Penyihir Aurora
[10 TAHUN YANG LALU : TOILET PEREMPUAN DI SEKOLAH DASAR]
Aku menunduk, menahan tangis. Air mata mengalir di pipiku yang penuh bintik-bintik. Aku duduk di lantai, merasa hina dan tak berdaya. Di sekelilingku, mereka tertawa terbahak-bahak, mengejek wajahku dengan kata-kata yang menyakitkan.
"Dasar jelek! Kau memangnya tidak pernah merawat wajahmu apa? Hahaha"
"Hahaha, Mukamu penuh dengan bekas gigitan serangga! Pasti kau sering tidur di luar!"
Aku ingin bangkit, ingin pergi dari sini. Tapi, sebelum aku bisa bergerak, seorang anak perempuan menarik rambutku dengan kasar. Aku merasakan sakit yang menusuk di kepala.
"Hey, kau mendengar kami tidak? Mukamu itu jelek, kau mengakui itu tidak hah!???" Dia membentak dengan marah.
"Sakit.....sakit....Tolong lepaskan. Iya, iya aku mengakui itu." Aku merintih kesakitan.
Dia tidak peduli. Dia malah menarik rambutku lebih keras, lalu menendang wajahku dengan kejam. Aku terpental ke belakang, kepalaku membentur dinding dengan keras. Aku merasakan darah mengucur dari hidungku, mataku memar.
"Sakit......Ke-ke-kenapa kalian begitu kejam kepadaku? Apa salahku?"
Mereka tidak berhenti tertawa. Mereka malah mengejekku lebih keras.
"Salahmu? Salahmu ialah menjadi jelek hahaha!"
Aku menangis lebih keras. Aku merasa tidak ada yang peduli padaku. Aku merasa sendirian.
Tiba-tiba, aku mendengar suara teriakan.
"Hey kalian! Aku akan melaporkan kalian kepada guru!"
Aku mengangkat kepala. Aku melihat seorang anak perempuan berdiri di pintu. Dia adalah Aiko, temanku satu-satunya.
"Gawat, itu Aiko. Lari semua!"
Mereka pun berlari meninggalkan aku yang masih terkulai di lantai.
"Mereka merundungkanmu lagi Kyoko?"
Aku hanya mengangguk lemah. Aku tidak bisa bicara.
Dia menghela nafas kasihan. Dia berkata, "Mari kita ke UKS!"
Dia membantuku berdiri dan mengantarku ke UKS. Di sana, aku berbaring di tempat tidur. Aiko mengobati luka di hidung dan mataku dengan hati-hati.
"Kamu tahu kan kamu tidak bisa selalu seperti ini, Kyoko."
Aku hanya terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana.
Dia menghela nafas sedih. Dia berkata, "Kamu harus berubah Kyoko, kamu tidak bisa selalu dirundungkan seperti ini. Kamu harus bisa melawan atau setidaknya berteriak meminta tolong, jangan diam saja!"
Aku masih terdiam. Aku tidak punya keberanian untuk melawan.
"Kamu dengar tidak!?" Dia sedikit membentak. Dia ingin aku sadar.
"I-iya aku dengar Aiko."
Dia lalu tersenyum lembut. Dia berkata, "Baguslah kalau begitu. Baik sudah beres." Dia telah selesai mengobatiku.
"Terima kasih Aiko."
Aiko lalu memelukku dengan erat. Dia berkata, "Dengar Kyoko. Kamu harus berubah, aku yakin kamu bisa melakukannya. Kamu bisa berjanji itu padaku?"
Aku membalas pelukannya. Aku benar-benar mendengar perkataannya. Aku merasa ada harapan. Aku berkata, "Aku janji, Aiko."
Kyoko benar-benar menerima perkataan dari Aiko secara harfiah. Maksudku, benar benar secara HARFIAH.
[10 TAHUN KEMUDIAN]
"Peringkat ketiga, Sato Eri dengan nilai 87."
Pada pagi yang dingin, seorang guru berdiri di depan kelas: ia membacakan hasil ujian akhir semester matematika pekan lalu. Kimura Kyoko duduk di bangkunya yang berada di sudut kelas. Gadis itu memiliki rambut hitam potongan pendek dan mata biru keabu-abuan. Dia tampak santai namun tegap saat memperhatikan guru. Sedangkan siswa lainnya, mereka sangat serius mendengarkan pengumuman itu. Mereka ingin tahu nilai ujiannya karena mereka telah belajar keras untuk mata pelajaran tersebut.
"Peringkat kedua, Nakamura Aiko dengan nilai 99."
Aiko, seorang gadis berambut pirang panjang bergelombang dengan mata hijau cerah, memalingkan wajahnya ke arah Kyoko dengan mata menghina. Dia mengangkat satu tangannya untuk menyembunyikan mulutnya yang sombong seperti seorang putri, sementara tertawa dengan nada sinis.
"Hahaha, Kyoko, kamu mendengar itu? Sepertinya kamu tidak akan bisa mengalahkanku kali ini."
Kyoko hanya diam dan tersenyum lembut, tidak terpengaruh oleh ejekan Aiko.
Aiko menatap Kyoko dengan kesal, merasa tidak dianggap.
"Ada apa denganmu? Kau menertawakan aku?"
"Tidak, sama sekali tidak."
Guru yang selama ini memperhatikan Aiko akhirnya berkata,"Aiko, tolong jangan ribut." Dia berbicara dengan nada tegas dan sabar.
"Baiklah untuk peringkat pertama......"
Para murid sedang mendengarkan dan memperhatikan dengan serius.
"Peringkat pertama Kimura Kyoko dengan nilai 100, selamat Kyoko!" Guru memuji Kyoko dengan bangga dan bertepuk tangan. Beberapa murid ikut memberi tepuk tangan dan ucapan selamat, sementara beberapa lainnya menatap Kyoko dengan iri dan cemburu. Teman sebangku Kyoko menoleh ke arahnya.
"Selamat Kyoko!" Dia tersenyum lebar dan riang sambil bertepuk tangan.
"Terima kasih!" Dia tersenyum lembut dan malu-malu.
Mai menghela napas "Andaikan aku bisa sehebat kamu dalam matematika." Dia mengeluh dengan sedikit iri.
Mai adalah seorang gadis yang berambut coklat keemasan dengan potongan ponytail, yang memiliki mata berwarna hitam tajam. Ia adalah salah satu sahabat Kyoko.
"Baiklah begitu informasinya. Ibu akan meninggallan ruangan kelas untuk menghadiri rapat yang berkaitan dengan penutupan semester ini. Hingga waktu istirahat tiba, kalian bebas melakukan aktivitas apapun. Permisi." Ia lalu meninggalkan ruangan kelas.
Mai menatap lembar nilai ujiannya dengan wajah murung. Dia hanya mendapat nilai 40. Dia harus mengulang ujian minggu depan.
"Belajar untuk minggu depan?" Kyoko mengejeknya dengan sinis.
"Aku tidak bisa, Kyoko. Matematika itu terlalu rumit untuk kupahami sendiri. Tolong bantu aku belajar, ya. Aku mohon." Mai memelas dengan mata berkaca-kaca. Dia benar-benar butuh bantuan.
"Aku akan pikir-pikir dulu."
"Pikir-pikir apa? Kamu tidak mau membantuku?" Dia terkejut dan kecewa.
Saat mereka sedang asyik berbincang, Aiko mendekati mereka dengan langkah cepat. Ia menyorot mereka dengan tatapan sinis, yang menunjukkan rasa tidak suka. Ia meletakkan satu tangannya di pinggang, sementara tangannya yang lain mengibaskan rambutnya dengan angkuh.
"Hmph, selamat deh. Tapi, cuma beda satu poin kok."
Kyoko tersenyum lembut. "Terima kasih. Tapi, maksudmu apa?" Dia agak bingung dengan ucapan Aiko.
Aiko mengepalkan tangannya dan menoleh. "Maksudku, kita sama-sama pintar."
Kyoko tertawa kecil dan tersenyum puas. "Tidak segampang itu."
Aiko menyipitkan matanya. "Apa? Apa maksudmu?"
Kyoko tersenyum puas. "Kamu dapat nilai 99 karena itu batas kemampuanmu. Aku dapat nilai 100 karena itu batas nilai maksimal. Kalau nilai maksimalnya 101, pasti itu nilaiku. Dan seterusnya." Dia lalu tertawa kecil.
Setelah mendengar pernyataan sombong Kyoko, Aiko membanting meja Kyoko dengan keras. Ia menyindir Kyoko dengan tatapan tajam, yang memancarkan rasa kesal dan muak. Semua orang kaget mendengar suara dentuman meja itu, yang membuat ruangan menjadi sunyi sejenak.
Kyoko tertawa kecil dan menatap Aiko dengan santai. "Kenapa? Itu memang fakta, kan?"
Aiko menatap dengan penuh amarah dan berkata dengan nada yang dingin. "Ulangi lagi perkataanmu. Dasar wanita sombong!"
Kyoko tersenyum puas. "Aku hanya bercanda." Dia mengejek Aiko dengan nada sinis.
Mereka saling berhadapan, dengan jarak antara wajah mereka hanya sekitar 10 cm. Aiko menyorot Kyoko dengan tatapan tajam, yang memancarkan rasa tidak suka dan marah. Kyoko menggoda Aiko dengan tatapan santai, sambil mengejeknya dengan senyum puas di bibirnya. Suara napas mereka terdengar berat, seolah-olah mereka siap untuk bertarung. Aroma parfum mereka bercampur, menciptakan suasana yang tegang dan panas. Beberapa orang, seperti Mai, cemas melihat situasi saat ini, dan berharap agar tidak ada yang terluka.
Mai berbicara dengan rasa khawatir, "Eh, Ayo kita berhenti ya. Bertengkar itu tidak baik." Sambil mengibaskan tangan, dia mencoba menenangkan suasana.
Keadaan hati Aiko mulai menunjukan sedikit alih perasaan, namun tetap ada rasa kekecewaan dalam benaknya. Ia masih merasa tersinggung dengan isi ucapan yang diungkapkan oleh Kyoko. Dia mulai berdiri menjauh dari wajahnya.
Aiko melipat tangan di dada dan memasang wajah masam, "Hmph, terserah kamu saja." Dia berkata dengan nada kesal dan tidak peduli.
Aiko berjalan dengan cepat keluar dari kelas, tidak mau berlama-lama dengan mereka. Ia hampir sampai di pintu, ketika seseorang memanggilnya.
"Hei, kemana kamu?"
Aiko menoleh dengan wajah kesal. "Apa sih?"
"Aku mau ke kantin, kenapa?"
Kyoko tertawa kecil, "Kamu lupa ya?"
Aiko terlihat bingung, "Lupa apa?"
"Jangan pura-pura lupa."
"Ayo, cepat bilang!"
Kyoko tersenyum puas, tapi juga heran. Ia tidak kira Aiko benar-benar lupa.
"Wah, kamu serius ya? Baiklah, aku ingatkan lagi. Minggu lalu, sebelum ujian matematika, kita bertaruh. Jika nilaiku lebih rendah dari kamu, aku akan turuti permintaanmu. Tapi, jika nilaimu lebih rendah dari aku, kamu yang harus turuti permintaanku." Dia menatap Aiko dengan menantang.
Aiko merasa sangat terkejut mendengar perkataan tersebut. Barulah ia menyadari bahwa ia pernah melakukan taruhan dengan Kyoko minggu lalu. Keringat mulai mengalir di sekitar wajah Aiko.
Kyoko tersenyum lebar dan mengisyaratkan Aiko untuk mendekat dengan jari telunjuknya.
Aiko merasa berat hati, ia harus menghadapi Kyoko lagi. Ia berjalan dengan perasaan cemas, takut akan permintaan Kyoko. Ia pun berdiri di depan Kyoko dengan ragu-ragu.
Keringat dingin membasahi dahinya, ia sangat marah dan menyesali taruhannya dengan Kyoko. "Apa yang kamu mau?"
Kyoko tersenyum girang melihat wajah Aiko yang ketakutan. Ia sedang memikirkan apa yang akan ia minta kepada Aiko.
"Hmmm...Apa ya? Oh, sudah tahu." Ia lalu menaikkan satu kakinya dan menggerak-gerakkannya. "Sepatuku agak kotor, nih. Aku mau kamu bersihkan dengan menjilatnya." Ia lalu tersenyum lebar.
Aiko sangat terkejut mendengar hal itu. Matanya terbelalak. Ia terdiam tak percaya. Mai pun cukup terkejut mendengar hal itu.
"A-a-apa? Kamu serius minta itu? Jangan main-main!"
Mai terlihat bingung juga, "Kyoko?"
Kyoko tertawa terbahak-bahak dan menoleh ke Mai dan Aiko, "Tidak, tidak, maaf ya. Aku cuma bercanda kok. Maaf ya." Dia masih terkekeh-kekeh.
Aiko merasa tersinggung diikuti oleh Mai yang merasa kebingungan dengan candaan yang dikeluarkan oleh Kyoko. Namun, mereka merasa lega ketika menyadari bahwa itu hanya sebuah candaan.
Kyoko menoleh ke Mai dan lalu ke Aiko. "Permintaanku adalah, aku ingin kamu membantu Mai belajar bersamaku. Temani dia sampai ujian remedial matematika nanti."
Mai merasa senang karena Kyoko mengingat permintaannya untuk dibantu belajar matematika. Itu adalah pelajaran yang paling sulit baginya.
Aiko melipat tangan di dada dan mengangguk. "Ya, kalau itu aku bisa membantumu. Tapi, kenapa kamu mau aku ikut? Bukankah kamu sudah cukup pintar?"
Kyoko tersenyum lembut. "Aku pikir akan lebih seru kalau kamu ikut. Aku ingin kamu ikut. Kamu kan sahabatku."
Aiko merona mendengar hal itu. Dia tidak menyangka Kyoko akan bilang begitu. "Aku tahu itu, bodoh. Kamu nggak usah bilang-bilang. Aku akan bantu." Dia lalu tersenyum lembut.
Kyoko merasa sangat bahagia. Dia berdiri dari kursinya lalu memeluk Aiko erat-erat. "Terima kasih, Aiko!"
Aiko sangat terkejut dengan Kyoko yang tiba-tiba memeluknya. Pipinya semakin merah. "Ughhhh, lepaskan. Apa-apaan sih." Dia mencoba melepaskan diri dari pelukan, tapi tidak bisa. Kyoko memeluknya dengan kuat. Akhirnya dia menghela napas, menyerah dengan keadaan ini.
Kyoko masih memeluk Aiko dengan erat lalu tertawa kecil.
Mai melihat keduanya. Dia tertawa kecil dengan suara pelan. Dia heran dengan situasi yang terjadi. Padahal beberapa menit yang lalu, mereka berdua bertengkar.
Aiko akhirnya bisa lepas dari pelukan. Dia memalingkan muka dan pipinya masih merah. Dia cukup terkejut dengan pelukan itu.
Kyoko menatap Mai. "Bagaimana kalau kita mulai belajar sekarang? Masih ada waktu dua jam sebelum istirahat." Dia mengajak mereka dengan semangat.
Mai mengangguk dan tersenyum lembut. "Baiklah, aku tidak keberatan. Kita bisa mulai belajar sekarang."
Kyoko menatap Aiko dan Mai dengan antusias. "Bagaimana kalau kita ke perpustakaan? Di sana lebih tenang dan nyaman." Dia mengusulkan dengan semangat.
Mai mengangguk setuju, Aiko juga sama. Kyoko dan Mai berdiri dari meja mereka. Mai memegang buku teks dan catatannya. Lalu, mereka berjalan dengan langkah cepat ke arah pintu keluar kelas bersama-sama. Aiko mengikuti di belakang mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments