PROLOGUE #4 : Love is Blind? or Blind is Love?

"Aiko lama sekali ya...." Mai bergumam dengan nada kesal.

"Tenang saja, Mai. Dia pasti segera datang. Kan dia sudah bilang dia ada urusan sebentar?"

Mai menghela napas panjang,"Aku memang tahu itu, tapi...." Dia tidak melanjutkan kalimatnya. Dia hanya berharap Aiko tidak mengalami masalah apa-apa.

Kami pun kembali menunggu dengan sabar, hingga akhirnya setelah beberapa menit yang terasa lama, Aiko muncul dengan langkah cepat. Dia tampak terburu-buru dan agak gelisah.

"Maaf membuat kalian menunggu." Dia meminta maaf dengan suara lembut.

Mai mengangguk dan tersenyum kecil untuk menunjukkan pengertianku,"Tidak apa-apa kok, asalkan kamu baik-baik saja. Ngomong-ngomong ada urusan apa kamu tadi?" Dia penasaran dengan alasan keterlambatannya.

Aiko menghela napas seperti menahan sesuatu,"Seseorang menyatakan cinta kepadaku." Dia mengatakan hal itu dengan nada datar.

"Cinta? Jadi, bagaimana?" Mai bertanya dengan nada penasaran. Dia tidak tahu siapa yang berani menyatakan cinta kepada Aiko, yang terkenal sebagai gadis paling cantik dan pintar di sekolah.

"Maaf, aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Mungkin aku akan menceritakannya lain kali." Aiko menolak untuk menjelaskan lebih lanjut. Mai bisa melihat ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Mai mengangguk tanpa memaksa. Dia tahu Aiko adalah tipe orang yang tertutup dan tidak suka membicarakan masalah pribadinya.

"Baiklah kalau begitu ayo kita pergi sekarang!"

Mereka berdua mengangguk setuju.

"Iya...." Mai mengikuti langkah mereka dengan perasaan bingung.

"Baiklah....." Aiko berjalan di sampingku dengan wajah murung.

Kami berjalan menuju rumah Mai. Hari sudah mulai menjelang senja, dan sinar matahari yang redup menyinari langkah kami. Di belakang kami, sekolah terlihat sepi setelah pelajaran usai. Dan semua murid telah pulang ke rumah masing-masing. Mai yang tinggal paling dekat dengan sekolah, berjalan di depan sambil menggenggam buku catatannya. Aiko dan aku mengikuti dibelakang Mai, menuju ke rumahnya.

[TIME SKIP, WAKTU MENUNJUKAN PUKUL 10 MALAM, AIKO DAN AKU BERJALAN BERSAMA MENINGGALKAN RUMAH MAI]

Malam yang sunyi, kami menyusuri jalan gelap menuju rumah kami. Cahaya remang-remang dari lampu jalan menjadi satu-satunya penerangan dalam suasana malam. Aku sedikit penasaran tentang tadi sore.

"Jadi bagaimana tadi sore? Kamu menolak lagi?" Aku menatap Aiko dengan tatapan penasaran.

"Hahh, kenapa kamu menanyakan itu? Bukankah itu sudah jelas? Kamu tahu diriku." Dia menjawab dengan nada kesal.

Aku tertawa kecil,"Maafkan aku." Aku meminta maaf dengan suara lembut. Aku tahu dia tidak suka membicarakan hal-hal seperti itu.

Keheningan terjadi sejenak di antara kami. Aku bisa merasakan ketegangan di udara. Dia lalu menghela nafas berat.

"Ya, aku menolak. Aku tidak ingin terlibat dalam sebuah hubungan terlebih dahulu." Dia mengatakan hal itu dengan nada tegas.

Aku mengangguk,"Aku mengerti." Aku mengerti alasan dia. Dia adalah tipe orang yang mandiri dan fokus pada cita-citanya.

Malam ini benar-benar sangat sunyi. Tidak terdengar satu suara pun selain percakapan kami. Lampu-lampu jalan mulai sedikit lebih redup, seolah-olah mengikuti suasana hati kami.

"Kamu benar-benar sudah berubah ya, Kyoko." Dia mengubah topik pembicaraan dengan nada kagum.

Aku tersenyum,"Aku hanya mendengarkan dirimu." Aku mengingat nasihat yang pernah dia berikan padaku.

Dia terkejut,"Kamu masih mengingat itu? Percakapan kita di sekolah dasar?" Dia bertanya dengan nada takjub.

Aku mengangguk,"Ya, tentu saja." Aku menjawab dengan nada pasti.

Aiko tertawa kecil,"Aku tidak pernah menyangka kamu masih mengingatnya." Dia mengatakan hal itu dengan nada gembira.

Aku tersipu malu dan pipiku merona,"Ya, ya, aku masih mengingatnya. Apa ada yang salah dengan itu?" Aku bertanya dengan nada malu-malu.

"Tidak, tidak ada." Dia tersenyum lembut. "Tapi, aku juga tidak pernah menyangka kamu menjadi sedikit tengil." Dia menambahkan dengan nada jenaka.

"Aku minta maaf." Aku menundukkan kepala. Aku tahu aku sering membuat dia kesal dengan sikapku yang ceroboh dan cerewet.

"Tidak, tidak perlu meminta maaf. Aku tidak keberatan." Dia menenangkanku dengan nada ramah.

Aku mengangguk,"Aku mengerti." Aku mengerti perasaannya.

Kami berdua tetap berjalan bersama. Aku merasa nyaman dengan kehadirannya.

"Ngomong-ngomong, apa ada sesuatu yang terjadi?" Dia bertanya dengan nada khawatir.

Aku bingung,"Apa maksudmu, Aiko?" Aku bertanya balik dengan nada bingung.

"Mukamu kelihatan sangat lelah dari pagi hingga sekarang. Kamu tersenyum, tapi aku merasa bahwa kamu sebenarnya tidak tersenyum. Beritahu aku, apa ada sesuatu yang terjadi?" Dia menjelaskan dengan nada serius.

Aku tertawa kecil,"Jadi terlihat ya?" Aku mencoba menutupi perasaanku dengan tertawa.

"Itu cukup jelas. Aku yakin Mai juga menyadari itu." Dia menegaskannya dengan nada tegas.

Suasana hening terjadi di antara kami. Aku tidak tahu harus berkata apa. Lalu, aku memutuskan untuk jujur padanya.

"Hanya sedikit konflik dengan ibuku. Aku tidak bisa menceritakannya rinciannya. Tidak perlu khawatir." Aku mengatakan hal itu dengan nada ringan.

Tiba-tiba.....Dia memelukku dengan erat. Aku terkejut dengan tindakannya.

"Aiko?" Aku memanggil namanya dengan nada heran.

"Jangan berpura-pura kuat, Kyoko. Jika kamu ingin menceritakan sesuatu, ceritakanlah padaku. Aku tidak peduli kamu berubah atau tidak. Kamu tetap sahabat baikku. Dulu maupun sekarang." Dia mengatakan hal itu dengan nada lembut.

Aku merasa sangat senang dan bersyukur mendengar kata-kata itu darinya. Dia selalu menolongku ketika aku dirundung di sekolah dasar. "Muka jelek, muka bintik-bintik." Itu hal yang selalu mereka katakan padaku. Kami selalu bersama. Aku sangat menghargai dia sebagai sahabatku. Jika dia tidak menolongku, mungkin takdirku akan berbeda.

Lalu aku membalas pelukannya. Aku merasakan kehangatan tubuhnya. Dia mengelus-elus rambutku dengan tangannya.

Aku tersenyum lembut,"Terima kasih, Aiko." Aku mengucapkan terima kasih dengan suara tulus.

Setelah beberapa detik, dia menarik diri dari pelukannya. Kami melanjutkan perjalanan kami. Aku merasa lebih lega dan bahagia.

Tiba-tiba, Aiko melihat dan menghadap ke arah belakang.

"Ada apa Aiko?" Aku bertanya dengan nada khawatir. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Dia tidak menjawab, hanya diam. Badannya terlihat gemetar hebat dengan keringat yang membasahi wajahnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku lalu mengikuti arah pandangannya ke belakang.

"Siapa itu?" Aku berteriak dengan nada kaget. Aku melihat seorang laki-laki yang berdiri tegak dari kejauhan. Dia menatap kami dengan tatapan tajam dan dingin. Di tangannya, dia memegang erat pisau yang berkilauan di bawah cahaya bulan.

Aiko berbicara dengan nada yang bergetar,"Dia, dia yang aku tolak tadi sore. Kenapa dia ada di sini?" Dia mengatakan hal itu dengan nada ketakutan.

"Ini gawat Aiko! Kita harus lari!" Aku berteriak dengan nada panik. Aku tahu kami berada dalam bahaya besar. Pria itu pasti tidak punya niat baik.

Aiko masih terlihat gemetar dan menatap pria itu dari kejauhan. Dia seolah-olah tidak bisa bergerak. Dengan cepat, aku menggenggam tangannya dan menariknya untuk berlari. Kami berlari dengan sekuat tenaga menjauh dari pria itu. Kami berlari dengan sekuat tenaga menjauh dari pria itu. Kami berlari, berlari, dan terus berlari.

"Tolong!.........Tolong!......." Aku berteriak dengan nada putus asa. Aku berharap ada orang yang mendengar teriakan kami dan menolong kami.

Pria itu kelihatannya masih mengejar kami. Dia tidak menyerah begitu saja. Ini benar-benar gawat. Kami tetap berlari dan terus berlari. Kami harus pergi sejauh mungkin dari pria itu. Tiba-tiba.......

Brakk! Aiko terjatuh. Aku merasakan tanganku terlepas dari genggamannya. Aku menoleh dan melihat dia tergeletak di tanah. Dia terpeleset oleh batu yang ada di jalan.

Aku mendengar rintihan Aiko yang menyayat hati. Aku melihat kakinya yang bengkak dan memar. Dia tidak bisa berdiri lagi. Air mata menggenang di matanya. Dia tampak sangat ketakutan.

["Ini gawat, benar-benar gawat. Apa yang harus aku lakukan?"] Aku berpikir dengan panik. Aku tidak punya pilihan lain selain melindungi Aiko.

...................................................Pria itu berdiri tepat 10 langkah di belakang kami. Dia masih memegang pisau yang berkilauan. Dia melangkah mendekat dengan tatapan dingin dan penuh nafsu. Tanpa berfikir panjang, aku berdiri di belakang Aiko untuk melindunginya. Aku menatap pria itu dengan tatapan berani dan marah.

"Minggir kau dari sana, aku memiliki urusan dengan wanita itu." Pria itu berteriak dengan nada kasar. Dia tidak peduli dengan keadaan Aiko yang terluka. Dia hanya ingin membalas penolakan Aiko dengan cara yang kejam.

Pria itu berlari kencang mendekatiku. Tanpa ragu, dia mengayunkan kakinya untuk menendang kepalaku di sisi kiri. Aku sigap menghalau tendangan itu dengan kedua tanganku. Brakkk!!! Tendangan itu begitu dahsyat hingga tubuhku terlempar ke samping kanan dan membentur dinding dengan keras. Kepalaku terasa nyeri dan hangat oleh darah yang mengucur dari luka di pelipis.

["Sakit, Ini sakit sekali. Ughhh."]

Pria itu berada tepat di hadapan Aiko. Dia menatapnya dengan tatapan dingin dan penuh kebencian. Aiko sedang duduk di tanah, tidak bisa bergerak karena kakinya yang terkilir. Lalu dia mengangkat tinggi pisau dengan kedua tangannya. Dia bersiap untuk menusuk Aiko dengan pisau itu.

Aiko sangat ketakutan,"Tidak..Tidak...." Dia menggigil dan menangis. Dia merasa tidak ada harapan lagi.

"Aiko!!!!!!!!" Aku berteriak dengan suara lantang.

Dengan cepat aku langsung berlari menuju Aiko. Aku mencoba sekuat tenaga untuk melindungi temanku dengan menghalangi pria itu. Aku tidak peduli dengan bahaya yang mengancam diriku. Aku hanya ingin menyelamatkan Aiko dari pria gila itu.

Shtaaabbbb.......Pisau itu menusuk tepat di jantungku.......Aku merasakan rasa sakit yang luar biasa. Aku melihat darah mengucur dari dadaku. Aku tidak bisa bernapas lagi. Tubuhku jatuh tepat di pangkuan Aiko.

"TOLONG!!!! TOLONG!!!!" Aiko berteriak meminta pertolongan dengan nada putus asa.

Orang-orang mulai bermunculan dari berbagai arah. Mereka semua terkejut melihat pemandangan yang mengerikan.

"Apa yang terjadi di sini?" Salah seorang dari mereka bertanya dengan nada bingung.

"Darah!!!! Dia berdarah!!!" Orang lain berteriak dengan nada ketakutan. Mereka melihat darah yang membasahi tubuhku dan tanah di sekitar kami.

"Seseorang tolong panggilkan ambulans!" Orang lain lagi berteriak dengan nada panik. Mereka mencoba mencari bantuan secepat mungkin.

"Orang itu membunuhnya, tangkap dia!" Orang lain lagi berteriak dengan nada marah. Mereka melihat pria yang menusukku kabur dengan kencang. Beberapa orang mulai mengejarnya dengan berlari.

Aiko, dia mengenggam tubuhku di tangannya. Dia tidak mau melepaskanku. Darah mulai mengalir dari dadaku. Aku merasakan nyawa mulai meninggalkanku. Tangan dia bergetar saat mengenggam tubuhku. Dia menangis dengan sedih.

"A-Aiko..."

"Hentikan! Jangan bicara lagi! Aku mohon, tetaplah hidup! Aku mohon, jangan tinggalkan aku!" Air mata membanjiri wajahnya yang pucat dan menetes ke wajahku yang berlumuran darah.

Aku tersenyum lemah, "A-Aku mohon maaf, Aiko."

"Dasar bodoh... Kyoko, kamu bodoh sekali! Kamu tidak perlu minta maaf atas apa yang telah kamu lakukan! Aku selalu mengerti dan memaafkanmu. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah berjuang untuk hidup!"

Dia terisak-isak. Dengan tangan yang gemetar, aku mencoba menyeka air matanya yang basah, "Terima kasih sudah menjadi sahabatku, Aiko. Terima kasih atas semua kenangan indah yang kita ciptakan bersama. Aku sangat beruntung memiliki sahabat sepertimu, Aiko." Aku tersenyum tulus.

"Tidak, jangan... Jangan katakan seperti itu. Jangan seolah-olah ini adalah saat terakhir kita bersama. Aku mohon, jangan menyerah!"

Dia memelukku dengan erat, merasakan detak jantungku yang semakin melemah dan napasku yang semakin pendek. Dia berdoa dan berharap ada mukjizat yang bisa menyelamatkan nyawaku. Tapi dia tahu, itu semua sia-sia.

"T-Terima... K-Kasih..."

Dengan suara yang hampir tak terdengar, aku mengucapkan kata-kata terakhirku. Dia merasakan tubuhku yang kini menjadi dingin dan tak bernyawa. Dia memelukku dengan putus asa, menangis tanpa henti. Air matanya mengalir tanpa henti, mencerminkan rasa sakit dan kehilangan yang tak terkatakan.

"Kyoko?? Kamu masih bisa dengar aku? Kyoko!!!! Kyoko!!!!? Tidak, tidak, tidak, ini tidak boleh terjadi. Tolong, bukalah matamu Kyoko!!!! Kyoko... Aku mohon, kembalilah!"

Penglihatanku semakin gelap. Aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Aiko. Suaranya terdengar samar-samar di telingaku. Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya. Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku. Terima kasih sudah menghargai diriku apa adanya. Terima kasih sudah menemaniku saat aku merasa sendiri dan terbuang.

Tubuhku terasa seperti terbakar api. Rasa sakit yang tak tertahankan menyerang setiap sel tubuhku. Aku merintih dan menahan tangis. Aku tidak mau membuat Aiko lebih sedih.

Tubuhku semakin lemah. Aku tidak bisa menggerakkan anggota tubuhku. Aku hanya bisa merasakan pelukan hangat Aiko yang mencoba memberiku kekuatan. Tapi aku tahu, itu tidak akan cukup.

Tubuhku semakin dingin. Aku tidak bisa merasakan denyut nadiku. Aku tidak bisa bernapas dengan normal. Aku hanya bisa menarik napas sesekali. Aku tahu, ini adalah akhir hidupku.

Aku tidak bisa merasakan apapun lagi. Aku hanya bisa melihat wajah Aiko yang penuh dengan air mata. Aku tersenyum padanya untuk terakhir kalinya. Aku berbisik di hatiku, terima kasih Aiko. Terima kasih atas segalanya.

Terpopuler

Comments

Fatima Rubio

Fatima Rubio

Amanet lah thor buat cerita yang mendebarkan dan sangat menarik ini. Aku tunggu kelanjutannya ya!

2023-10-21

2

lihat semua
Episodes
1 Prologue #1 : Sebuah Perubahan
2 PROLOGUE #2 : Kimura Kyoko
3 PROLOGUE #3 : Nakamura Aiko
4 PROLOGUE #4 : Love is Blind? or Blind is Love?
5 Goddess Of Intersections, Nivrita
6 Selamat datang di Litsmeire!
7 "Kenapa? Kenapa ini terjadi padaku....." "Aku ingin pulang...."
8 Mother of Darkness, Evangeline Darkshine
9 Guru dan Murid
10 Setiap Malam, 10 Wanita Menghilang Secara Misterius #1
11 Pelajaran Sihir, Evangeline Vs Theresa
12 Setiap Malam, 10 Wanita Menghilang Secara Misterius #2
13 Setiap Malam, 10 Wanita Menghilang Secara Misterius #3
14 Setiap Malam, 10 Wanita Menghilang Secara Misterius #4
15 Penculik Tanpa Bentuk Fisik
16 Bantuan Telah Datang
17 Akhir Yang Bahagia
18 Sihir Yang Mengirim Musuh Ke Dunia Lain
19 Di Suatu Tempat
20 Dr. Zaphyr
21 Theresa Vs Zaphyr
22 Mirror Mirage and Compass
23 Hiatus
24 Penyihir dan Dokter Gila : Theresa, Orion, Elena Vs Zaphyr
25 Pertarungan Berakhir?
26 Elisa Romanov
27 Anak Haram Keluarga Fitzroy
28 Anak Haram Keluarga Fitzroy #2
29 Anak Haram Keluarga Fitzroy #3
30 Anak Haram Keluarga Fitzroy #4
31 Anak Haram Keluarga Fitzroy #5
32 Anak Haram Keluarga Fitzroy #6
33 Anak Haram Keluarga Fitzroy #7
34 Anak Haram Keluarga Fitzroy #8
35 Anak Haram Keluarga Fitzroy #9
36 Anak Haram Keluarga Fitzroy #10
37 Anak Haram Keluarga Fitzroy #11
38 Anak Haram Keluarga Fitzroy #12
39 Anak Haram Keluarga Fitzroy #13
40 Anak Haram Keluarga Fitzroy #14
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Prologue #1 : Sebuah Perubahan
2
PROLOGUE #2 : Kimura Kyoko
3
PROLOGUE #3 : Nakamura Aiko
4
PROLOGUE #4 : Love is Blind? or Blind is Love?
5
Goddess Of Intersections, Nivrita
6
Selamat datang di Litsmeire!
7
"Kenapa? Kenapa ini terjadi padaku....." "Aku ingin pulang...."
8
Mother of Darkness, Evangeline Darkshine
9
Guru dan Murid
10
Setiap Malam, 10 Wanita Menghilang Secara Misterius #1
11
Pelajaran Sihir, Evangeline Vs Theresa
12
Setiap Malam, 10 Wanita Menghilang Secara Misterius #2
13
Setiap Malam, 10 Wanita Menghilang Secara Misterius #3
14
Setiap Malam, 10 Wanita Menghilang Secara Misterius #4
15
Penculik Tanpa Bentuk Fisik
16
Bantuan Telah Datang
17
Akhir Yang Bahagia
18
Sihir Yang Mengirim Musuh Ke Dunia Lain
19
Di Suatu Tempat
20
Dr. Zaphyr
21
Theresa Vs Zaphyr
22
Mirror Mirage and Compass
23
Hiatus
24
Penyihir dan Dokter Gila : Theresa, Orion, Elena Vs Zaphyr
25
Pertarungan Berakhir?
26
Elisa Romanov
27
Anak Haram Keluarga Fitzroy
28
Anak Haram Keluarga Fitzroy #2
29
Anak Haram Keluarga Fitzroy #3
30
Anak Haram Keluarga Fitzroy #4
31
Anak Haram Keluarga Fitzroy #5
32
Anak Haram Keluarga Fitzroy #6
33
Anak Haram Keluarga Fitzroy #7
34
Anak Haram Keluarga Fitzroy #8
35
Anak Haram Keluarga Fitzroy #9
36
Anak Haram Keluarga Fitzroy #10
37
Anak Haram Keluarga Fitzroy #11
38
Anak Haram Keluarga Fitzroy #12
39
Anak Haram Keluarga Fitzroy #13
40
Anak Haram Keluarga Fitzroy #14

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!