****
—
“Tak biasanya dia seperti ini ...,” gumam Sinta saat sudah selesai membaringkan Gara ketempat tidur.
Saat Gara tak sadarkan diri, Sinta langsung saja membawa pria itu ke apartemen milik atasannya itu. Sinta yang sudah menjadi sekretaris selama lima tahun tentu tau segalanya tentang Gara. Dimulai dari kebiasaan, keras kepalanya pria itu, lalu nomor pin untuk masuk kedalam apartemen pria itu.
Kadang hal sekecil apapun itu selalu Sinta yang mengerjakan. Jadilah Sinta tak akan merasa canggung, karena mereka sudah sangat dekat dan mengenal satu sama lain.
“Serlin ....”
Sinta menatap wajah pria itu yang tengah menggumamkan sesuatu. Wanita itu lantas mendekat dan mendengarkan suara yang tak begitu jelas itu.
“Katakan pak, apa anda membutuhkan sesuatu?” tanya Sinta.
“Serlin ... kenapa kamu begini Serlin, Serlin ....”
Sinta menghela nafas panjang, kemudian kembali menegakkan tubuhnya.
“Ada masalah apa lagi ... sebenarnya?” gumam Sinta tampak tak habis pikir.
Tak ingin terus berpikir, akhirnya Sinta menarik selimut untuk menutupi tubuh Gara. Kemudian setelahnya ia berjalan menjauh dari pria itu dan meninggalkan tempat itu.
****
Beberapa menit kemudian, sampailah Sinta didepan rumahnya. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah karena hari sudah larut malam. Tak langsung masuk ke rumah, Sinta diam sambil menatap bangunan tua itu yang telah lama menjadi tempat tinggalnya.
Selama pulang sehabis kerja, Sinta selalu melakukan hal tersebut. Tak langsung masuk dan hanya berdiam diri selama beberapa menit, setelah merasa puas barulah ia masuk kedalam rumah.
Sinta lantas menghela nafas panjang, kemudian membuka gerbang rumah itu, lalu masuk kedalam.
“Aku pulang ....”
Satu hal yang selalu menyambutnya untuk pertama kali, yakin serpihan kaca yang hampir mengenai kakinya. Jika pagi lantai rumah itu akan terlihat bersih, namun saat malam serpihan itu akan ada lagi dan lagi.
Kemudian matanya terarah pada satu sosok yang selalu menghadang pintu masuk, yaitu ayahnya. Ayahnya akan selalu tiduran di sana sambil memegang botol alkohol, pria itu selalu mabuk-mabukan setiap malam. Namun jika pagi hari pria itu akan menghilang.
Begitulah ayahnya sejak dulu, menjadi pecandu alkohol dan judi sejak ia masih kecil. Dan sampai sekarang pria itu masih menjadi sosok yang pemalas.
Sinta hanya bisa menghela nafas panjang saat itu.
Kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju ke kamarnya.
Namun baru saja akan masuk, matanya tak sengaja melihat sosok adik perempuannya tengah selonjoran membersihkan lantai menggunakan kain basah. Hal itu membuat Sinta langsung berlari kearah gadis kecil itu.
Sinta lantas merebut kain itu, lalu membuangnya.
“Kak Sinta?”
Gadis itu mendongak dan menatap Sinta.
“Kakak kan sudah bilang, jangan pernah melakukan itu! Kenapa bandel sekali kalau dibilangi?” ucap Sinta dengan nada tinggi, mungkin karena kelelahan membuatnya menjadi tak bisa mengontrol emosi.
Sosok gadis itu hanya menunduk dalam diam. Membuat Sinta hanya bisa menghela nafas panjang.
“Ayo berdiri,” kemudian Sinta membantu sang adik untuk berdiri dan membawa gadis itu ke kursi roda.
Adik Sinta memiliki keterbatasan sejak kecil, tak bisa menggunakan kedua kakinya seumur hidup. Itu sebabnya adik Sinta hanya bisa merangkak ketika membersihkan lantai.
Setelah itu Sinta membawa sang adik kedalam kamarnya, kemudian ia berjalan menghampiri sosok wanita paruh baya yang tengah makan bersama dengan putranya, adik pertama Sinta.
Tanpa aba-aba, Sinta langsung menendang meja kecil yang berisikan makanan di sana. Membuat kedua manusia itu melotot kearahnya.
“Sudah ku bilang! Jangan suruh adikku seperti itu lagi!!” teriak Sinta dengan suara bentakan.
Wanita paruh baya itu tampak santai saja, sambil menggaruk giginya.
“Aku sudah sangat lapar. Menunggumu pulang itu sangat lama, itu sebabnya aku menyuruh gadis itu untuk memasak. Jika tidak, aku akan mati kelaparan.” Ucapnya dengan sikap acuh.
Sinta mengepalkan kedua tangannya tampak emosi.
“Benar kak, tidak ada lagi yang bisa memasak, selain kakak dan adik.” Timpalnya, sosok adik laki-laki Sinta.
“Dasar benalu!” gumam Sinta, kemudian berjalan meninggalkan tempat itu dan langsung masuk kedalam kamarnya. Sambil membanting pintu itu.
Bahkan Sinta membiarkan mereka yang tengah berteriak, karena perkataan Sinta barusan.
Sinta yang sudah berada didalam kamar, langsung berlari memeluk tubuh adiknya. Ia mengelus tubuh kecil itu dengan sayang.
“Maaf ... kakak sudah membentak mu tadi.”
Gadis itu tersenyum. “Tidak apa kak .... ”
Sinta melepas pelukannya. “Kamu sudah makan?” tanya Sinta sambil mengelus pipi tirus gadis itu.
Gadis itu menjawabnya dengan ceria. “Sudah kak.”
“Besok kakak akan bawakan makanan enak untukmu, sekarang sudah malam, bobo sekarang ya?” tanyanya dengan suara lembut.
“Oke kak!”
Sinta mengendong gadis kecil itu, lalu meletakkannya di atas kasur. Tak lupa Sinta mengecup singkat kening itu.
“Selamat tidur peri kecil ....”
Beberapa menit berlalu, setelah menemani sang adik sampai tertidur. Kini tinggallah Sinta tak kunjung tidur dan hanya memandangi bingkai foto yang ada ditangannya. Foto itu adalah dirinya bersama dengan sang adik kecilnya. Keduanya tampak tersenyum didalam foto itu.
Sinta mengelus foto itu. “Setelah persiapan kakak selesai, kakak berjanji akan membawamu pergi dari sini. Dan kita akan hidup berdua tanpa harus bergantung lagi dengan benalu-benalu itu.” Gumamnya.
****
Esok paginya, jam 8 pagi Sinta sudah berada didalam apartemen milik atasannya. Sinta sudah siap dengan setelah pakaian rapi yang selalu ia kenakan. Kini dirinya sedang berdiri tak jauh dari tempat tidurnya atasannya, yang kala itu masih tidur pulas. Namun tidur itu seketika terganggu saat suara deringan jam yang cukup keras didengar.
Hal itu berhasil membuat pria itu terbangun. Kemudian dengan susah payah menggerakkan tubuhnya dan berhasil mendudukkan diri di atas kasur.
Hal pertama yang dilakukan pria itu adalah melihat ponselnya, wajah pria itu tampak datar ketika melihat pesan yang ada dilayar pipih itu. Pesan dari sang kekasih yang sudah melakukan perjalanan dinas bersama sang adik, tadi pagi sekali.
(Serlinku♡) :
|Sayang, kemana saja kau kemarin? Aku menunggumu ditempat biasa sampai larut malam:(|
|Sayang. Aku sudah berangkat ke Surabaya untuk perjalanan dinas. Maaf tak bisa menemui untuk berpamitan, karena aku berangkatnya pagi sekali, jadi tidak ada waktu yang tersisa.|
|Garaku:( jika melihat pesanku ini, jangan lupa dibalas ya?|
Tiga pesan yang ia baca, namun Gara sama sekali tak ada niatan untuk membalas pesan itu. Ia lantas meletakkan ponselnya ketempat semula.
“Apa saja jadwal hari ini?” tanya Gara kepada Sinta, namun tak menatap wajah wanita itu.
Sinta mulai menggulir layar tablet nya. “Anda akan melakukan wawancara pukul 9 pagi, rapat bersama para karyawan pukul 10:30, bertemu dengan para pemegang saham disebuah villa. Kemudian–”
“Batalkan semua jadwal itu.”
“Apa?” Sinta menatap pria itu dengan mata melebar.
“Batalkan semuanya.” Ucap Gara dengan ekspresi datarnya.
“Mohon maaf pak Gara, anda tak bisa membatalkan itu begitu saja karena masalah pribadi anda. Masalah pribadi tak bisa dibawa dalam sebuah pekerjaan.”
Gara menoleh dan menatap sekretarisnya.
“Batalkan semua, kecuali pertemuan dengan tuan Jof.”
Jof adalah klien Gara yang berasal dari Singapura.
Sinta menghela nafas panjang. Jika sudah seperti itu ia tak bisa melakukan apa-apa lagi. Semua ada ditangan yang mulia Garandra Albaret.
—
****
Jangan lupa komennya 😗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
martina melati
nah spt gara dkantor mecahin barang2
2024-01-31
0
Mommy QieS
Dua kuntum gift 🌹🌹 n vote untuk mu, Kak!
2023-12-19
1
💞Amie🍂🍃
fav n subscribe udah mendarat ya👍👍👍
2023-11-24
1