PACAR BAD BOY
Di pagi hari, rerumputan masih basah karena embun di atasnya. Sinar matahari sedikit demi sedikit mulai menghangat. Gerbang sekolah pun mulai dipenuhi rombongan siswa siswi yang baru saja tiba.
Seorang gadis muda dengan sosok tubuh sedikit berisi di bagian tertentu dan masih tetap ramping di bagian yang seharusnya, baru saja datang melewati gerbang sekolah. Rambutnya hitam disanggul dengan sedikit berantakan, tapi bukannya terlihat jelek, dia malah nampak sangat cantik sekali.
Beberapa orang yang lewat tak bisa menahan diri untuk berhenti dan menyapanya.
Fioni hanya tersenyum sopan menanggapinya. Meski hanya senyum tipis, nampaknya semua orang sudah sangat puas.
"Ahh, di tersenyum padaku."
"Dia semakin cantik saat tersenyum begitu."
"Semakin hari dia semakin cantik saja."
Pujian demi pujian dilontarkan, bagi Fioni Anastasia itu adalah hal yang biasa. Sejak SMP semua orang selalu memuji nya. Memiliki wajah yang cantik dengan otak pintar, menjadikannya idola semua orang.
Mungkin karena sikapnya yang selalu baik, tidak sombong meski memiliki kelebihan, baik dari kalangan pria maupun wanita menjadikan Fioni sebagai idola di hati mereka.
Jujur saja dalam hati, Fioni benar-benar sudah lelah. Harus selalu bersikap ramah saat menghadapi orang orang. Berbicara dengan lemah lembut setiap saat. Bahkan bersikap layaknya orang jujur tanpa kejahatan.
Terkadang Fioni sendiri ingin bertindak biasa. Marah saat sesuatu tak sesuai keinginannya, mengeluh saat lelah, dan hal sepele seperti menikmati cemilan ringan.
Namun, dia tak bisa bertindak begitu. Hidupnya telah diatur sedemikian ketat oleh sang ibu. Untuk bertindak layaknya kalangan kelas atas.
Dulunya sang ibu tak begini, saat keluarganya masih utuh dan ayahnya masih hidup. Ibunya begitu memanjakannya.
Saat Fioni masih sd sang ayah meninggal karena kecelakaan. Membuat ibunya banting tulang seorang diri demi menghidupi keluarga. Ibunya masihlah baik seperti sebelumnya tak ada yang berubah sedikitpun.
Sampai akhirnya sang ibu menikah dengan keluarga kaya. Untuk diakui dalam keluarga itu. Sang ibu pun akhirnya berubah sikap.
Ibu yang dulunya begitu ramah, lembut dan penuh kasih sayang, mulai menuntut Fioni ini dan itu. Fioni diharuskan berubah menjadi seperti yang sang ibu inginkan tanpa bisa menolaknya.
Dan dengan banyak siksaan, ibunya akhirnya berhasil mengubah dia sepenuhnya. Namun, hal itu hanya di hadapan banyak orang, karena dalam hati Fiona sendiri, sebenarnya dia adalah gadis pemberontak.
Saat ini Fioni berusia 17 tahun, sebentar lagi dia akan lulus dari sekolah menengah dan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Dan itulah waktu yang paling dia tunggu-tunggu. Karena dengan begitu dia bisa lepas di cengkraman sang ibu. Dia bisa bebas melakukan apapun yang dia mau tanpa harus takut lagi.
Flashback
Saat pertama kali Fioni masuk ke sekolah menengah pertama. Sang papa tiri telah berbicara padanya.
"Nanti setelah lulus kamu bisa memilih untuk tetap tinggal di rumah atau tinggal di apartemen. Papa akan membelikan sebuah apartemen yang dekat dengan sekolahmu seperti kakak mu yang lain," kata Rama tegas.
Rama Sagara papa tiri Fioni adalah sosok yang peduli pada keluarga meski tak pernah tinggal lama di rumah.
Berbeda dengan Syahnaz Maharani sang ibu yang selalu menuntut Fioni. Sebagai papa tiri rama tak pernah menuntut apapun, tentunya asal Fioni tak membuat malu keluarga, Rama akan membebaskannya melakukan apapun.
"Tapi, ibu mungkin tak akan setuju," ucap Fioni ragu ragu.
"Biar aku yang bicara pada ibumu lakukan apapun yang membuatmu nyaman. Belajarlah dengan giat dan masuk universitas pilihanmu," balas Rama kebapakan.
"Terima kasih. Aku pasti akan berusaha," ucap Fioni penuh syukur.
Sejak saat itu, hari kelulusan adalah yang paling ia nantikan.
Tak peduli dengan main bersenang-senang dengan teman, atau bahkan urusan cinta, hari-hari Fioni dipenuhi belajar, belajar, dan belajar.
Karena dia ingin diterima di universitas terbaik, yang ada di kota besar, dan pastinya letaknya akan sangat jauh dari rumah.
****
Fioni masuk ke kelas seperti biasa, tanpa berniat mengobrol dengan teman sekelasnya, dia hanya duduk dan kembali membuka buku pelajaran. Semua teman sekelas Fioni sudah sangat hafal dengan kebiasaan Fioni. Bagi mereka memang begitulah orang jenius bekerja.
Detik berlalu, waktu kelas berakhir dengan damai. Fioni masih harus mengumpulkan tugas dari ke kelasnya ke ruang guru. Yahh, karena pintar dan pentolan murid yang tak pernah berbuat nakal. Fioni selalu dipercaya untuk mengumpulkan kertas ujian atau tugas rumah seperti ini.
Selepas dari ruang guru, dia pun hendak beranjak ke gerbang sekolah, menemui sopir yang biasa menjemputnya. Namun, belum jauh dia melangkah ponselnya telah berbunyi terlebih dahulu.
"Hallo."
"Ah, tapi bapak tidak apa-apa bukan."
"Syukurlah, kalau begitu. Tak apa, pak Udin bisa mengurusnya dulu. Aku akan menunggu."
"Aku yang akan bicara pada ibu nanti kalau masih ada urusan di sekolah."
"Iya, pak hati hati."
Menutup sambungan telpon nya, Fioni hanya mampu mengelas nafas pelan. Dia sudah cukup lelah harus membawa buku yang berat ke ruang guru. Dan sekarang waktunya pulang, dia masih harus menunggu, karena sang sopir tak sengaja menabrak seseorang.
Tanpa bisa mengeluh Fioni hanya menghilangkan kelelahan nya dengan duduk di salah satu kursi yang terletak di pinggir lapangan. Waktu berselang lama, Fioni menjadi sedikit bosan, dan memutuskan berkeliling sembari menunggu sopirnya.
Bara Altair Johnson seorang yang sangat populer di sekolah, parasnya yang tampan meski memiliki sikap yang buruk, membuatnya digilai banyak wanita. Bara baru saja kembali dari luar sekolah.
Seperti biasa dia membolos di saat jam pelajaran, dan kembali saat pulang untuk mengambil tas nya.
Ketika dia melihat seorang gadis berjalan ke arahnya, dia kembali mendengus kesal, berpikir bahwa ini hari sialnya lagi. Dia mengira gadis itu akan menghampirinya dan akan mulai mengganggunya.
"Ck, gadis ini cukup cantik. Tapi tetap saja dia pasti akan merepotkan sama seperti yang lainnya," gumam Bara.
Namun, berbeda dengan apa yang Bara pikirkan. Gadis itu hanya melewatinya bahkan tanpa meliriknya sedikitpun.
Bara menghentikan langkahnya dan tanpa sadar berbalik, melihat punggung gadis itu. Ini adalah pertama kalinya seorang gadis bahkan tak repot-repot menatap wajahnya.
Entah kenapa bukannya senang bara malah merasa frustasi. "Apakah pesonanya telah pudar," batinnya heran.
Tak bisa dipungkiri gadis itu telah menarik sedikit perhatian dari Bara.
Fioni sendiri tak terusik dengan apa yang dipikirkan bara tentangnya. Bukannya sengaja mengabaikan Bara, tapi Fioni memang tak mengenalnya.
Di pikiran nya memang sedikit terbesit bahwa pria itu cukup tampan diantara pria yang telah ia temui. Namun, hal itu hanya terjadi ke sepersekian detik saja. Di otak kecilnya malah memikirkan mengenai latihan soal.
"Haruskah aku membeli bahan latihan baru. Mungkin membeli bahan latihan untuk ujian nasional bukan pilihan buruk. Atau haruskah aku membeli materi tahun kemarin dan mencoba mengerjakannya. Sepertinya aku tak bisa memutuskannya. Baiklah, lebih baik aku beli semuanya."
****
Hari berikutnya.
Meski waktu telah berlalu, pikiran Bara masih terbayang mengenai bagaimana Fioni mencampakkan nya.
Gadis itu benar-benar menarik minat Bara, dia bahkan sampai mencari tahu siapa namanya, dan darimana kelasnya berasal.
Rupanya tak jauh berbeda darinya, Fioni juga siswi popular. Namun, berbeda dengan dirinya yang terkenal akan sikap buruk, membolos, dan memiliki nilai buruk.
Gadis itu nampak begitu sempurna, dia sangat cantik, memiliki sikap yang baik dan pastinya memiliki nilai terbaik.
Semakin memikirkan gadis itu semakin membuat jantung Bara berdebar-debar. Tanpa sadar dia bahkan tinggal di kelas menanti kehadirannya.
Sebuah kebetulan yang menyenangkan, karena saat bara mencari tahu mengenai Fioni, rupanya mereka berada di kelas yang sama.
Bara benar-benar merasa menyesal telah meninggalkan kelas begitu lama sehingga dia tak tahu seorang bidadari ada di sana.
Fioni masuk ke kelas seperti biasanya, membuka tasnya, dia mencari buku latihan, dan mulai mengerjakannya. Dia tak sedang berpura-pura agar terlihat baik.
Meski pintar semua itu tak luput dari kerja kerasnya selama ini. Jika dia sedikit saja mengendur, nilainya pasti akan turun, dan sang ibu pasti akan marah padanya.
Apa yang dilakukan Fioni adalah hal biasa bagi teman sekelasnya. Tapi, kehadiran seorang Bara Althair Johnson adalah sebuah kejutan yang luar biasa.
Bisa dihitung berapa kali pria itu masuk ke kelas. Bahkan saat masuk kelas dia biasanya hanya akan hadir di tengah atau akhir pelajaran.
Jika bukan karena keluarga besar Johnson sudah pasti Bara sudah lama dikeluarkan.
Namun, entah apa yang tiba-tiba merasukinya, hari masih begitu pagi dan pria itu sudah ada di bangkunya.
Fioni sendiri tak tahu masalah teman-temannya. Dia tak pernah memperhatikan sekitarnya. Fioni masih begitu bersemangat mengerjakan soal latihan di depannya.
Matanya berbinar setiap kali menemukan jawaban, saat menemui kesulitan tanpa sadar dia akan menggigit bibir bawahnya.
Dan bagi Bara semua tingkah Fioni terlihat sangat imut. Matanya tak pernah lepas menangkap setiap gerak gerik Fioni. Semakin menatapnya semakin Bara ingin menyentuhnya.
Bukannya Fioni melakukan tindakan menggoda, dia bahkan memakai setelan sekolah yang rapi, dengan atribut paling lengkap selain topi. Tapi, otak Bara seakan mendidih, saat melihat kulit putih gadis itu, dengan garis halus di lehernya.
Bara sendiri sebenarnya bukanlah orang mesum.
Meski berkelahi dan mabuk-mabukkan sudah biasa baginya. Dia tak pernah sedikitpun main wanita. Mengingat sang ibu yang telah merawatnya.
Bagi Bara kehormatan wanita adalah garis bawah yang hanya akan dia sentuh saat sudah menikah.
Namun, melihat Fioni malah membangkitkan sesuatu yang tak pernah Bara alami sebelumnya.
Entah itu nafsu atau cinta dia benar-benar tak bisa membedakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶
ah... malah ku toel like...
😱😱
2023-11-02
0
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶
oh my brain...😱
2023-11-02
0
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶
thats right , Bara.
2023-11-02
0