BAB 4 ANAK KUCING

Hari ini adalah hari libur sekolah.

Tidak seperti biasanya, Fioni yang hari-harinya dipenuhi dengan belajar, tiba-tiba saja memutuskan untuk keluar.

Dia mengenakan sebuah gaun berwarna biru muda. Dengan sepatu kets dan tas yang serasi dengannya.

Kamar Fioni berada di lantai 3, tanpa berniat untuk menggunakan lift, dia memilih berjalan menuruni tangga.

Setelah Fioni sampai di panti pertama. Disana sudah ada ibu dan papa tiri nya yang tengah mengobrol. Dengan tenang Fioni menghampiri mereka, "Selamat pagi."

Rama Sagara tersenyum hangat saat melihat anak tiri nya, "Pagi, sayang." Dia memang sudah menganggap Fioni sebagai anaknya sendiri. Apalagi dia hanya memiliki dua anak laki-laki, membuatnya bisa dengan mudah menyayangi Fioni. "Apa kamu akan pergi keluar?"

"Iya, ada beberapa buku yang ingin aku beli," jawab Fioni.

Rama menganggap mengerti, "Kebetulan papa juga sedang libur, bagaimana jika papa yang mengantar kamu?"

"Eh, sayang tidak perlu. Biarkan saja sopir yang mengantarnya," Syahnaz lebih dulu menolak usul sang suami. Karena hari Ibu mertuanya akan datang dan jika sang Suami pergi dia tidak akan memiliki

"Hmm, mama benar, pa," balas Fioni singkat.

"Baiklah, hati-hati."

Dengan izin dari papa tiri nya, Fioni pun kembali melanjutkan jalannya. Begitulah sang ibu, jika ada papa tiri nya, dia akan menjadi wanita yang lembut.

Membeli buku adalah alasan yang Fioni buat, sebenarnya Fioni ingin melakukan hobi kecilnya, dia berniat mendatangi sebuah kafe kucing.

Sejak dulu Fioni sangat menyukai kucing dan ingin memeliharanya. Namun, karena nyonya tua keluarga Sagara alergi terhadap bulu kucing Fioni tidak diperbolehkan untuk dekat dengan hewan itu lagi.

Jadi, terkadang untuk memuaskan rasa Rindunya dia akan diam-diam mendatangi Kafe kucing.

Tentu saja sopir keluarga Sagara masih harus mengantarnya ke toko buku, baru setelahnya dia akan berjalan keluar pergi ke Kafe kucing.

Memang Fioni sudah merencanakan dari awal bahwa toko buku yang dia tuju bersebelahan dengan Kafe kucing.

Selama beberapa jam Fioni habiskan di Kafe kucing. Disana dia mengelus bulu kucing, memberinya makan dan mengajaknya bermain.

"Loli, ini makan lah."

"Hahaha, baiklah aku tak akan melupakanmu."

"Sini, jangan sembunyi."

Fioni bersenang-senang, saat ini dia begitu lepas tanpa takut akan ada yang mengenali nya. Karena kafe yang dia pilih berbeda dengan kafe kucing lainnya.

Disini kita bisa memesan satu ruangan seorang diri dan bersama dengan sekumpulan kucing.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Fioni pun memutuskan untuk kembali ke toko buku.

Setidaknya dia harus membeli beberapa buku nyata, agar tidak ketahuan bahwa dia telah berbohong.

Namun, saat melewati meja resepsionis dia melihat seseorang yang familiar. Pria gila yang anehnya sangat tampan.

****

Beberapa jam sebelumnya.

Di hari libur seperti ini, tentu saja Bara tidak akan melewatkan untuk mengikuti Fioni. Sebenarnya Bara memiliki rencana lain bersama teman-temannya.

Selama mengikuti gadis itu, dia tahu kebiasaannya dengan baik. Biasanya di setiap hari libur Fioni akan tinggal di rumah.

Namun, kali ini berbeda tiba-tiba saja Fioni memutuskan keluar. Alhasil bara membatalkan rencananya dan mulai mengikuti gadis itu lagi.

Saat Fioni berada di dalam kafe kucing, Bara terus menunggu di luar. Di otaknya Sedang berpikir bagaimana mendekati gadis itu.

"Miaw-miaw."

Suara mengeong terdengar dari arah semak-semak membuat Bara tanpa sadar menoleh.

Sebuah pemikiran muncul di otaknya, dia mengambil anak kucing itu, dan membawanya dalam gendongan. Lalu kakinya pun melangkah menuju ke kafe kucing.

Di depan meja resepsionis, penjaga menatap heran pada anak lelaki di depannya.

Di gendongannya terdapat seekor anak kucing yang jelas-jelas tidak dalam kondisi baik. Dia pun menjadi curiga apakah anak ini yang menganiaya nya.

Namun, meski berfikir buruk dia masih bersikap profesional dan bertanya dengan nada sopan. "Ada yang bisa saya bantu?"

Bara menyerahkan kucing di tangannya. "Aku menemukan kucing ini di luar."

Begitu Bara selesai mengatakannya penjaga itu mengambil anak kucing itu. Rupanya dia telah salah paham pemuda ini hanya ingin menyelamatkan seekor anak kucing.

Memang sudah biasa di tempat ini ada beberapa orang yang menitipkan seekor kucing untuk mereka urus. Mereka menerima semuanya dengan catatan kucing itu tidak boleh diambil kembali.

"Tunggu di sini saya akan memeriksa kondisi anak kucing ini terlebih dahulu," kata penjaga itu.

Bara tak perlu repot-repot menanggapinya matanya sejak tadi mencari keberadaan Fioni.

****

Beberapa saat kemudian penjaga itu keluar dengan membawa anak kucing yang telah dibersihkan. Pada saat itulah Fioni keluar.

Fioni tidak menghentikan langkahnya dia terus berjalan dan pura-pura tidak mengenal Bara. Namun, samar-samar dia bisa mendengar apa yang dikatakan menjaga itu pada Bara.

"Kondisi kucing ini baik-baik saja. Kami mengucapkan terima kasih karena kamu sudah menyelamatkannya. dan membawanya ke sini," kata penjaga itu.

"Tak perlu," balas Bara tak peduli.

Lagipula dia tidak benar-benar peduli pada kucing kecil itu. Dia hanya menggunakan itu sebagai alasan untuk terlihat baik di depan Fioni.

Namun, tentu saja penjaga itu tidak mengetahuinya. Dan menganggap pria di depannya adalah pemuda baik yang tidak ingin kebaikannya diketahui.

"Lalu kami akan menjaga anak kucing ini mulai sekarang," kata penjaga itu ramah.

Bara tak lagi membalasnya berjalan keluar dari tempat itu. Entah sengaja ataupun tidak, dia berjalan tepat di belakang Fioni.

Fioni tentu saja tak menyadari Bara tepat di belakangnya, pikirannya tiba-tiba melayang pada kejadian kemarin saat pria itu menolongnya.

"Mungkinkah dia telah salah paham. Sepertinya pria itu adalah orang baik dia telah menolongnya kemarin dan bahkan dia telah menyelamatkan seekor anak kucing hari ini. Mungkinkah tindakannya kemarin telah dia salah pahami."

Pikiran Fioni begitu penuh akan rasa bersalah. Meskipun tidak terang-terangan berbuat buruk pada pria itu, tindakan Fioni kemarin memang kurang sopan.

Triiing Gggg

Baik Fioni dan Bara sama-sama terkejut bunyi telepon masuk.

Fioni terkejut karena bukan ponselnya yang berbunyi. Melainkan ponsel milik orang lain dan suaranya tepat berada di belakangnya.

Dia pun menghentikan langkahnya tanpa sadar.

"Hallo."

Sebuah suara rendah orang pria terdengar.

"Aku ada urusan."

Bara merasa sedikit kesal, dengan temannya yang tiba-tiba menelpon di saat seperti ini.

"Tidak, lain kali saja aku akan kesana."

Namun, Bara tidak berani meninggikan suaranya. Karena di depannya ada Fioni dan dia tidak ingin membuat gadis itu takut padanya.

Setelah beberapa saat terdiam, Fioni pun kembali sadar tindakan yang dia lakukan saat ini.

"Hah, apa yang kulakukan," gumam Fioni tak percaya.

Dia pun kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda, menuju ke toko buku, dan meninggalkan bara yang tengah menelpon.

Bara yang telah melihat Fioni telah jauh dirinya pun langsung berubah sikap.

"Sial, tidak bisakah kalian tidak menggangguku," bentak Bara kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!