Anggara yang sedang makan malam bersama keluarganya,memberanikan diri mengutarakan isi hatinya."Yah,kenapa mas Awan yang Ayah jodohkan dengan anak pak Lesmana?"
"Lalu siapa?kamu?ngurus diri sendiri saja belum becus sok-sokan mau menikahi anak orang."ucap Hartadi yang langsung mengena di hati Anggara.
Anggara tercenung mendengar ucapan Ayahnya itu.Wajahnya seketika muram.Nafsu makannya kian hilang.
"Yah,Ayah kok gitu sih ngomongnya sama Anggara?".ujar Ningsih seolah tak terima anak kesayangannya itu di sudutkan.
"Makanya kamu itu belajar yang benar,fokus sama kuliah mu.Contoh mas mu itu,saat wisuda bisa mendapatkan penghargaan magna cumlaude dari kampusnya.Kalau kamu bisa mengimbangi nilai mas Awan,Ayah janji akan mengenalkan mu dengan anak rekan bisnis Ayah yang lain."Hartadi melanjutkan ucapannya tanpa menghiraukan perasaan Anggara.
"Ck..mas Awan lagi...mas Awan lagi.Terus aja Ayah membandingkan ku dengan mas Awan."Anggara meletakkan sendoknya lalu berdiri dan langsung pergi dari meja makan.
"Anggara...?!"bentak Hartadi.Namun Anggara tak peduli dan tetap berjalan menuju kamarnya.
"Yah,biar aku yang bicara dengan Anggara."ujar Awan dan langsung menyusul Anggara ke kamarnya.
"Ayah sih,terus saja membandingan Awan dan Anggara.Kedua anak kita itu berbeda,Yah.Bak langit dan bumi.Tapi bukan berarti kita bisa menyudutkan salah satu di antara mereka kan?toh anak kita punya cara masing-masing untuk mewujudkan impian mereka."Ningsih berusaha meredam amarah Hartadi.
"Kalau Awan sudah jelas langkahnya untuk mewujudkan impiannya,Bun.Tapi Anggara,kamu lihat itu karna terlalu sering kamu bela,mentalnya jadi lembek dan gampang tersinggung seperti itu."
Ningsih mengalah.Ia menghela napas dan tak menimpali ucapan suaminya lagi.Pembicaraan itu tidak bisa dilanjut,karna bisa menghabiskan satu malaman hanya untuk membahas dan membandingkan antara Awan dan Anggara,anak yang berasal dari satu rahim yang sama,namun memiliki karakter bak langit dan bumi.
**
"Gar,buka pintunya!mas mau bicara."Awan berbicara dari balik pintu sembari mengetuk pintu kamar Anggara.
Anggara pun membuka pintu kamarnya dan membiarkan Awan masuk.Ia lalu berpura-pura menyibukkan diri dengan membaca novel yang di pegangnya.
"Kau baik-baik saja kan,Gar?"tanya Awan yang tak peka melihat ekspresi wajah adiknya.
"Mana ada orang-orang yang baik-baik saja setelah dibandingkan oleh Ayahnya sendiri,mas!"jawab Anggara tanpa menoleh ke arah Awan yang duduk di pinggiran kasurnya.
"Ayah itu nggak bermaksud seperti itu,Gar."
"Udahlah mas,nggak usah menghibur ku.Aku bukan anak sd lagi yang nggak ngerti sama ucapan Ayah."
"Gar,.."
"Jadi mas Awan itu enak ya!.selalu di sanjung-sanjung Ayah,bahkan mas bisa seenaknya mengambil apa yang ku punya."
"Maksud mu apa,Gar?mas nggak ngerti!."
"Apa alasan mas menerima perjodohan itu?".
"Kenapa sih kau tiba-tiba bertanya tentang itu?"
"Aku..aku hanya penasaran saja apa yang membuat lelaki berhati dingin seperti mas Awan mau di jodohkan dengan anak pak Lesmana yang bahkan mas saja belum pernah kan bertemu sebelumnya dengan dia?"
"Mas hanya ingin menyenangkan hati Ayah,Gar.Kalo mas menolak,Ayah pasti kecewa.Kau tau sendiri kan bagaimana Ayah."
"Jadi,mas nggak memiliki perasaan apapun kepada calon istri mas itu?"
"Untuk saat ini belum,Gar.Tapi setelah menikah nanti mas akan belajar mencintainya."
"Ck..apa bisa berumah tangga tanpa di dasari rasa cinta?"
"Ya bisa saja,kenapa enggak.Cinta itu kan butuh waktu untuk tumbuh,Gar.Nggak semerta-merta ketika awal bertemu langsung memiliki perasaan itu."
"Lalu kalau calon istri mas itu ternyata nggak mencintai mas dan justru mencintai lelaki lain bagaimana?".Anggara meletakkan novel yang di pegangnya ke atas meja.Ia lalu mengarahkan tubuhnya menghadap Awan.
"Kau ini,pernyataan mu nggak ada yang lebih berbobot dari itu?".Awan menyeringai.
"Aku kan hanya penasaran saja mas.Apa mas akan melepasnya suatu hari nanti,kalau mas tau ternyata istri mas menyimpan perasaan cinta kepada lelaki lain.?"
"Itu nggak mungkin terjadi,Gar.Akan ku buat Kasih melupakan lelaki itu,dan akan ku pastikan ia luluh dengan perlakuan ku."
"hmmm...terlalu percaya diri juga nggak bagus mas."celetuk Anggara kesal.
Awan pun tertawa.Ia lalu berdiri dari kasur Anggara yang di dudukinya."Gar,jangan pernah berkecil hati dengan ucapan Ayah,ya!Mas tau kok kalau sebenarnya Ayah itu hanya khawatir dengan masa depan mu.Ia mungkin nggak akan memaafkan dirinya sendiri,jika melihat anak-anaknya gagal di dalam hidup ini."pesan Awan.
"Yaudah,mas mau ke bawah dulu."ujar Awan lagi.
"Mau membicarakan soal pernikahan mas ya?"tanya Anggara memastikan.
"Bukan..."
"Lalu apa dong mas...?"
"Bukan urusan mu,maksudnya.".Awan tertawa sembari mengacak rambut Anggara.Ia lalu keluar dari kamar Anggara.Menyisakan Anggara yang terpukau dengan pembawaan diri Awan yang bisa mencairkan kekesalan di hatinya itu.
Benar kata mas Awan,Kasih pasti akan luluh dengan perlakukan mas Awan nanti.Mas Awan memang lelaki sempurna.Sudah tampan,gagah,pintar,pandai membawa diri lagi.Apalah aku yang berbanding terbalik dengan mas Awan?!jangankan mengimbangi mas Awan,setara dengannya saja sulit.
**
Pagi harinya,Anggara yang hendak ke kampus dan sudah rapi dengan mengenakan kemeja flanel hitam yang dipadukan dengan celana jeans,melenggang begitu saja melewati Hartadi,Ningsih dan juga Awan yang sedang menikmati sarapan.
"Loh dik,nggak sarapan dulu?"tanya Ningsih yang heran melihat anak bungsunya mendadak rajin bangun pagi.Biasanya Anggara itu baru bangun ketika Ayahnya dan Awan sudah berangkat ke kantor.
"Nggak bun,Pagi ini Anggara ada kelas.Lagian biar nggak di bandingin terus sama mas Awan."ujar Anggara lalu ia pergi tanpa berpamitan kepada kedua orang tuanya.
"Anak jaman sekarang memang minim sopan santun ya,kayak anak mu itu,bun."celetuk Hartadi.
"Oh jadi Anggara cuma anak bunda,bukan anak Ayah?!.Padahal Ayah loh yang maksa bunda untuk membuat Anggara."Ningsih melancarkan sindirannya untuk Hartadi.
Awan yang mendengar ucapan Ningsih seketika tersedak,ia pun buru-buru menenggak air putih di hadapannya.
"Husshh..ada awan,bun!".Hartadi menegur Ningsih.
"Memangnya kenapa kalau ada Awan,Yah.Toh Awan kan sebentar lagi akan menikah.Jadi dia memang harus diberi wejangan terlebih dahulu agar tidak kaku saat malam pertama nanti."ujar Ningsih sembari meyenggol lengan Hartadi.
Awan gelagapan mendengar ucapan Bundanya itu.Ia langsung beranjak dari tempat duduknya tanpa menghabiskan sarapannya."Awan berangkat ke kantor dulu ya,Yah,Bun!"ucap Awan sembari bergegas meninggalkan meja makan.
"Sarapannya tidak dihabiskan,nak?".Ningsih meneriaki Awan yang sudah berlalu begitu saja.
"Mungkin Awan sudah kenyang.Sudahlah bun.Lagi pula Awan memang harus mengurangi porsi makannya agar tubuhnya tetap proporsional hingga pernikahannya nanti."ujar Hartadi.
"Iya juga ya,Yah."Ningsih menimpali.
"Bun...kalau nanti Awan sudah menikah,rumah ini bakalan sepi.Bagaimana kalau kita membuat adik satu lagi untuk Awan?!".Hartadi menyeringai sembari merangkul Ningsih yang duduk di sebelahnya.
"Apaan sih Yah?.Memang Ayah mau ngurusin bayi lagi.?!kalau bunda mah nggak mau.Lebih baik bunda menjaga cucu,daripada harus mengandung dan melahirkan lagi."
"Ayolah bun,..."
"Apaan sih Yah,?!bunda nggak mau.!".Ningsih menolak mentah-mentah kemauan Hartadi,walau mungkin itu hanyalah candaan Hartadi saja.Menurut Ningsih di usianya yang sudah menginjak 50 tahun,sudah tidak pantas ia memiliki seorang anak lagi.Baginya,di umur yang tak muda lagi itu lebih baik ia gunakan untuk menikmati hari-hari tuanya bersama Hartadi yang sudah hampir menginjak usia 60 tahun.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments