Pernikahan Kami

Seorang muslimah yang cantik jelita sedang duduk manis di dalam mobil Ferrari 488 GTB yang menyusuri jalan raya dari bandara Soekarno - Hatta ke sebuah rumah elit di kawasan Menteng. Wanita muslimah itu adalah Maryam Izzatunisa Pandjaitan.

"Maryam, bagaimana kabarnya Kak Amstrong?" tanya Rafael yang membuyarkan keheningan.

"Alhamdulillah sehat, bagaimana kabarnya Kak Latifa Bang?" ucap Maryam sambil menoleh ke Rafael.

"Alhamdulillah sehat," jawab Rafael sambil menyetir.

"Reihan sudah lulus SMP Bang?" tanya Maryam.

"Belum Sayang. By the way, kamu sudah siap untuk menikah dengan Ibrahim?"

"Sudah Bang."

"Abang sudah menyelidiki Ibrahim. Dia mempunyai sahabat cewek yang bernama Bella Purnama Sari. Menurut hasil penyelidikan Abang, Bella ini adalah anak yatim. Ibunya bekerja di rumahnya Ibrahim sehingga Bella, adiknya dan ibunya tinggal di rumahnya Om Hafiz dan biaya kehidupan mereka ditanggung oleh Om Hafiz. Bella dan Ibrahim selalu satu wadah pendidikan dari sekolah dasar sampai kuliah. Bella lulusan UNPAD jurusan manajemen bisnis dan dia sekarang bekerja di perusahaan 2R Resort And Hotel. Apakah Ibrahim pernah menceritakan tentang Bella ke kamu?"

"Tidak Bang."

"Bagus, berarti Ibrahim tidak menganggap Bella itu penting di dalam hidupnya."

"Aku harus bersahabat dengan Bella karena dia adalah sahabatnya Aa Ibrahim. Lagipula di sini aku juga belum punya teman," ujar Maryam.

"Abang sich setuju aja, asal kamu jangan terlalu percaya sama orang lain selain keluargamu sendiri."

"Bang, Bella bekerja di divisi apa?"

"Dia manajer marketing. Oh ya, sebelum kamu bekerja di perusahaan itu, kamu pelajari aja semua tentang perusahaan itu di rumah Abang. Nanti Abang kasih kamu data-data tentang perusahaan itu," ujar Rafael sambil menyetir mobil sport miliknya.

"Iya. Abang, boleh aku meminta dia sebagai assistenku di 2R Hotel, Resort And Pariwisata?"

"Kebetulan sekali, CEO dan assistennya di perusahaan 2R Hotels, Resort And Pariwisata sudah pensiun pada hati Jum'at pekan depan. Tadinya Abang berencana, kamu nggak usah menggunakan assisten. Tapi karena kamu yang meminta, Abang setuju aja Sayang. By the way, perusahaan software kamu siapa yang pegang?"

"Ok Abangku. Utsman dan Umar Bang. Mereka ahli di bidangnya masing-masing."

"Bagus. Mereka sekarang tinggal di mana?"

"Di rumahnya Kak Armstrong yang di daerah Kensington."

"Berarti mereka tinggal sama Sarah?"

"Iya Bang."

Bagaimana kabarnya Abang Zayn dan dua istrinya? Apakah dia masih berpoligami?"

"Masih Bang, dia dan dua istrinya masih sehat wal'afiat."

"Bagaimana kabarnya Armstrong dan dua istrinya?"

"Baik Bang."

"Abang Rafael nggak mau berpoligami?"

"Nggak ah, cukup satu istri aja."

"Berarti Abang termasuk suami yang setia dengan satu istri."

"Begitulah."

"Padahal dulu Abang seorang playboy," celetuk Maryam.

"Dulu kan masa muda, nikmati aja dulu sampai puas. Berpoligami itu harus adil. Abang merasa tidak sanggup untuk berpoligami, takut menyakiti salah satu istri Abang jika Abang berpoligami."

"Reihan sudah tahu bahwa ibu kandungnya dan saudara kembarnya sudah meninggal Bang?"

"Sudah."

"Bagaimana reaksinya Bang saat dia tahu?"

"Terkejut dan histeris, dia nggak menyangka jika Kak Latifa bukan ibu kandungnya."

"Abang beruntung banget mendapatkan Kak Latifa."

"Iya, karena dia, Abang bisa melupakan cinta pertama Abang, makanya Abang sangat bersyukur kepada Allah. Apakah Utsman dan Umar sudah tahu bahwa Abang Zayn bukan ayah kandungnya?"

"Untuk sekarang ini belum Bang."

"Berani juga Zayn melawan keluarga Notonegoro dan Wlisky."

"Setahu aku mereka sudah mengikhlaskan Utsman dan Umar Bang. Bagaimana juga mereka bernasab almarhuma Kak Aisyah."

"Oh ya, Alhamdulillah kalau mereka sudah mengikhlaskan Utsman dan Umar."

"Kasihan ya ceritanya Kak Aisyah."

"Memangnya kamu tahu tentang Kak Aisyah?"

"Tahulah, Abang Zayn selalu menceritakan tentang Kak Aisyah jika aku sedang berlibur ke Berlin."

"Oh ya, apakah Kak Julia dan Kak Jenny tidak cemburu ketika Abang Zayn menceritakan tentang Kak Aisyah ke kamu?"

"Nggak tahu Bang, setahu aku, mereka biasa aja. Oh ya, Kak Aisyah itu mantannya Abang ya?"

"Iya, tapi kami tidak berjodoh jadi kami tidak menikah."

"Reihan udah berapa kali pergi ke makamnya Kak Liza Bang?"

"Setiap hari dia pergi ke sana, jadi Abang tidak bisa menghitungnya."

"Aku perhatikan, sekarang Abang lebih ganteng, apalagi pakai peci putih."

"Ah kamu bisa aja, Abang pakai peci karena setelah menjemput kamu, Abang mau sholat Jum'at."

"Oh ya, sekarang kan hari Jum'at. Aku lupa kalau hari ini adalah hari Jum'at."

"Macam pula kau ini," ledek Rafael dengan menggunakan logat Batak.

"By the way, cinta pertama Abang, almarhumah Kak Aisyah ya?"

"Kamu tahu dari siapa?"

"Dari siapa aja juga boleh," candaan Maryam.

"Iya, dia memang cinta pertama Abang. Abang sangat terpukul banget ketika mendengar dia meninggal dunia akibat kecelakaan maut."

"Aku masih ingat cerita dari Papi bahwa Ummi adalah cinta pertama dan cinta sejatinya Papi," ujar Maryam.

"Iya itu benar. Akhirnya Papi bisa memiliki Ummi seutuhnya. Kalau boleh tahu, kamu sudah jatuh cinta sama Ibrahim ketika melihat wajahnya di foto atau di video call?"

"Aku masih bingung Bang apa rasanya jatuh cinta. Tapi ketika melihat fotonya Aa Ibrahim dan ketika video call dengannya, diriku selalu senang dan aku merasakan desiran lembut di diriku."

"Itu namanya cinta, kamu sudah jatuh cinta kepadanya. Apakah kamu sudah menanyakan ke Ibrahim mengenai perasaannya ketika melihat fotomu dan ketika kalian melakukan video call?"

"Belum Bang."

"Sebaiknya kamu menanyakan hal itu ke Ibrahim sebelum kalian khitbah supaya cinta kamu tidak bertepuk sebelah tangan."

"Semoga dia mencintai diriku, dan pernikahan kami menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Seperti itulah pernikahan idaman bagiku."

Assalamu 'alaikum ya akhi.. ya ukhti.. (4x)

salam-salam hai saudaraku

smoga Allah merahmatimu

salam-salam wahai semua

smoga hidup jadi bahagia

dalam hidup tiada sempurna

kadang khilaf kadang terlupa

jangan-janganlah putus asa

ampunan Allah selalu terbuka.

Bunyi nada panggilan dari smartphone milik Rafael. Rafael menjulurkan tangan kirinya untuk mengambil smartphone miliknya yang berada di dasbor. Rafael tersenyum melihat nama Ibrahim di layar smartphone miliknya. Dia memberikan smartphone miliknya ke Maryam. Maryam menerimanya dengan tatapan mata yang bingung.

"Ibrahim telepon," ucap Rafael pelan.

Dengan senang hati Maryam menggeser ikon hijau untuk menerima panggilan telepon itu, lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya dan berucap, "Assalamu'alaikum Aa."

"Wa'alaikumsalam, kamu sudah sampai di Jakarta?" ucap Ibrahim senang.

"Iya, A."

"Kamu masih di airport?"

"Udah nggak A, sekarang lagi di dalam mobilnya Abang."

"Yah, padahal aku sama orang tuaku mau ngejemput kamu."

"Aa, kasih tahunya telat. Jadinya aku nggak nungguin kalian."

"Ini juga dadakan. Besok malam jadi kan keluarga kita ketemuan?"

"Jadi Aa."

"Ya udah kalau gitu, assalamu'alaikum," ucap Ibrahim.

"Wa'alaikumsalam."

Ibrahim menjauhkan sebuah benda persegi panjang dari telinga kirinya. Menggeser ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu. Menaruh smartphone miliknya di pinggiran pintu mobilnya. Ibrahim menoleh ke sang Ayah yang bernama Hafiz Sudrajat Kusuma. Sang ayah yang sedari tadi menatapnya dengan intens meminta penjelasan dari Ibrahim.

"Maaf Pa, Maryam sudah nggak ada di airport."

"Ya udah kita langsung ke kantor aja."

"Mami, jadi pergi ke salonnya?" tanya Ibrahim sambil menyetir.

"Jadilah," jawab Helena Allison Spencer, seorang wanita bule tulen yang telah menikah dengan Hafiz. "Oh ya Aa, hari Minggu ajak calon kamu ke salon langganan mami Ya. Mau mau ngenalin dia ke teman-temannya Mami."

"Iya, tapi Aa nggak boleh sendirian ngajak dia ke salon, harus ada Mami pergi ke salonnya," jawab Ibrahim.

"Ok, nanti Mami kenalin dia ke teman-temannya Mami sebagai pacar kamu."

"Dia bukan pacar aku Mami, dia itu calon istriku."

"Sama aja A."

"Ti —," ucap Ibrahim yang tiba-tiba dipotong sama Hafiz.

"Ibra, apakah kamu sudah yakin menerima perjodohan ini?" tanya Hafiz serius.

"Sangat yakin Papa, lagipula aku sudah menyukainya dan sudah merasa cocok dengannya."

"Menurut kalian kapan akad nikah kalian sebaiknya dilakukan?" tanya Hafiz sambil menatap intens ke orang yang memiliki rahang wajah yang tegas, hidung mancung dan memiliki sepasang mata elang.

"Secepatnya Pa."

"Segitu ngebetnya kamu mau menikah sama dia, kalian kan bisa pacaran dulu setelah pertemuan pertama kalian secara langsung," celetuk Helena.

"Kami menginginkan sebuah hubungan yang halal Mami, kami tidak ingin pacaran," penjelasan Ibrahim lugas.

"Makanya itu hubungan mereka sekarang namanya ta'aruf, bukan pacaran. Waktu itu kan pernah aku jelasin ke kamu," ucap Hafiz.

"Terus setelah kalian ketemu, langsung merencanakan pernikahan? Tidak happy-happy dulu, jalan berduaan, nonton bioskop berduaan, dan kemana-mana berduaan?"

"Nggak Mami, kami melakukan semua itu setelah menikah."

"Jadi besok malam kita ke rumah kakaknya untuk membicarakan pernikahan kalian?"

"Iya Mami."

"Mami kira hanya silaturahmi."

"Tidak hanya itu Mami, nanti juga kita membicarakan pernikahan kami."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!