Teror Mimpi

Di sebuah perbukitan yang tandus. Berdiri seorang gadis dengan bertelanjang kaki, menatap sekitar dengan linglung. Sejauh mata memandang, tidak terlihat adanya jejak kehidupan yang tertinggal. Hanya keheningan, kesuraman serta ketidakpastian.

Gadis tersebut menoleh dengan cemas. Menatap langit kelabu dengan rembulan besar yang sinar terang. Angin berhembus menusuk kulit, membawa perasaan dingin di sekujur tubuh. Si gadis menengok ke sisi lain, terdapat sebuah kastil kecil yang telah lama tak berpenghuni. Terlihat jelas sebab tidak adanya pelita ataupun penerangan jenis lainnya yang mampu memperlihatkan arsitektur gaya bangunan Eropa abad pertengahan. Hanya ada kekosongan dan kegelapan yang membungkus erat.

Menggosok tangan. Tatapan gadis muda tersebut jatuh pada sebuah hutan gundul tak jauh dari kaki bukit. Ada banyak pepohonan besar yang telah lama kering serta layu, meninggalkan ranting tanpa dedaunan hijau. Saat angin berhembus sedikit kencang, setiap dahan maupun ranting saling bergesekan. Menciptakan bunyi-bunyian aneh.

"... Rika ...."

Sayup-sayup seseorang memanggil. Suaranya terdengar jauh tapi juga jelas. Seolah-olah suara itu dibisikkan tepat di daun telinganya.

Rika, gadis remaja tersebut dengan cepat menoleh ke belakang. Tidak ada siapapun, hanya ada dia seorang. Merasa cemas, Rika pun berteriak, "siapa di sana?"

Tidak ada jawaban. Hanya ada desauan angin serta suaranya sendiri yang mengaung. Semakin gugup, Rika memandang segala arah dengan waspada. Hatinya seakan dicengkeram sesuatu hingga terasa sesak, menghimpit.

" ... Rika ...." Suara itu kembali terdengar, seperti suara seorang laki-laki. Namun, Rika tidak dapat memprediksi berapa usia orang tersebut.

Tidak berani bergerak terlalu jauh, Rika yang tumbuh semakin gusar tak dapat mengendalikan kaki serta tangannya dari gemetaran. Keringat dingin mulai bermunculan meksipun udara di luar cukup membuat orang menggigil.

Untuk ketiga kalinya, suara itu datang tepat di belakang punggungnya. Sontak membalik badan, rembulan yang semula bersinar terang kini justru meredup dan memancarkan sinar kemerahan. Tidak sampai di situ, sang rembulan tiba-tiba bergerak. Berputar dan secara bertahap membentuk sebuah bola mata dengan pupil yang melebar.

Rika menelan ludah kering. Mata besar itu terus menyorotnya tanpa niat berpaling. Bola mata besar dengan pembuluh darah yang menyebar kian menakuti gadis tersebut. Waktu terasa membeku. Rika jatuh gemetar, kakinya melunak. Dalam keterkejutan tersebut, tiba-tiba hujan turun bersama dengan aroma anyir.

Air jatuh. Rika melihat noda merah di gaun putih serta permukaan kulitnya. Tertegun, namun benar-benar hujan darah. Selain itu aroma busuk mulai tercium, tanah sedikit bergetar. Tidak siap, sebuah tangan muncul dari dalam tanah dan mencengkeram pergelangan kaki Rika dengan kuat.

Menjerit.

"Ahhh!"

Rika terkejut, napasnya tersengal-sengal. Dia mengusap keringat yang membanjiri wajahnya. Benar-benar mimpi yang sangat buruk. Selama dua hari terakhir, dia sudah bermimpi buruk. Meskipun tidak serupa, namun memiliki kesamaan. Yaitu, darah ada di mana-mana. Rika menghembuskan napas panjang, menyibakkan selimut lantas pergi ke kamar mandi.

...*★*★*★*★*...

Suasana hati Rika tidak begitu baik pagi ini. Selain mimpi itu, ibunya yang terlalu bersemangat untuk pergi ke Tokyo dan juga belum ada kabar dari orang yang ia kirimkan surel semalam.

Rika duduk mendengar penjelasan Suzuki Sensei dengan malas. Berharap waktu cepat berlalu. Seakan dia yang ia panjatkan terkabulkan, bel pertanda memasuki waktu istirahat telah diperdengarkan.

Suzuki Sensei mengakhiri kelas. Mengucapkan beberapa pesan dan pengingat, kemudian pergi meninggalkan kelas.

"Rika-chan, ayo kita pergi ke Kafetaria bersama," ajak Naomi dengan bersemangat.

"Pergilah."

Mendengus. "Ayolah, Rika-chan. Lebih menyenangkan jika pergi bersama dan kita bisa mengobrol apa saja nanti." Naomi masih berusaha membujuk.

"Terserah."

Naomi berseru riang. Gadis feminim tersebut juga tidak lupa mengajak kakak sepupunya Mayu untuk bergabung. Sehingga tiga siswi itu pergi meninggalkan kelas. Namun di tengah jalan, Naomi tiba-tiba ingin ke toilet. Dia takut ke Toilet sendiri, jadi meminta Mayu untuk menemani.

"Gomen ne, Rika-chan. Tapi aku benar-benar ingin buang air sekarang." Naomi menatap Rika penuh penyesalan.

Rika hanya mengangguk ringan. Sedikit kesal, akan tetapi dia memaklumi. Bagaimanapun panggilan alam memang sulit dikendalikan. Melihat ekspresi pengertian gadis pemilik alis tegas tersebut, Naomi pun memberi saran.

"Kalau tidak keberatan, Rika-chan bisa ikut ke Toilet dan nanti kita bisa pergi bersama ke sana. Atau Rika-chan pergi ke Kafetaria terlebih dahulu, setelah itu aku akan menghampirimu."

Rika lebih memilih opsi kedua. Tanpa banyak bicara, dia pergi usai mengangguk kecil. Naomi bernapas lega, namun teringat kembali dengan alasannya pergi ke toilet. Dengan itu ia buru-buru masuk.

Di Kafetaria sekolah. Sudah terisi banyak orang hingga hampir penuh. Meskipun begitu masih ada beberapa meja kosong. Rika mengambil antrian seperti yang lain. Menu makan siang hari ini yang dimasak Chef adalah Karaage, ayam goreng yang telah diberi sedikit adonan tepung basah dan diasinkan, beserta nasi, sup udang serta salad buah. Tak ketinggalan sekotak susu.

Setelah mendapatkan jatah, Rika lekas pergi ke sudut dekat jendela yang memiliki pemandangan mengarah langsung ke halaman belakang. Halaman belakang sekolah mereka terdapat sebuah taman batu dengan air mancur, namun di sudut lain terdapat susunan tapi bunga-bunga yang mekar di musim panas. Dua pohon Maple yang tumbuh di dekat jendela memberikan kesan ketenangan dan kenyamanan.

Rika tida menunggu Mayu ataupun Naomi. Usai menempatkan diri, ia mulai menyantap makanannya. Mengunyah Karaage yang renyah di luar, tapi lembut di dalam. Tidak ada suara yang ia ciptakan. Namun siapa sangka, pada suapan kelimanya seorang penganggu datang.

"Oi, Nakamura Rika! Cepat menyingkir!"

Rika tidak mengindahkan permintaan orang lain. Ia masih membenamkan diri di hadapan makan siangnya. Pihak lain tak sesabar dirinya. Mendekat dan menggebrak meja hingga menyita seluruh perhatian.

"Oi, apa kamu tuli?"

Rika masih tidak perduli. Ia sengaja mengabaikan mereka. Siswa tengah memakai gelang ban tersebut tiba-tiba mengambil tindakan. Menggeser tempat makan hingga jatuh ke lantai.

Hal tersebut berhasil membuat fokus Rika teralihkan. Dia menatap tajam ke arah pemuda yang datang bersama dua temannya. "Seekor lalat dengan kerumunannya." Rika bermonolog.

Ditatap oleh seorang gadis, pemuda dengan gelang ban tersebut tidak senang. "Untuk apa kamu lihat-lihat? Cepat minggir, ini tempat kami!"

Sedari awal suasana hati Rika memang sudah tidak bagus. Dengan kini adanya orang memprovokasi dirinya, bagaimana mungkin Rika dapat menahan diri. Dia juga semakin kesal saat melihat makan siangnya sudah berserakan dilantai. Merasa sayang dengan usaha para Chef.

"Semenjak kapan tempat ini menjadi milik kalian?"

"Semua orang sudah tahu ini tempat kami."

"Benarkah?" Rika tersenyum mengejek. Ia bangkit, menatap pihak lain menantang.

Dalam perselisihan mereka, tentu ada pihak lain yang menikmati tontonan.

"Hei, apa yang dilakukan Rika dan Tatsuo?" Seorang siswi berbisik pada teman satu meja dengannya.

"Ku rasa karena kecerobohan Rika yang menempati kursi Tatsuo. Kamu tahu sendiri, Tatsuo itu orang dengan kepribadian seperti apa?" Siswi yang lain membalas dengan suara tak kalah rendah.

Diskusi kecil muncul dari berbagai sudut. Meski tetap ada beberapa orang yang memilih untuk menutup mata dan mengabaikan sepenuhnya mereka.

Kembali di mana Tatsuo si pemuda dengan gelang ban menatap Rika tidak sabaran. Tangannya yang kokoh menarik Rika keluar dan nyaris terjatuh. Tepat saat itu pula, Renji memasuki Kafetaria bersama Hiro dan Hime.

Ketiga orang itu penasaran dengan keributan yang ada begitu mereka menginjakan kaki. Renji merasa tidak puas dengan sekolah barunya, namun begitu melihat siapa yang berkonflik dia tidak dapat menahan rasa penasarannya.

"Gadis itu?"

Hiro yang mengerti ke mana jari itu menunjuk langsung menjawab. "Dia Nakamura Rika. Gadis pendiam yang memiliki temperamen buruk, begitu kata orang."

"Buruk?" Renji mengulangi apa yang ia dengar.

Hiro mengangguk. "Aku tidak tahu pasti. Tapi orang-orang selalu bilang, jika ada yang berani menyentuh dia maka Nakamura Rika tidak akan segan-segan untuk membalas. Dan lihatlah, sebentar lagi kamu akan tahu."

Renji merenungkan apa yang Hiro katakan. Dari tempatnya berdiri, Renji dapat melihat sosok rapuh Rika yang hampir terjatuh sebab didorong oleh pemuda itu. Namun tidak seperti yang ia bayangkan. Rika yang dapat mempertahankan keseimbangannya berdiri dengan tangan yang terkepal di sisi badan.

Tampilan itu terlihat berbeda dengan kemarin saat mereka tak sengaja bertabrakan. Rika terlihat seperti gadis pemalu dan terkesan lemah. Namun setelah hari ini, kesannya segera berubah.

Rika yang berdiri di sisi meja mengambil susu kotak milik Tatsuo. Merobek, lantas menuangkan ke dalam nasi Karaage milik si pemuda. Rika juga dengan cepat menuangkan salad buah ke dalam sup, menyerobot sendok di tangan Tatsuo dan mengaduknya.

Tatsuo belum tersadar dengan keterkejutannya. Dia tertegun, menatap menu makan siangnya di acak-acak sedemikian rupa. Berbeda dengan kedua temannya. Dalam benak mereka berpikir bahwa Rika adalah gadis gila.

"Oi, apa yang kamu lakukan?" Tatsuo bangkit, menatap Rika dengan tatapan tajam.

Rika tidak terganggu sedikitpun, usai mengaduk hingga rata, dia pun berkata, "makanlah. Itu cocok untuk sejenis kalian yang suka menggonggong."

"Kamu ...." Tangan Tatsuo terangkat.

Renji yang sedari tadi memperhatikan menyorot tajam ke arah si pemuda. Beberapa diantara mereka menahan napas, merasa prihatin. Namun ada juga yang sedang dengan kemalangan Rika. Mereka tidak lain adalah Matsumoto Sayaka dan Ueno Nanao. Mereka berdua bersorak dalam hati, bahkan mata mereka tidak dapat membohongi orang lain.

Hati Rika menegang. Waktu terasa melambat dan tiba-tiba ....

...*★*★*★*★*...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!