Rika memasuki ruang kelas, tersisa separuh dari penghuni kelas. Dia melirik ke arah meja Sayaka dan Nanao, menyadari tas mereka masih ada Rika tersenyum tipis.
Berjalan menuju bangkunya, Rika segera mengambil tas miliknya dan kemudian pergi. Naomi yang melihat hal tersebut tidak tahan untuk mencegah.
"Oi, Rika-chan! Kenapa terburu-buru?"
"Berisik!"
"Ck! Gadis itu." Naomi yang sengaja menunggu Rika kembali kini langsung bangkit mengejar. Begitu juga dengan Mayu yang tak ingin tertinggal.
"Cotto matte kudasaiyo, Rika-chan!" Naomi memanggil pihak lain untuk menunggu, tapi bagaimana Rika mau menunggu? Dia sangat keberatan.
"Kenapa jalannya sangat cepat? Ada apa dengan dia, kenapa begitu tergesa-gesa?" Naomi mengomel tanpa berharap orang lain akan menjawab pertanyaannya.
"Apa yang Naomi keluhkan?"
"Tidak ada." Naomi menggeleng, menolak mengakui. Dia tak mau kakak sepupunya memberinya ceramah panjang lagi.
Rika sudah pergi jauh, jejaknya pun tak lagi terkejar. Naomi sangat kesal, ia mencoba berlari kecil saat menyusuri koridor-koridor panjang yang penuh sesak. Mengucapkan permintaan maaf ketika ia meminta jalan ataupun tak sengaja menabrak seseorang.
Yang mereka berdua tidak ketahui adalah, jika Rika sekarang tidak pergi jauh. Dia hanya berdiri bersandar pada dinding gerbang sekolah. Kepalanya tertunduk dengan tangan yang terlipat di depan dada. Tampilannya terlihat malas dan tidak berbahaya. Namun tetap acuh tak acuh dengan apa yang ada di sekitarnya.
Siswa-siswi yang melihat Rika berdiri di situ menoleh, rasa penasaran mereka memancing diskusi. Meski begitu tidak ada yang berniat mendekat, entah tidak berani atau enggan tidak ada yang tahu pasti.
" ... sialan gadis busuk itu. Akan aku buat dia menyesal."
"Ya, kita buat dia tidak tahan selama di setahun ini."
Saat Rika mendengar umpatan untuk dirinya dia hanya mendengus geli. Siapa yang tidak betah nanti belum bisa diputuskan. Dia yang akan bertahan dan menjadi pemenang atau pihak lain akan menjadi pecundang. Rika secara alami mengetahui si pelaku, mereka adalah gadis Matsumoto dan Ueda di kelasnya. Rika tidak tahu kenapa mereka memiliki permusuhan dengannya. Sedangkan dia sendiri tidak tahu hal apa yang membuat dirinya dibenci sedemikian rupa.
Menajamkan pendengaran, Rika mengukur jarak mereka berdua. Masih ada sekitar sepuluh langkah dari tempatnya bersembunyi. Mereka tidak tahu jika dia ada di situ. Maka dari itu, sudut bibir Rika terangkat dengan senyuman licik.
Saat jarak sudah hampir dekat, tanpa kewaspadaan dari pihak lain. Rika mengulurkan kaki kanannya di tengah jalan. Dan saat mereka mendekat dan semakin dekat, Sayaka sudah jatuh tersandung.
Dia yang tiba-tiba jatuh tersungkur memancing banyak perhatian.
"Sayaka-chan?" Nanao memanggil sebab terkejut.
"Hei, lihat apa yang Matsumoto lakukan?" bisik seorangpun siswa di belakang mereka.
"Matsumoto siapa?" Siswa lain bertanya.
"Gadis yang tiba-tiba jatuh di depan itu. Matsumoto Sayaka dari kelas 2-3, apa dia memiliki hobi aneh?" Siswa pertama bertanya sarat akan ejekan.
"Maksud mu? Hobi aneh mencium lantai begitu hahaha ... benar-benar konyol."
Sayaka sangat malu jadi bahan tertawaan. Dia merasa sangat sial. Pertama dia dipukuli oleh gadis bau itu, lalu ditendang oleh orang yang sama, dan sekarang jatuh memalukan di depan banyak orang. Urat biru di dahinya muncul, ia bangkit dengan cepat berniat memaki orang yang tengah menjegal dirinya.
Saat itu dia melihat sosok gadis yang ia selalu menjadi duri di matanya. Gadis Nakamura yang menatapnya santai dengan seringai lebar.
"Itu kamu?" Sayaka tiba-tiba meraung.
Rika pura-pura bodoh. Menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"
"Ya, itu pasti ulahmu Nakamura Rika." Sayaka hendak menyemburkan hinaan, namun mengingat situasi sekarang itu akan merugikan dirinya. Sehingga Sayaka memeras wajahnya hingga memerah.
"Apa salahku? Kenapa aku menjadi sasaran ketidaksenangan mu?"
"Sayaka-chan, jangan menangis. Dia hanya bisa memukuli orang. Benar-benar gadis kasar." Nanao dan Sayaka adalah satu paket. Mereka memiliki pemikiran yang sejalan.
Mendengus, Rika tetap diam. Namun matanya tak hentinya mencemooh bakat pihak lain.
"Apa kamu tidak akan meminta maaf? Menganiaya orang secara acak! Bagaimana ibumu mendidik mu?" Nanao menyemburkan omong kosong yang tak Rika sukai.
Walaupun tidak terlalu harmonis hubungan antara ibu dan anak, Rika tetap akan tersinggung jika seseorang membawa nama orangtuanya dalam permasalahan mereka. Apalagi jika perselisihan yang terjadi merupakan sebuah perkara kecil.
Rika menegakkan badan, maju selangkah dan kemudian menunduk. "Aku kagum dengan kecepatan bicara dan kecepatan mu membaca situasi, Ueno." Rika tersenyum mengejek, akan tetapi sorot matanya tak menyembunyikan kilatan cahaya membunuh, "tapi perlu diingat! Karena kelebihan itu dapat menghancurkan mu cepat atau lambat."
Tubuh Nanao menegang, dia merasa sedang diancam pihak lain. Perasaan gugup dan cemas menyelimuti hatinya. Kendati demikian, gadis bermarga Ueno tersebut menolak untuk takluk. Mengeraskan hati, ia kembali meledak, "dasar gadis kasar! Siapa yang kamu kutuk? Justru gadis suram seperti mu yang memiliki nasib buruk."
Rika hanya tersenyum kecil. Tidak ingin membuang-buang waktu, dia berjalan mengabaikan kedua gadis yang masih berlutut di depan gerbang sekolah. Semua serangkaian peristiwa tersebut tanpa sengaja disaksikan Renji dan dua teman sekelasnya.
"Apa yang dilakukan Nakamura-san tadi termasuk penindasan?" Hiro yang terperangah melihat tontonan tersebut tidak dapat menahan diri untuk berkomentar. Dia bahkan merasa iba dengan Sayaka yang masih berlutut.
"Kurasa tidak," jawab Renji dengan tatapan menerawang.
"Oi, Renji? Bagaimana kamu tahu?" Hiro menatap teman sekelasnya dengan tatapan aneh, "jangan bilang kamu mulai tertarik dengan gadis suram dan kasar itu?"
Hime tertawa renyah mendengar analogi yang dibuat Hiro. Apa dia pikir gadis pendiam seperti Rika akan menarik perhatian Renji? Meskipun Hime akui jika Rika memang miliki wajah yang cukup cantik. Fiturnya sebenarnya halus, hanya saja sorot mata tajam, serta alis yang tegas yang menimbulkan kesan galak itulah membuat orang kerap kali merasa kurang nyaman.
Meksipun begitu, Hime merasa sedikit cemas. Ia melirik Renji. Siswa pindahan tersebut memang tampak ramah dari luar, namun sebenarnya dia sering kali membuat jarak. Bahkan untuk dirinya.
"Jangan terlalu banyak berpikir," pungkas Renji kemudian berjalan meninggalkan kedua teman barunya ke arah yang sama dengan Rika.
...*★*★*★*★*...
Di malam hari, Rika menyantap makan malam hanya ditemani dengan sang ibu. Hal ini bukan untuk yang pertama kali, cukup sering hingga ia sampai lupa rasanya makan bersama dengan anggota keluarganya yang lengkap. Dengan kediaman orangtuanya yang terbilang cukup besar, dihuni dua orang hanya membuat kekosongan kian terasa.
"Rika-chan, Tou-san belum bisa pulang. Jadi jangan terlalu kecewa." Miyako-san berusaha menghibur.
Usaha itu tidak berarti apa-apa bagi Rika yang sudah terbiasa. Walau ingin, akan tetapi dia tidak begitu berharap. Oleh sebab itu, Rika memberikan respon yang acuh tak acuh, "jadi kapan Tou-san pulang?"
Miyako-san meletakkan sumpit, mencondongkan tubuhnya saat menatap Rika dengan intens. Dia merasa linglung sejenak, berdehem, lalu berkata tanpa daya, "sepertinya beberapa pekan lagi. Mungkin Tou-san akan langsung ke Tokyo untuk mengunjungi kakakmu."
Rika diam-diam menghela napas berat. Kenapa orangtuanya sibuk memikirkan tentang kakak laki-lakinya yang sedang belajar di Tokyo? Bahkan saat liburan musim panas, mereka berencana pergi ke sana tanpa mengajak dirinya. Kecewa dan kecemburuan menyelimuti hati Rika yang terluka. Tapi dia tetap diam sambil mengunyah sepotong daging. Menelannya dengan susah payah, lalu mendorong dengan segelas air mineral.
"Oh!" Hanya itu yang Rika ucapkan. Kemudian gadis yang tak banyak bicara tersebut meletakkan sumpit. Menangkupkan tangan sambil berkata, "gochisousama deshita."
Rika bangkit, membawa peralatan makanya, dan pergi ke wastafel untuk mencucinya.
"Rika-chan sudah selesai? Bukannya baru makan sedikit?" Miyako-san menoleh ke belakang, menatap punggung putri kecilnya dengan perasaan berat.
Miyako-san secara alami sadar, betapa kesepiannya Rika selama ini. Orangtua yang sibuk bekerja dan memiliki saudara yang membutuhkan perhatian lebih. Dia ingin putrinya memaklumi dan memahami kesulitan yang mereka hadapi. Bukan berarti Miyako-san tidak bersyukur dengan kepribadian Rika yang tidak rewel dan banyak menuntut. Hanya saja hatinya terasa pilu menyadari Rika membuat jarak diantara mereka.
Rika tidak tahu apa yang Miyako-san pikirkan. Usai menyelesaikan pekerjaannya, dia tidak tinggal lama dan langsung pergi ke atas. Di dalam kamar, Rika duduk di tepi tempat tidur dengan pikiran kusut. Wajahnya yang muram terjadi sebab banyaknya masalah yang mengganggu pikirannya.
Menatap ke arah meja belajar. Rika melihat ponselnya tergeletak di dekat lampu belajar. Dia jadi teringat sesuatu. Bangkit, Rika pergi untuk mengambil benda tersebut.
"Matsumoto Sayaka, Ueno Nanao, hal baik apa yang aku bisa lakukan untuk kalian," Rika bergumam. Mengirim surel pada orang penting di sekolahnya. Setelah berhasil terkirim, Rika senyuman lebar. Ia tak sabar menanti kegembiraan esok hari.
...*★*★*★*★*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments