"Kasih..".panggil Anggara.Kasih perlahan mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Anggara.
Tatapan Anggara yang tajam berhasil mengintimidasi Kasih."Kau keterlaluan Kasih!.Bisa-bisanya kau meninggalkan ku karna mas Awan.Apa kau tak bisa mencari lelaki lain selain mas Awan?hahh?"
"Kau pikir itu mau ku?"
"Ya jelas itu mau mu.Kau kan bisa menolak perjodohan itu."
"Lalu membuat Bapak ku kecewa?iya?aku satu-satunya harapan Bapak ku,Gar.Aku nggak mau mengewakannya."
Huuufftthh
"Andai aku mengenalkan mu lebih dulu kepada keluarga ku,mungkin perjodohan itu nggak akan terjadi.."sesal Anggara.Matanya yang penuh penyesalan tak berani menatap Kasih lagi.
Kasih terdiam.Ia hanya bisa memandangi mantan kekasihnya itu dengan iba.
"Kenapa kau lebih memilih mas Awan dibandingkan aku yang lebih mencintai mu Kasih?".Anggara mulai meracau kembali,keputusan Kasih meninggalkannya benar-benar membuatnya hampir gila.
"Anggara...berhentilah membuat ku terus merasa bersalah!".bentak Kasih.
"Bahkan sekarang kau berani membentak ku?"
"Kalian lagi membahas apa sih?kayaknya serius amat?!".Awan tiba-tiba kembali dan mengagetkan Kasih.
"Permisi mas,ini minumannya.Silahkan di nikmati!".ucap waiters itu sembari meletakkan minuman di atas meja.
Kasih lega,kedatangan waiters itu menyelamatkannya.Awan begitu saja melupakan pertanyaannya tadi,ia malah sibuk menyuruh Kasih dan Anggara untuk menikmati minuman mereka.
**
Selama perjalanan pulang,Kasih hanya menatap lurus kedepan.Bibirnya terkatup dan hanya diam,namun tidak dengan isi kepalanya yang saling bergulat.
Pertemuannya dengan Anggara membuat Kasih merasa risau.Ia memikirkan bagaimana kedepannya nanti jika ia sudah menjadi istri sah bagi Awan,ia pasti akan terus berjumpa dengan Anggara,seseorang yang seharusnya ia lupakan.
Mobil Awan pun tiba di depan rumahnya.Sebelum turun dari mobil,Kasih mengatakan kepada Awan bahwa mulai besok sampai pernikahan nanti Awan tak boleh menemuinya karna besok ia akan menjalankan tradisi pingitan sesuai adat sukunya.
Awan mengangguk,ia pun mengerti bahwa Kasih memang harus menjalani tradisi yang sudah di kukuhkan sejak lama itu.Ia kemudian berpamitan kepada Kasih sembari melemparkan senyum hangat kepada calon istrinya itu.
**
Malamnya Lesmana mengajak Kasih berbincang perihal persiapan pernikahannya dengan Awan.Lesmana mengatakan jika urusan gedung pernikahan sudah selesai ia urus,bahkan ia sudah menyewa jasa weeding organizer demi terwujudnya pernikahan impiian yang di inginkan Lesmana,bukan Kasih.Karna sejak awal Lesmana lah yang bersemangat menginginkan pernikahan itu terjadi.
Kini hanya tinggal Kasih melakukan fitting baju pengantin.Hayu pun memberi tau Kasih bahwa ia sudah membuatkan Kasih beberapa dress yang akan ia kenakan saat acara pernikahan nanti,termasuk sepasang baju pengantin adat Jawa.
Kasih hanya bisa tersenyum dan tak berani menolak apa yang sudah kedua orang tuanya pilihkan untuknya.Bahkan Kasih tak diberi kesempatan sedikit pun untuk mengutarakan apa yang ia suka.
Kasih merasa ia hanyalah sebuah boneka hidup bagi kedua orang tuanya.Ia harus mengikuti semua kemauan mereka dan sering mengabaikan keinginan hatinya sendiri.
Setelah selesai membahas perihal persiapan pernikahannya,Kasih pun meminta izin kepada Lesmana untuk ke kamarnya.
Kasih mengatakan ingin beristirahat,namun itu hanyalah sebuah alasan agar ia bisa segera pergi
dari situasi yang menjengkelkan hatinya itu.Di dalam kamarnya,Kasih kembali merenung.Betapa ia merasa hidup ini tak pernah memberikan kesempatan kepadanya untuk melakukan apa yang ia sukai.
Kasih menghela napas panjang berharap kekesalan di hatinya segera meredah.Saat mencoba memejamkan mata,ponselnya berdering.Ia lalu mengambil ponsel yang tergeletak di sampingnya.Ternyata sebuah pesan dari Anggara.
Boleh aku menemui mu besok?
"Ck.."Kasih mendengus kesal."Bisa-bisanya Anggara mengajak ku bertemu di saat situasi yang sudah tak memungkinkan ini".Ia pun mencampakkan ponselnya pelan ke sampingnya.
Kedua matanya yang belum ingin terpejam pun ia paksa hingga dahinya berkerut.Ia tarik selimut yang di kenakannya hingga menutupi wajahnya.Namun Kasih masih belum bisa tertidur.Hingga dini hari tiba,barulah ia mulai merasa lelah dan mengantuk.Kasih pun tertidur dengan lelapnya sampai pagi hari ia tak mendengar alarmnya berbunyi berkali-kali.
Sementara Lesmana yang sudah rapi dengan setelan kemeja kerjanya, menunggu Kasih turun dari kamarnya untuk sarapan bersama.
"Kasih kenapa belum turun juga,bu?"tanya Lesmana sembari menoleh ke arah ana
tangga yang menuju lantai 2 rumahnya.
"Mungkin Kasih masih membereskan kamarnya,pak.Bentar ya pak,biar ibu panggilkan."jawab Hayu sembari berjalan ke kamar Kasih.
"Nduk...kamu sudah di tunggu Bapak mu untuk sarapan."teriak Hayu dari balik pintu kamar Kasih.
Namun tak ada jawaban dari Kasih.Hayu pun mengetuk pintu kamarnya berkali-kali,barulah Kasih tersentak bangun.Dengan keadaan belum sepenuhnya sadar,Kasih berlari membuka pintu kamarnya.
"Ya ampun nduk....!ini sudah jam berapa?kenapa kamu baru bangun?".Hayu menggelengkan kepalanya menatap Kasih.
"Kasih...tadi malam ndak bisa tidur bu."jawab Kasih sembari menyeka matanya yang masih terasa berat.
"Oalah nduk,yasudah sana cepat mandi.Bapak mu sudah menunggu dibawah!"
"Nggih bu.".Dengan tergesa Kasih langsung membersihkan diri.Setelah itu ia berlari menuju ke meja makan.
Lesmana yang sedang mengunyah makanannya seketika menoleh ke arah Kasih yang baru duduk di hadapannya.
"Anak gadis kok jam segini baru bangun.Bagaimana nanti kalau kamu sudah menjadi istri Awan?bagaimana dia mau sarapan kalau istrinya saja bangunnya kesiangan?!."tegur Lesmana.
"Maaf pak..."ujar Kasih sembari menunduk.
"Sudah..sudah...kita sarapan dulu.Dilanjut lagi sarapannya pak."Hayu berusaha menjadi penengah bagi suami dan anak gadisnya itu.
"Bapak sudah selesai bu!."ucap Lesmana sembari berdiri dari kursi yang ia tempati.
"Loh,tapi itu kan belum habis pak."seru Hayu.
"Bapak sudah tidak berselera untuk sarapan.Lagi pula Bapak harus buru-buru ke kantor bu,karna pagi ini Bapak ada meeting bersama klien."jelas Lesmana yang langsung berjalan ke arah ruang tamu.
Hayu pun berjalan mengikuti Lesmana.Ia lalu mengambilkan jas milik Lesmana dan membantu Lesmana memakainya...
"Bapak berangkat ke kantor dulu ya bu.Oiya bilang sama anak gadis mu itu,jangan kemana-mana lagi.Karna hari ini dia sudah di pingit.Mau menikah kelakuannya bukan semakin baik,malah seperti itu."ucap Lesmana lalu pergi dari hadapan Hayu.Dan meninggalkan kata-kata kejam yang berhasil menusuk hati Kasih.
Kasih yang berada di meja makan hanya menatap piring di hadapannya dengan tatapan kosong.Ucapan Lesmana bak racun di dalam hatinya yang dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh dan membuatnya seketika mematung.
"Jangan di masukkan ke hati ucapan Bapak mu,nduk."ujar Hayu sembari mengelus kepala Kasih.
Bibir Kasih masih tertutup rapat tak mampu berucap satu patah kata pun.Namun matanya mulai berkaca-kaca.
"Nduk...".
Kasih pun menoleh pelan menatap Hayu."Bu,Kasih kan hanya kesiangan bangun,tapi kenapa ucapan Bapak seperti itu?toh ini juga pertama kali bagi Kasih bangun kesiangan."
"Maklumi saja Bapak mu,nduk.Bapak itu hanya...."
"Hanya apa bu?.Bapak selalu aja ndak pernah mengerti perasaan Kasih."
"Kamu ndak boleh begitu.Bapak mu itu sangat menyayangi mu.Wajar kalau terkadang sikapnya keras kepada mu,nduk.
Yasudah,kamu sarapan dulu.Ibu mau ke pasar sebentar."
"Bu,apa Kasih ndak boleh berangkat ke kampus?"
"Hmm...lebih baik kamu di rumah saja ya nduk."
"Tapi hari ini Kasih ada ulangan,bu."
"Bagaimana ya nduk,Bapak mu kan sudah menyuruh mu untuk di rumah saja,jadi turuti saja ya.Ini semua demi kebaikan mu nduk."ucap Hayu sembari mengelus rambut Kasih.Setelah itu Hayu pun pergi meninggalkan Kasih di meja makan seorang diri.
Ingin rasanya Kasih berteriak meluapkan kejengkelan di dalam hatinya.Ia berharap setelah menikah dengan Awan nanti,ia akan terlepas dari aturan orang tuanya yang selalu membuat Kasih membatasi dirinya.
**
Tak lama Hayu pergi,suara bel terdengar dan memaksa Kasih harus membuka pintu rumahnya.Tanpa memastikan siapa yang bertamu,Kasih langsung membuka pintu rumahnya itu.
Jantung Kasih berdegup cepat saat Anggara sudah berdiri di hadapannya.
"Kau...kau ngapain datang ke rumah ku?"tanya Kasih.
"Bukannya semalam aku sudah mengirim pesan kepada mu,bahwa aku akan menemui mu?".Anggara balik bertanya.
"Tapi siapa bilang aku mengizinkan mu untuk menemui ku?"
"Kasih...aku hanya ingin mengatakan bahwa semuanya belum terlambat.Kau masih bisa membatalkan pernikahan itu."
"Ada apa dengan mu Anggara?kau menyuruh ku membatalkan pernikahan ku dengan mas Awan?lalu setelah itu apa?"
"Ayo kita menikah Kasih.!"
"Kau gila ya Anggara?kau pikir kita akan mendapat restu dari Bapak ku?hahh?"
"Aku nggak bisa melihat mu menikah dengan mas Awan.Bagaimana aku bisa melupakan mu,kalo aku harus melihat mu setiap hari nantinya?"
"Kau tenang saja,ku pastikan setelah aku menikah kita nggak akan bertemu lagi.Aku akan mengajak mas Awan mencari rumah sendiri."
"Kasih....."
"Pergilah Anggara.Untung Bapak dan Ibu ku tak dirumah,kalo mereka tau aku bertemu dengan mu,habislah aku.!"
"Tapi Kasih..."
Kasih tak menggubris ucapan Anggara.Ia langsung menutup pintu rumahnya dan mengabaikan Anggara.Anggara yang tak menyerah terus memanggil namanya dari balik pintu.Seolah ia siap menanggung resikonya jika Awan mengetahui perbuatannya itu.
Kasih terduduk di balik pintu rumahnya.Ia kerap kali merasa bersalah setelah bersikap ketus kepada Anggara.Kasih memang sengaja melakukan hal itu kepada Anggara,agar ia membenci Kasih lalu melupakannya.Betapa sebenarnya Kasih ingin memeluk Anggara.Rasa rindunya untuk Anggara tak berkurang hingga detik ini.Namun Kasih harus kembali menekan egonya.Jika ia memilih Anggara,pasti akan timbul masalah rumit yang tak akan terselesaikan.
Lesmana pasti akan sangat marah dan melontarkan kata-kata ajaibnya kembali kepada Kasih.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments