara tak pernah menggubrisnya dan membuat karyawan wanita itu merasa malu sendiri.
Barulah sosok yang ditunggu Gara datang, dengan berlari tergesa.
“Maaf pak Gara, sempat terjadi insiden di parkiran, jadi saya sedikit terlambat.” Ucap Sinta.
Gara berdiri dari duduknya dan menatap sekretarisnya. “Tidak apa, sebaiknya kamu cepat keruang ganti sekarang.”
“Keruang ganti?” bingung Sinta.
Gara tak menjawab dan malah memanggil pengurus butik itu.
“Mari nona, silahkan ikuti saya.”
Sinta menatap Gara dengan ekspresi kebingungan, namun Gara malah memberinya kode untuk segera melakukan perintahnya.
Mau tak mau Sinta melakukannya dengan pikiran yang penuh dengan pertanyaan. Mengikuti pengurus butik itu sampai ketempat khusus berganti gaun pengantin.
'Apa dia menyuruhku untuk mencoba gaun kekasihnya? Karena ukuran tubuh kita sama, jadi dia menyuruhku untuk mencobanya?' gumam Sinta dalam hati. 'Tapi kenapa dia tak menyuruh kekasihnya saja?' lanjutnya yang masih ter bingung-bingung.
“Ini gaun yang anda pesan, sudah jadi dengan sempurna siap untuk dipakai pengantin wanitanya.”
Sinta melihat pengurus butik itu yang tampak tersenyum kepadanya. Lalu melihat gaun yang tampak berkilau itu didepannya.
Gaun itu sungguh mengagumkan, karena Sinta tau, jika Gara lah yang memilihkan gaun itu untuk calon istrinya.
“Cantik,” gumam Sinta tanpa sadar.
“Ya, jika gaun ini anda pakai mungkin terlihat lebih cantik lagi.”
Sinta berdehem sebentar. “Bisa anda bantu saya untuk memakainya?” tanya Sinta kepada pengurus butik itu.
“Ya, karena itu sudah tugas saya.”
Karyawan lain yang bertugas membantu itu, mulai mendekati Sinta, kemudian Sinta mulai dirias. Tentu membutuhkan waktu yang lama karena gaun itu cukup rumit untuk dipakai.
Hingga saat sudah selesai, Sinta baru bisa keluar untuk menunjukan gaun yang ia kenakan itu kepada Gara.
“Tuan Gara, mempelainya sudah siap.” Ucap salah satu karyawan di sana. Membuat Sinta meringis saat mendengar kata mempelai.
Gara yang tengah membaca majalah itu langsung mengalihkan pandangan ketika mendengarnya. Kemudian menatap Sinta dalam diam untuk waktu yang cukup lama, sekitar lima menit berlalu.
Membuat para karyawan di sana saling berbisik dan tertawa kecil, ketika melihat Gara yang tak melepaskan pandangan dari Sinta.
“Ehem, saya tau jika anda tengah terpesona dengan kecantikan pengantin anda. Tapi mohon dikondisikan dulu, sebab saya ingin meminta pendapat anda mengenai gaun yang sudah kami rancang. Apakah masih ada kekurangan dari gaun ini?”
Sinta tampak gugup, karena sejak tadi ditatap begitu tajam oleh Gara. Ia sedikit merasa malu karena mengenakan gaun yang sedikit terbuka, terlihat tak nyaman baginya karena tak terbiasa dengan pakaian yang terbuka seperti itu.
“Maaf, tapi saya ingin memperbaiki ucapan anda barusan. Saya bukan pengantinnya, melainkan sekretarisnya.” Ujar Sinta.
“Ha?” pengurus butik itu bingung mendengarnya.
“Gaun itu sudah bagus, dan cocok dengannya, saya akan mengirim jumlah harga gaun itu. Kau tuliskan saja nanti nominalnya.” Ucap Gara kemudian berdiri dari duduknya. Lalu berjalan mendekat kearah Sinta. Tak lupa mata tajamnya terus menatap Sinta.
“Baik tuan, saya akan menuliskan nominalnya,” ucap pengurus butik itu tampak tersenyum. Dan melupakan ucapan yang dilontarkan Sinta tadinya.
Saat berada didepan Sinta, Gara tampak diam dengan wajah datarnya.
Sinta yang masih merasa tak nyaman itu, mencoba menutupi bagian depannya yang terlihat sedikit terbuka.
“Bolehkah saya berganti baju sekarang, pak? Sepertinya ini sudah cocok untuk dikenakan oleh nona Serlin–”
“Sinta Anjani!”
“Hah?” Sinta terkejut saat mendengar namanya disebut oleh pria itu, ia refleks mendongak keatas untuk menatap pria yang jauh lebih tinggi darinya.
“Menikahlah dengan saya.” Lontaran kata itu keluar dari mulut Gara dengan ekspresi datarnya.
Membuat Sinta diam, dengan pikiran yang mendadak kosong.
Para karyawan butik yang tengah menonton mereka, bersikap heboh saat mendengar lontaran yang dikatakan oleh Gara.
“Sinta Anjani! Lakukan perintahku ini. Menikah denganku, atau gaji mu yang akan saya potong!” ucap Gara dengan tegas, yang mengulangi perkataannya namun diselingi dengan ancaman.
'Aku ra popo mas!!' jerit Sinta dalam hati. Namun ia mengira jika ia sedang diprank sekarang.
“Saya tau jika anda sedang belajar untuk melamar nona Serlin, kan?” tanya Sinta mencoba bersikap santai, walau jantungnya sekarang sedang tak baik-baik saja.
“Apa wajahku terlihat sedang bercanda?”
“Hah?”
“Apa wajahku terlihat seperti seorang pembohong?”
Sinta tak dapat berkata-kata lagi sekarang.
“Saya akan menemui keluargamu dan melakukan lamaran secara resmi di rumahmu.” Ucap Gara, setelah itu mengalihkan pandangan kearah lain.
“Kalian semua, tata dengan rapi gaun yang dikenakannya. Lalu kirim gaun ini saat tanggal pernikahan,” perintah Gara kepada para karyawan itu dan membiarkan Sinta yang masih diam dengan kebingungannya.
“Baik tuan, saya akan menatanya dengan rapi, anda tenang saja.” Jawab pengurus butik itu.
“Dan satu hal lagi.” Gara mengalihkan pandangan pada seorang wanita yang tadi sempat menggodanya. “Kau didiklah dengan benar bawahan mu itu. Jangan sampai menjual tubuh ke sembarang orang, tidak semua orang menginginkan tubuhnya.”
Ucapan tajam itu membuat karyawan yang tadi menggoda Gara, merasa malu dan langsung diseret keluar oleh pengurus butik itu. Lalu terdengar suara teriakan yang artinya karyawan tersebut tengah dimarahi.
—
****
||Jangan lupa selipkan komen dan vote nya😍||
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
langsung to the point tanpa basa basi😁
2023-11-24
1
Aniza
lanjut,panjangin dong thooor part ny,klo bisa double up😂😂😂
2023-10-24
1