Kami bertiga berjalan menyusuri lorong sekolah menuju perpustakaan. Suasana sekolah cukup ramai, banyak murid yang keluar dari kelas mereka. Ya, wajar saja, karena minggu ini adalah minggu bebas *** setelah Ujian Akhir Semester. Aku mendengar beberapa obrolan para murid.
"Hey, Festival Budaya sebentar lagi, kan?"
"Iya, benar! Wah, aku sudah tak sabar."
"Aku juga."
Bagi mereka, ini adalah salah satu acara yang ditunggu-tunggu. Tapi, entah kenapa, bagiku sekarang ini acara itu biasa saja. Sejak kapan aku merasa begitu? Mungkin karena pikiranku yang sekarang dipenuhi materi sekolah. Cukup melelahkan, namun aku tidak membencinya.
Aiko mengerutkan keningnya melihat aku menghela napas. "Ada apa, Kyoko? Apa ada yang salah?"
Aku tersenyum kecil. "Tidak, tidak ada."
Kami bertiga terus berjalan melewati lorong sekolah. Hari ini cukup cerah, tapi tidak terlalu panas. Akhirnya kami sampai di perpustakaan, di sana cukup sejuk dan ruangan berbau buku yang khas. Aku melihat beberapa murid juga sedang belajar.
"Kita sudah sampai, ayo kita duduk di sana." Aku menunjuk ke arah meja bundar di sudut ruangan.
Kami berjalan menuju meja itu, lalu kami duduk. Aiko duduk dan menyandarkan mukanya ke telapak tangannya. Dia tampak serius untuk membantu. Mai menaruh buku paket dan catatannya di atas meja.
"Kita bisa mulai belajar sekarang."
Aiko menghela napas dan menatap Mai. "Jadi, kamu tidak paham materi matematika yang mana?"
Mai tertawa gugup. "Sebenarnya... semua materi." Dia memainkan rambutnya dengan gelisah.
Aiko terkejut mendengar jawaban Mai. Alisnya terangkat. Aku juga merasa kaget.
Aku tertawa kecil. "Ini akan agak sulit."
Aiko menghela napas. "Iya, kamu benar."
Mai merona dan menunduk. "M-maaf ya."
"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu minta maaf. Kami berdua akan bantu kamu, kan Aiko?" Aku tersenyum lembut.
Aiko mengangguk. "Ya, tentu saja."
Mai tersenyum lebar dan matanya bersinar. "Terima kasih banyak."
Aku memulai pembelajaran dengan santai, mengulang konsep-konsep dasar yang menjadi landasan materi matematika kelas 10. Aiko menjelaskan langkah-langkah perhitungan yang rumit dengan sabar, memberikan contoh yang jelas kepada Mai. Dia memastikan bahwa Mai mengerti konsep tersebut sebelum melanjutkan ke topik selanjutnya.
Ring.......Ring.....Ring bel istirahat berbunyi.
Aku menoleh ke Mai, "Kita harus cepat ke kelas."
Mai mengangguk, lalu Aiko berkata, "Aku juga ikut, aku lupa dompetku di kelas."
Mai menatap kami berdua, "Jadi kita akan belajar lagi di rumahku nanti?"
Aku mengangguk, "Ya, tentu saja."
"Aku juga tidak masalah." Ujar Aiko.
Kami bertiga berdiri dari kursi dan berjalan menuju kelas, meninggalkan perpustakaan. Kami berjalan menyusuri lorong sekolah yang ramai namun santai, suasana hangat dan nyaman menyambut kami. Tawa para murid terdengar di sepanjang lorong, menciptakan energi positif dan ceria. Langkah kaki kami ringan dan riang, serta bisikan-bisikan yang mengalun di udara mencerminkan suasana yang tidak tegang. Beberapa murid terlihat duduk, berdiskusi dengan penuh minat. Mereka saling bertukar pikiran dan membantu satu sama lain dengan ramah. Akhirnya kami sampai di kelas, beberapa orang sedang makan bekalnya masing-masing, ada juga yang menggabungkan meja mereka untuk makan bersama. Aiko pergi ke bangkunya. Aku dan Mai juga pergi ke bangku kami masing-masing lalu duduk. Brukk Meja di sebelahku bertabrakan dengan mejaku.
Mai tersenyum lebar, "Ayo kita makan bersama, Kyoko!"
Aku tertawa kecil, "Baiklah."
Aku mengeluarkan bekal dari tas ku, begitu juga dengan Mai, dan menaruhnya di atas meja. Kami berdua tersenyum kecil melihat isi bekal yang kami bawa. Aku memandang sandwich dengan isian ayam panggang yang ada di kotak makanku, menghirup aroma wangi dari daging yang terbungkus di antara roti yang lezat.
Aku menggigit sandwich dengan lahap. Suara renyah roti membuatku senang, dan paduan antara daging panggang yang gurih dan mayones yang lembut membuatku tergoda.
Di sampingku, Mai duduk dengan semangat menikmati nasi bento khas Jepang. Dia memandang semangkuk sup miso hangat yang menggugah selera. Mengambil beberapa suap nasi dengan sumpit, Mai mencicipi irisan daging sapi empuk yang menjadi lauk dalam bento-nya. Rasa harum dari sup yang mengalir di bibirnya membuatnya terhenti sejenak, menikmati kenikmatan gurih yang menghangatkan hatinya di pagi hari. Saat aku sedang makan, aku melihat Aiko yang masih berdiri di samping bangkunya. Tampaknya dia sedang membaca sebuah surat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments