Bab—4. Permintaan Sinta

****

Saat sudah sampai didalam apartemen, Sinta bukanya langsung pulang setelah mengantar Gara, wanita itu malah mengikuti pria itu sampai kedalam kamar. Bahkan saat Gara tengah mengganti baju pun Sinta tetap mengikutinya.

“Sinta Anjani.” Gara langsung membalikkan tubuhnya menghadap sang sekretaris. “Apa kamu akan terus mengikuti saya sampai kedalam kamar mandi?” tanyanya dengan ekspresi datar.

Sinta terhenyak dan tersadar apa yang dilakukannya sekarang.

“Saya tidak perduli pak! Saya sekarang butuh penjelasan dari bapak,” ucap Sinta.

Gara menatap Sinta dengan wajah datarnya. “Saya mau mandi sebentar,” bukanya menjawab ucapan Sinta, Gara meninggalkan Sinta begitu saja dan memilih masuk kedalam kamar mandi.

Sinta menghela nafas kasar, kemudian terus menatap pintu kamar mandi itu dengan tatapan tak menentu.

Setelah beberapa menit, Gara baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu tengah menggunakan jubah mandi dan sedang mengeringkan rambut dengan handuk kecil.

Mata Gara lantas melirik ke samping, dan melihat keberadaan sekretarisnya yang sedang menyandarkan tubuh dipinggir pintu.

“Ternyata kamu masih ada disini,” ucap Gara kemudian berjalan menuju sofa atau ruang tengah di apartemennya. Karena apartemennya itu sangat luas.

Sinta mengikuti pria itu dari belakang. “Tentu saja, saya kan sudah mengatakan, jika saya ingin mendengar penjelasan dari anda.”

Gara duduk di sofa itu sambil menopang satu kakinya dan menatap Sinta yang ada didepannya.

“Penjelasan yang bagaimana?” tanya Gara.

Terdengar suara helaan nafas dari mulut Sinta, membuat Gara mengangkat sebelah alisnya saat melihat sekretarisnya itu.

“Wajahmu terlihat lelah, padahal kita hanya melakukan pertemuan saja?” ujar Gara merasa heran.

“Bukan pertemuan saja, anda kan juga mengajak saya ke butik untuk mencoba baju.”

“Apakah itu sungguh melelahkan?” tanyanya.

“Mengenakan gaun yang cukup tebal itu memang sangat lelah, tapi mendengar ucapan bapak saat di butik tadi lebih melelahkan. Anda tak serius kan? Ketika berbicara seperti itu? Anda sedang mengerjai saya? Itu tidak lucu pak.”

Gara tak langsung menjawab dan memandang wajah Sinta agak lama, kemudian ia berniat mengambil rokok miliknya yang ada di meja. Namun belum sampai mengambil korek untuk menyalakan api pada rokoknya, tiba-tiba saja Sinta merebut rokok itu dan meletakkan sebungkus rokok dan korek itu disalah satu sofa di sana yang jaraknya agak jauh dari jangkauan Gara.

“Jawab dulu pak, bapak sejak tadi terus mengalihkan pertanyaan saya. Ini seperti bukan bapak saja,” ucap Sinta melipat kedua tangannya didepan dan menatap lekat wajah atasannya.

“Saya tadi kan sudah mengatakannya dengan jelas, bahwa saya serius dengan ucapan saya. Apakah wajah saya tak menunjukan keseriusan? Jika kamu masih tidak percaya, maka saya akan buktikan besok. Jika saya benar-benar akan datang ke rumah kamu untuk melamar kamu. Ah? Atau kamu mau saya datang malam ini?”

Sinta refleks memundurkan langkahnya. “Tidak pak! Saya sangat keberatan! Saya tak setuju dengan ucapan bapak!” pekiknya. “Pernikahan itu bukanlah sebuah permainan pak! Bapak kan berniat menikahi nona Serlin, lantas mengapa jadi saya yang akan anda nikahi?”

Gara tiba-tiba memalingkan wajahnya. “Serlin tak lagi mencintai saya, jadi saya tak ingin menikahinya. Dia mencintai pria lain saat ini, itu sebabnya saya ingin kamu menikah dengan saya karena saya ingin menunjukkan bahwa saya baik-baik saja tanpa perempuan itu.” Jelas Gara dengan raut terluka terlihat diwajahnya.

“Jadi bapak ingin balas dendam?” tanya Sinta.

Gara kembali menatap Sinta. “Saya tak ada niatan seperti itu.”

“Lantas? Saya hanya menjadi pelampiasan anda yang sedang patah hati?” cecar Sinta.

“Sinta, saya sudah memikirkan baik-baik saat akan mengajukan pernikahan kepada kamu. Tentu kamu sendiri tau watak saya seperti apa? Saya tak akan merugikan mu dalam pernikahan ini. Tentu kamu akan mendapat keuntungan setelah pernikahan.” Jelas Gara.

“Keuntungan?”

“Ya, salah satu keuntungannya adalah kamu bisa menyekolahkan adikmu, di sekolah terbaik. Bukankah kamu sudah lama menginginkannya? Saya juga tau jika kamu sudah mempersiapkan hal itu sejak lama, kamu pun juga ingin segera pergi dari rumah itu. Maka setelah kamu menikah dengan saya, kamu bisa melakukan hal apa saja yang kamu inginkan. Termasuk mengeluarkan adik kamu di rumah itu.”

Jantung Sinta berdebar kencang saat mendengarnya. Otaknya terus berfikir sekarang.

“Tapi pak, anda tak akan mendapat keuntungan jika menikah dengan saya kan?” tanya Sinta.

“Ada, kamu bisa berpura-pura menjadi istri yang mencintai suaminya. Lalu menunjukan kepada orang-orang jika kita adalah pasangan harmonis.”

Hati Sinta tersentil mendengarnya, Gara tak pernah tau jika dirinya telah menyembunyikan sesuatu dari pria itu sejak lama.

Tubuh Sinta menjadi panas dingin, ia tengah memikirkan hal-hal yang ada di otaknya.

“Apakah kamu masih butuh waktu untuk memikirkannya?” tanya Gara.

“Jika bapak bisa mengabulkan permintaan yang satu ini, saya mungkin bisa menerima tawaran itu,” ucap Sinta dengan raut wajah serius.

“Apa itu? Katakanlah.”

“Bawa adik saya berobat, sampai dia sembuh.”

Gara tersenyum miring. “Itu ternyata permintaanmu, baiklah, itu hal yang mudah. Saya mengabulkannya.”

Sinta menarik nafas panjang-panjang, karena tahu betul jika ia akan menerima konsekuensinya ketika menerima tawaran itu.

“Anda bisa datang ke rumah saya besok malam, saya akan memberitahu orang tua saya nanti.”

“Oke deal, kamu bisa pulang sekarang.” Ucap Gara.

“Baik, saya permisi dulu.” Kemudian Sinta berjalan cepat meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Gara yang menatap kepergiannya.

“Kamu selalu mementingkan kehidupan adikmu, dari pada dirimu sendiri Sinta Anjani,” gumam Gara.

*****

“Kamu beneran ingin melamar, Sinta?”

Kini Gara tengah berada ditengah-tengah keluarga besarnya. Yaitu keluarga Albaret. Di sana sudah ada kedua orang tuanya dan juga kedua kakek dan kedua neneknya.

“Bukankah kamu pernah bilang sama mama, kalau kamu akan melamar pacar kamu yang bernama Serlin itu?” tanya Yuna, ibu kandung Gara.

“Loh? Gara pernah berkata seperti itu? Aku kira Gara sudah putus dengan pacarnya itu, karena akhir-akhir ini putra kita tak membawa pacarnya ke sini,” ujar Zeen selaku ayah kandung Gara.

Yuna mengangkat kedua bahunya. “Aku juga tidak tau mas, hanya putra kita yang tau.”

Kemudian semua keluarga menatap Gara untuk mendengar jawaban dari pria itu.

“Aku sudah tidak ada hubungan dengannya ma, karena itu aku datang ke sini untuk memberitahu hal tersebut. Aku ingin mama dan papa ikut denganku datang ke rumah Sinta Anjani, untuk melamarnya.” Jelas Gara dengan sikap santai. Seperti tak ada beban dipikirannya.

Namun sebagai seorang ibu, Yuna cukup peka dengan sikap aneh putranya itu.

“Kamu sudah memberitahu ini pada adikmu?” tanya Yuna.

“Belum, Gio sedang perjalanan dinas, jadi aku tak ingin menganggu pekerjaannya.”

“Loh, kok gitu? Kan biasanya kamu selalu menomor satukan adik kamu itu?” heran Yuna.

“Aku ingin memberitahukannya ketika Gio pulang ma, mama bisa menuruti permintaanku ini kan?” tanya Gara beralih menatap Yuna dengan tatapan memohon.

Yuna menghela nafas pasrah. “Yasudah, jika itu maunya kamu, mama tak bisa apa-apa. Kami semua tak bisa memaksa kehendak mu. Asal kamu masih dijalan yang benar, kami akan terus mendukung kamu Gara.”

Suami Yuna dan para tetua yang ada di sana menyetujui ucapan Yuna barusan.

“Berarti, besok ya? Kita kerumahnya Sinta?” tanya Yuna.

Gara mengangguk. “Iya ma.”

“Oke, kamu tenang saja, mama akan persiapkan semua sebelum datang ke rumah Sinta.”

“Makasih ma.” Ucap Gara.

Yuna kini beralih menatap suaminya, kedua pasutri itu tengah memikirkan hal yang sama tentang putranya itu.

“Gara, kamu ikutlah denganku sebentar,” ucap Zeen. Kemudian lebih dulu berjalan mendahului.

Gara menoleh kearah Yuna, mendapati anggukan kepala dari sang mama. Gara pun langsung beranjak dan mengikuti langkah papanya.

****

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Mantapp👍👍

2023-11-24

2

Nina Har

Nina Har

kalau menurut aku sih,gara terus terang aja sama orang tua nya.masalah serlin yg sudah tdk mencintai gara lg.lanjut thooor

2023-10-28

0

Aziza

Aziza

kasihan gara

2023-10-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!