Aduan dan Hukuman

Daichi Yamaguchi memasuki ruangan dengan membaca beberapa buku yang ia selipkan di bawah ketiaknya. Tampilan modis dengan dengan kacamata yang membingkai wajahnya. Usianya yang matanya dan terlihat tampan memang mengundang banyak perhatian.

"Minna, ohayou."

"Ohayou gozaimasu, Sensei."

Daichi Sensei mengucapkan beberapa kalimat pembuka, lantas melakukan absensi. "Baik, ayo kita mulai absen," ujarnya dan langsung menyebutkan daftar nama dari buku absen.

"Aoki Kenji!" Daichi Sensei mengangkat pandangannya, menatap pemuda berkacamata.

"Hadir."

"Fujiwara ...."

Satu persatu nama-nama disebutkan. Rika tampak bosan, meskipun begitu dia tidak membuka suara ataupun bertindak sesuka hati. Ia tetap tenang menunggu namanya di panggil, meskipun meletakkan kepalanya di atas meja dengan malas.

"Ishikawa Naomi!"

Mendengar namanya disebutkan. Naomi segera mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dengan semangat dia merespon, "Naomi, hadir, Sensei."

Daichi Sensei tersenyum. "Semangat yang bagus, Naomi-chan."

Dipuji dengan tulus bagaimana Naomi tidak merasa tersanjung, dengan malu-malu dia mengucapkan terimakasih. Beberapa orang mencibir dengan kecemburuan, namun tidak berani diucapkan secara langsung.

"Kishimura Hana!" Hana juga merespon dengan baik.

"Matsumoto Sayaka!" Sayaka juga menjawab, namun suaranya sedikit tertahan sehingga menimbulkan menimbulkan rasa penasaran. Hanya sesaat, Daichi Sensei kembali melanjutkan.

"Nakamura Rika!" Rika mengangkat tangannya, tidak bersuara seperti yang lainnya. Seisi kelas melihat ke arah Rika dengan tatapan aneh.

"Rika-chan, tolong bersuara jika saya memanggil lain kali," pinta Daichi Sensei, antara memaklumi dan menegur.

"Hai, Sensei." Rika menyetujui dengan mudah.

"Nishimura Takeru!" Takeru sama antusiasnya dengan Naomi. Pemuda berambut gondrong tersebut bahkan sempat mengoceh, seperti anak kecil yang sedang meminta perhatian. Namun Daichi Sensei tidak menanggapi lama.

"Ogawa Shinjiro." Teman sebangku Takeru menjawab.

"Takashi Mayu!" Mayu merespon biasa, tidak arogan, bersemangat, ataupun enggan seperti halnya yang dilakukan Rika teman sebangkunya.

Hingga tiba giliran Nanao, semuanya sedikit berbeda.

"Ueda Nanao!"

Nanao mengangkat tangan, suaranya terbata pelan saat memberikan jawaban. "Ha-ha-dir, Sensei!"

Daichi Sensei belum menutup buku absensi, pria dewasa tersebut menatap Nanao dengan dahi alis yang saling bertaut. Dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "ada masalah, Nanao-chan?"

"Eto ... Sensei. Sensei, kami telah dianiaya dan Sensei harus menegakkan keadilan untuk kami," pinta Nanao dengan wajah memerah dan menahan airmata di pelupuk matanya terjatuh.

Rika melirik gadis di seberang mejanya malas. Dia dapat menebak niat yang Nanao miliki.

Saat Nanao mengucapkan kalimat yang berbelit-belit, Mayu berbisik rendah pada Rika. "Rika, apa menurut mu Nanao sengaja melakukan itu?"

"Melakukan apa?" Rika bertanya balik dengan acuh tak acuh, meksipun dia tahu apa yang Mayu coba sampaikan. Tapi dia tidak begitu peduli.

"Maksudku, Nanao sengaja memeras wajahnya hingga merah seakan telah dianiaya hanya untuk mengadu masalah tadi pagi bukan? Jika memang benar, kamu tidak akan bisa lepas dari hukuman."

"Hn, aku tahu."

Mayu dalam hati menghela napas, seakan sia-sia telah mengkhawatirkan gadis ini. Namun melihat ketidakpedulian yang Rika tunjukan, walaupun cemas hati Mayu sedikit tenang. Yakin jika Rika memiliki rencananya sendiri.

"Berbicaralah yang jelas, Nanao-chan. Sensei akan membantu dan mendapatkan keadilan untukmu." Daichi Sensei telah berucap.

Nanao merasa senang mendengar jaminan yang pria itu berikan. Sayaka yang tidak tahu rencana awal Nanao kini sudah dapat menebak ke arah mana ucapan itu dilanjutkan. Apalagi kalau bukan perkara tadi pagi.

Dan benar saja, Nanao memberitahukan apa yang telah Rika lakukan pada mereka berdua. Beruntungnya Nanao dan Sayaka, tamparan yang Rika berikan masih membekas merah. Tuhan tahu seberapa besar kekuatan yang Rika keluarkan untuk membuat tanda tersebut. Sayaka juga tidak diam saja, dia membantu Nanao untuk berbicara. Bahkan ada bumbu-bumbu kebohongan yang ia taburkan.

Wajah Daichi Sensei perlahan keruh saat mendengar setiap kalimat yang Nanao sampaikan. Dia mengira anak didiknya telah membuat omong kosong untuk menjebak yang lain. Namun jika melihat lagi pipi yang memerah itu, dia tidak lagi meragukan dan berseru meminta kepastian si pelaku.

"Rika-chan! Apa benar yang dikatakan Nanao-chan dan Sayaka-chan?"

Rika tidak mengelak dan secara terbuka mengkonfirmasi apa yang telah ia perbuat. Mayu dan Naomi menatap Rika dengan perasaan kompleks, kenapa Rika tidak memilih untuk menyangkal saja?

"Baiklah. Setelah kelas selesai pergilah ke kantor saya." Daichi Sensei menghela napas panjang dan kemudian melanjutkan, "sekarang kita mulai saja pelajarannya."

Nanao dan Sayaka bersorak dalam hati. Mereka berdua bahkan sudah tidak sabar melihat hukuma apa yang Sensei berikan pada Rika. Begitu menantikannya sehingga sepanjang perjalanan keduanya tak dapat menjaga pikiran agar tetap fokus.

Menunggu pergantian waktu biasanya tidak berlangsung lama. Namun bagi Nanao dan Sayaka terasa sangat panjang. Sesekali dia melihat jam dinding, hanya lima menit waktu bergerak dari terkahir kali ia melihat. Berbeda jauh dengan Rika yang tetap tenang dan bahkan mampu mengikuti pelajaran dengan baik.

Sayaka merasa heran. "Apa dia tidak takut?" Tapi siapa yang dapat menebak apa yang gadis beralis tegas itu pikirkan.

...*★*★*★*★*...

Saat ini Rika telah berada di depan meja Daichi Sensei. Ia mengikuti sang wali kelas begitu kelas pertama berakhir beberapa saat yang lalu. Pria mapan tersebut tidak langsung mengintrogasi, tapi justru masih menatap tumpukan buku di bawah matanya dengan serius.

Rika sangat bosan. Dia menoleh ke arah meja guru lain. Pandangannya bertubrukan dengan pemuda berambut ikal. Netra hitam menyimpan keterkejutan yang tidak biasa. Rika tumbuh tidak nyaman, ia segera membuang muka. Memutuskan kontak dan duduk dengan kepala tertunduk.

Tangannya berkeringat, jantungnya berdebar-debar. Perasaan tidak nyaman serta berat menghinggapi hatinya usai ditatap oleh pemuda itu. Rika melirik ke arah muda tadi, ternyata dia sudah pergi.

"Rika-chan, apa ada pembelaan?" Daichi Sensei bertanya, meletakkan pena serta melepas kacamatanya tatkala mengurut pangkal alisnya.

Rika tahu arah pembicaraan sang wali kelas. "Tidak, Sensei."

Daichi Sensei tidak percaya. Secara alami orang akan membela diri meskipun melakukan kesalahan. Tapi dia tidak. "Jadi Rika-chan mengakui tindakan kasar tersebut?"

Rika mengangguk mantap.

"Kenapa?" Ya, kenapa dia melakukan itu dan mengakuinya dengan mudah? Apa dia tidak takut dengan konsekuensi yang akan diterima atau dia telah diremehkan? Memikirkan pemikirannya yang berkelana, Daichi Sensei menjadi kesal.

"Karena mereka pantas mendapatkannya."

Jawaban yang Rika berikan sama sekali tidak memuaskan. Justru membuat sang guru menjadi geram. "Apakah karena menurut Rika-chan pantas, maka boleh melakukannya?"

Rika terdiam.

Daichi Sensei kembali bertanya, "apa ada penyesalan?"

"Tidak." Rika menjawab dengan lugas.

Daichi Sensei merasa sedikit frustasi menghadapi siswi satu ini. "Saya tahu, Rika-chan gadis dengan pemikiran terbuka. Saya memaklumi dan menutup mata persoalan Rika yang enggan bergaul dengan yang lain. Tapi kali ini sudah tidak bisa, ini sudah termasuk penganiayaan."

Rika terdiam. Daichi Sensei pikir, murid pendiamnya sedang merenung. Hatinya pun melunak, menghembuskan napas panjang Daichi Sensei pun berkata, "baiklah. Saya tidak akan mempersulit asalkan Rika-chan meminta maaf pada Sayaka-chan dan Nanao-chan?"

Mendengar permintaan tersebut, Rika mengernyit, menatap Daichi Sensei keberatan. "Kenapa harus saya yang meminta maaf? Sensei tidak sedang bias bukan?"

"Apa maksud mu, Rika-chan?" Daichi Sensei menatap Rika dengan perasaan rumit. Sepertinya murid ini tidak mudah untuk dihadapi.

"Sensei! Di sekolah kita, apa ada peraturan tentang perundungan antar siswa?" Rika bertanya dengan tenang, sabar dan tidak terburu-buru.

"Tentu saja ada. Perundungan dilarang di dunia pendidikan dan dalam kehidupan bermasyarakat."

Rika mengangguk, senyum simpul pun terbit. Daichi Sensei merasa ada sesuatu, sehingga pria dewasa tersebut bertanya dengan penasaran. "Ada apa dengan itu, Rika-chan?"

"Ueda-san dan Matsumoto-san melakukan perundungan, lalu sebagai korban ... apakah Rika hanya diam saja dan tidak perlu melakukan perlawanan?"

Bibir Daichi Sensei berkedut. Beliau menurut pangkal alisnya, permasalahan ini ternyata tak semuda itu untuk diselesaikan. Melihat perkembangan kasus serta temperamen Rika, hal ini tidak akan dilepaskan begitu saja. Daichi Sensei merasa tak berdaya.

Menarik kursi ke depan, beliau meletakkan kedua tangannya di atas meja dengan jari saling bertaut. Sepasang netra hitam menatap lurus ke arah anak didiknya. "Jika memang ada hal semacam itu, seharusnya Rika-chan tidak perlu mengambil tindakan sendiri. Rika-chan bisa memberitahukan pada saya untuk mengatasi masalah itu untuk Rika-chan."

"Apakah akan bertahan lama?" Rika tersenyum mengejek, dia tidak sependapat dengan ide tersebut. Lagipula dengan adanya pihak ketiga belum tentu belenggu itu akan terputus begitu saja. selain itu, Rika dengan percaya diri mengakui dirinya masih mampu mengatasi hal tersebut.

Kekeraskepalaan Rika terlukis jelas di wajahnya. Daichi Sensei kehabisan akal untuk membujuk siswinya, dia hanya bisa berkata, "Rika-chan tahu memukul orang itu tidak baik ...."

Rika buru-buru menyela, "lalu apa saya harus menunggu untuk dipukul, Sensei?"

Daichi Sensei menggeleng, tentu bukan itu maksudnya. Dan Rika tahu akan hal itu, dia hanya sedang memanipulasi pria dewasa dihadapannya sebab tidak senang.

Daichi Sensei melirik arlojinya saat merasa banyak waktu yang terbuang. Menghela napas panjang, beliau akhirnya memutuskan hukuman untuk Rika. Mengingat ini pelanggan pertama yang ia buat. Daichi Sensei merasa sayang, jika nama Rika harus masuk daftar nama siswa-siswi bermasalah. Tapi dengan sikap Rika yang sukar untuk bersikap kooperatif dalam hal ini, dengan berat hati si wali kelas mencatatnya.

...*★*★*★*★*...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!