BAB 2 KELAS

Bara benar-benar tinggal sepanjang kelas hari ini. Namun, dia tak memperhatikan kelas sedikitpun. Bara begitu asyik memandangi Fioni yang ada didepannya. Sudut bibir Bara bahkan tak turun sedikitpun, senyumnya hanya semakin dalam setiap detiknya.

Dan itu adalah hal paling menakutkan bagi semua orang. Bahkan guru yang sedang mengajar pun merasa ada yang salah. Namun, mengingat siapa Bara, dia juga tak berani menegur.

Fioni pun akhirnya juga merasakan perasaan aneh. Tingkah teman sekelasnya benar benar tak biasa sejak tadi pagi, bahkan semua guru terlihat kikuk dalam mengajar.

Apalagi sejak tadi, Fioni merasa ada seseorang yang menatapnya. Dia sedikit merasa merinding memikirkan apakah itu hantu. Namun, dia membuang segala pikiran buruk itu. Dan kembali fokus pada buku pelajaran di depannya.

Sampai akhirnya bell pulang sekolah berbunyi semua orang merasa lega. Hampir setiap orang merasa telah melakukan pekerjaan yang sangat berat hari ini, tentu saja kecuali Fioni.

Sejak Bara datang mereka selalu was-was bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, bahkan saat istirahat pun mereka tak bisa tenang menikmati makanan.

Untungnya sampai jam pelajaran berakhir tak terjadi apapun.

Fioni yang telah selesai membereskan barang barang, melangkahkan kakinya keluar dari kelas.

Hari ini dia memiliki kelas tambahan. Ibunya sangat ingin membuat nyonya tua terkesan. Jadi, Fioni mesti mengikuti beberapa kelas bakat.

Dia berjalan melewati banyak ruang kelas, tanpa tahu seseorang telah mengikutinya dari belakang.

Saat ini Bara benar-benar terlihat seperti penguntit mesum. Dia terus mengikuti di belakang Fioni tanpa berfikir bahwa tindakannya salah sedikitpun.

Sebenarnya, Bara benar-benar baru dalam hal seperti ini. Jika saja teman-temannya melihatnya menguntit seorang gadis seperti ini, mereka pasti akan mengejeknya habis-habisan.

Selama berjalan Fioni terus saja merasa ada orang yang mengikutinya. Namun, saat dia melihat ke sekeliling tak ada yang aneh. Semua orang masih sama, beberapa siswa yang lewat, dan sesekali mengaguminya. "Sepertinya dia kelelahan belajar, itulah mengapa dia mulai berhalusinasi." batin Fioni.

Kelas tambahan yang biasa Fioni ikuti tidak jauh dari sekolah. Itulah mengapa dia hanya perlu berjalan kaki. Sedangkan sopir yang biasa mengantarnya bisa menjemputnya saat dia pulang les nantinya.

Bibirnya sesekali menyenandungkan sebuah lagu untuk menghilangkan bosan.

Saat melihat sebuah kedai makanan ringan, Fioni pun bergegas membelinya. Inilah kenapa dia memilih untuk jalan kaki ke tempat les saat ditawari oleh sang papa tiri. Hal itu memudahkan nya menjalani hobi kuliner nya.

Fioni suka sekali menikmati makanan makanan pinggir jalan. Namun, semenjak pindah ke rumah Sagara. Segala jenis makanan yang dia makan harus diatur. Bahkan saat di sekolah untuk mempertahankan sikap orang kaya. Dia hanya boleh makan-makanan mahal. Dan Fioni benar-benar tak menyukainya.

Kelas tambahan yang akan Fioni ikuti kali ini adalah kelas musik. Fioni memilih biola sebagai alat yang akan dia mainkan. Kelas berlangsung selama satu jam lamanya.

Namun, satu hal yang Fioni sangat puas, mengikuti kelas ini itu berarti dia tak harus berlama lama berada di rumah, dan menemui ibunya yang selalu mengawasinya.

Bara yang mengikuti Fioni pun baru pulang saat gadis itu masuk ke kediaman sagara. Dia tak merasa lelah sedikitpun dan malah semakin segar. Dengan senyum tersungging di bibirnya, Bara pun kembali dengan perasaan bahagia.

****

Kelakuan Bara masih terjadi hingga saat ini. Teman sekelas yang awalnya ketakutan pun menjadi terbiasa akan kehadirannya. Hanya Fioni seorang diri yang masih tak tahu bahwa seseorang telah memperhatikannya diam diam.

Tindakan Bara semakin hari pun semakin parah. Tak cukup mengikuti Fioni saja, dia mulai mengambil gambar gadis itu diam-diam. Hampir semua informasi mengenai Fioni, Bara sudah mengetahuinya.

Bahkan tindakan ibu Fioni yang buruk pun dia sudah tahu, dia begitu marah saat pertama kali mengetahuinya, dan rasanya ingin segera membawa pergi gadisnya.

Tapi untungnya dia tidak sebodoh itu, karena jika dia melakukannya, maka sudah dipastikan Fioni lah yang menderita. Kemudian Bara hanya diam diam mulai menjaga Fioni dari dalam bayangan.

Fioni sebenarnya tak memiliki teman dekat di sekolah. Namun, tak jarang beberapa murid laki-laki dan perempuan sering menemuinya hanya untuk sekedar menanyakan penyelesaian sebuah soal. Tapi, Fioni tahu mereka hanya modus saja.

Meski begitu siapapun yang mendatanginya Fioni dengan ramah meladeni semuanya. Namun, akhir-akhir ini tak ada yang menanyakan perihal pelajaran padanya lagi.

Beberapa gadis masih sering muncul, tapi murid pria tak lagi terlihat. Dalam hati nya pun menjadi bertanya-tanya apa yang telah terjadi.

Saat ini Fioni sedang berada di toilet, dia baru saja mencuci tangan, dan hendak keluar kembali ke kelas. Namun, samar samar dia mendengar suara isak tangis.

"Hiks hiks huuuuu hikkk-hikkk."

Bulu kuduk Fioni sedikit meremang, mengingat akhir-akhir ini kejadian aneh selalu menimpanya, dia menjadi was-was.

Netranya menatap ke satu demi satu pintu toilet, di sana terdapat satu pintu yang tertutup, dan suara tangis itu sepertinya berasal dari sana.

Dia berniat pergi meninggalkan tempat itu. Namun, karena langkahnya yang terburu buru dia pun tak sengaja menabrak sebuah tempat sampah.

Brukkkk

Suara jatuh menggema di penjuru ruangan, suara isak tangis pun berangsur-angsur mereda.

"Hiks, siapa?"

Suara seorang gadis bertanya dengan disertai isak tangis.

Menelan ludah dengan gugup, mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas pelan, Fioni kembali ke tampilan anggun biasanya. Dan bertanya dengan ramah. "Aku Fioni. Bisakah kamu keluar." Melihat tak ada pergerakan apapun, dia kembali melanjutkan kata katanya, " Jika kamu tak keluar aku akan pergi."

Tiba-tiba sebuah gerakan terdengar. Seorang gadis keluar dari salah satu bilik dengan hati hati.

"Hal-lo, senior ma-maaf sudah mengganggumu. Sa-saya Gebi dari kel-as 10 MIPA 2," kata Gebi dengan suara tersendat sendat.

Meski tak ada seorang pun disini selain mereka berdua. Meski dalam hati Fioni tak ingin ikut campur, dia tetap harus bertanya walaupun hanya berbasa-basi.

"Apa yang terjadi, kenapa kamu menangis?" tanya Fioni.

"Senior aku hikss huuu. Harga diriku telah hancur hiks. Pria itu telah mengganggu ku dann-"

Dan mengalir lah sebuah cerita yang cukup panjang. Karena mendengarkan cerita itu, Fioni akhirnya terlambat mengikuti kelas terakhir.

Untungnya seseorang mengingatkan nya tadi dan karena dia murid yang hampir tak pernah melakukan kesalahan. Jadi, guru masih memakluminya karena ini kesalahan pertamanya.

Namun, sepanjang pelajaran pikiran Fioni tak bisa fokus. Dia mengingat bagaimana cerita gadis itu. Jika itu hanya perundungan biasa Fioni bisa memilih tak perduli dan mungkin hanya akan melaporkannya ke guru.

Tapi masalah nya seseorang telah melecehkan gadis itu. Dan lagi Gebi bilang dia merupakan anak dari donatur sekolah.

Fioni tak bisa sembarangan melaporkannya tanpa bukti. Yang ada dia hanya akan membawa masalah untuk dirinya sendiri.

Masalahnya Fioni telah membuat janji akan membantu gadis itu. Dan itulah yang membuat Fioni sakit kepala saat memikirkan kebodohannya. Sedangkan dia sendiri tak tahu harus bagaimana.

"Tidak biasanya kamu terlambat Fioni," tanya Risya gugup.

Dia adalah teman sebangku Fioni. Dia merupakan gadis manis yang pendiam dan hampir tak pernah mengajak bicara Fioni. Baru kali ini Fioni mendengar suaranya. Suaranya begitu halus dan enak didengar.

"Ah, ya tadi aku hanya sakit perut," balas Fioni berbohong.

Risya yang baru saja berbicara dengan Fioni senang. Dia juga merupakan fans berat Fioni, hanya saja dia sedikit pemalu.

Jadi, Risya biasanya hanya diam dan memperhatikan Fioni dari samping. Dia sangat beruntung menjadi teman sebangku idolanya.

"Owh, lalu apa kamu sudah meminum obat. Aku memilikinya disini," kata Risya perhatian.

Fioni tahu teman sebangku nya memperhatikannya, tapi Fioni tidak benar benar sakit perut. Jadi, dia hanya bisa menolaknya.

"Tidak perlu aku sudah baik baik saja," tolak Fioni halus.

"Ah, baiklah," kata Risya sedikit kecewa. Namun itu tak menghilangkan semangatnya telah bertukar kata dengan sang idola.

Melihat teman sebangku nya tak lagi bicara. Fioni memutuskan untuk kembali pada penjelasan guru matematika di depan.

Di sisi lain Bara menghelas nafas lega saat melihat Fioni telah kembali ke kelas. Dia sempat panik saat tahu gadis itu tinggal begitu lama di toilet.

Saat dia memerintahkan seorang gadis untuk memeriksanya. Gadis itu hanya mengatakan Fioni sedang berbicara dengan seorang adik kelas.

Anehnya, Bara sedikit merasa familiar saat melihatnya.Tapi, dilihat dari wajahnya, Bara yakin dia bukan salah satu anggota fans club fioni.

Benar, Bara telah menjadikan dirinya sebagai ketua club dari fans Fioni. Saat dia mengetahui beberapa murid sekolah membuat grub chat fans Fioni. Bara langsung saja meminta dimasukkan dalam grub itu tanpa merasa malu sedikitpun.

Grub itu bukanlah sesuatu yang aneh. Disana isinya hanya beberapa foto candid Fioni saja. Dan pembicaraan mengenai bagaimana luar biasanya Fioni setiap harinya.

Awalnya Bara hanya penasaran dan ingin diam diam bergabung. Namun, karena ide nya yang selalu baru berbeda dengan yang lainnya, hal itu menjadikannya terpilih sebagai ketua.

Dengan label ketua fans club Fioni, dia pun bisa dengan mudah memerintahkan mereka untuk melakukan hal yang berhubungan dengan Fioni seperti tadi.

"Bukan kah itu gadis yang menembaknya sebelumnya. Apa yang dia lakukan dengan menemui Fioni, apa gadis itu ingin mati," gumam Bara dengan aura gelap.

Kringgggg

"Hmmm, sesuatu?"

"Ada hal menarik apa sampai aku harus kesana."

"Bukan urusanmu."

"Ck, baiklah aku akan kesana."

Memasukkan kembali ponsel di tangannya, melihat kembali ke ruang kelas nya, Bara memilih pergi dari sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!