"Ok," ucap Edgar dengan senang hati.
Sedetik kemudian Edgar mengulurkan tangan kanannya ke Maryam untuk memberikan pertolongan. Namun, Maryam tidak menanggapi uluran tangan kanannya Edgar. Maryam malah berjalan tertatih-tatih menuju mobilnya Edgar. Edgar tidak mengambil pusing dengan sikap Maryam yang seperti itu. Edgar membalikkan badannya, lalu melanjutkan langkah kakinya. Berjalan mengikuti langkah kakinya Maryam.
Edgar membuka pintu mobil penumpang bagian depan dengan sopan. Maryam tersenyum sopan ke Edgar ketika berada di depan pintu mobil itu sehingga membuat tempo detakan jantungnya Edgar bertambah cepat. Edgar menutup pintu mobil itu dengan sopan. Lalu berlari kecil menuju bagian pengemudi ketika Maryam sedang memasang sabuk pengaman. Masuk ke dalam mobil, lalu menutup pintu mobil itu.
"Where are you going?" tanya Edgar lembut sambil menoleh ke Maryam.
"Bishops Avenue Hampstead, London North," jawab Maryam sambil menoleh ke Edgar.
"Ok."
Edgar mengunci semua pintu mobil sambil merasakan debaran di hatinya. Edgar memasang sabuk pengaman, lalu mengambil headset nirkabel yang berada di laci dekat setir. Memakai headset, lalu menyentuh tombol yang bisa menonaktifkan rem tangan mobil itu. Melajukan mobilnya dengan pelan. Melewati padang rumput yang luas. Sekilas Edgar mencuri pandang ke Maryam yang sedang melihat pemandangan di luar jendela sambil beristighfar di dalam hati.
Kringgg ... bunyi dering dari smartphone milik Edgar. Edgar menyentuh ikon di headset sebelah kanan. Menyentuh ikon hijau di layar smartphone miliknya untuk menjawab panggilan telepon itu tanpa mengambil smartphone miliknya yang berada di atas dashboard mobilnya. Sekilas Edgar menoleh ke Maryam yang sedang menatapnya sehingga Edgar sempat tidak menggubris panggilan telepon itu. Maryam langsung mengalihkan pandangannya setelah seperkian detik mereka saling bertatapan.
"Assalamu'alaikum Bro," sapa seorang pria yang mengalihkan Edgar dari Maryam.
"Wa'alaikumsalam Bang Njar," ucap Edgar yang membuat Maryam terkejut.
"Bagaimana kabar elu Tong?"
"Alhamdulillah baik, elu gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah baik. Elu lagi di mana?"
"Lagi di jalan."
"Ya udah dech, elu fokus aja nyetir. Nanti gw telepon lagi."
"Nggak apa-apa, nyantai aja. Elu lagi ngapain?"
"Lagi nungguin adzan subuh, eh gw keingatan elu. Romannya, elu di sana rajin nggak sholatnya?"
"Alhamdulillah rajin, keep Istiqomah."
"Alhamdulillah, elu lagi ngapain?"
"Lagi nolongin cewek cantik yang kabur dari kepungan para penjahat."
"Widihhh, jadi jagoan dong lu," ledek Njar.
"Iya, jagoan neon," ucap Edgar bercanda.
"Haha ... bisa aja lu. Jangan macam-macam lu sama cewek," ledek Njar.
"Gw kagak macam-macam, palingan dua macam," ucap Edgar bercanda.
"Bisa aja lu. By the way, siapa yang elu tolong."
"Gw kagak tahu namanya."
"Lah gimana ceritanya, nolongin orang kagak tahu namanya."
"Pan kita belum kenalan."
"Tumben lu kagak kenalan, pan biasanya kalau elu ketemu cewek cantik langsung kenalan."
"Ini cewek spesial, dia pake gamis dan jilbab panjang. Gw sungkan kenalan."
"Lah, emangnya di sana ada cewek modelan kayak gitu?"
"Ada Bang, emangnya cuma ada di Dubai dan di Indonesia."
"Tuch orang, orang Arab?"
"Bukan, kayaknya orang Cina."
"Eh Ed, udah dulu yak, udah adzan, gw mau ke masjid dulu. Kapan-kapan mainlah ke Indonesia, nanti kita sholat berjamaah lagi, kayak waktu di Dubai."
"Next time gw ke Indonesia."
"Ok, gw tunggu ya."
"Iya, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Tiba-tiba sambungan panggilan telepon itu terputus. Edgar melirik Maryam yang sedang termenung dan goresan sabetan pisau di punggung telapak tangan kanannya Maryam. Akhirnya Edgar mengalihkan kendaraannya ke rumah pribadinya yang letaknya antara kota London dan kota Luton. Maryam langsung menoleh ke Edgar ketika Edgar membelokkan mobilnya ke kiri jalanan.
"Kamu mau bawa aku ke mana?" tanya Maryam tegas yang membuat Edgar kaget.
"Kamu tenang aja, aku hanya ingin mengobati lukamu. Aku akan membawa kamu ke rumahku. Kamu bisa menggunakan bahasa Indonesia?" ucap Edgar sambil menyetir.
"Aku orang Indonesia. Tolong putar balik," ucap Maryam tegas sambil menatap Edgar tajam.
"Ok," ucap Edgar, lalu dia memutar balik mobilnya.
Hening kembali menyelimuti mereka. Maryam mengalihkan pandangannya ke pemandangan yang berada di luar. Sekilas Edgar menoleh ke Maryam yang sedang asyik menikmati pemandangan. Edgar mengalihkan pandangannya ke depan. Selama perjalanan Maryam beristighfar. Mobil berhenti ketika lampu merah nyala di perempatan jalan.
"Kamu tinggal sama siapa di sini?" tanya Edgar lembut sambil menoleh ke Maryam.
"Sama Kakakku," jawab Maryam sambil menoleh ke Edgar.
"Orang tua kamu tinggal di Indonesia?"
"Mereka sudah meninggal."
"Maaf. Kamu lagi kuliah di sini?"
"Aku sudah lulus kuliah. Lampu merahnya sudah diganti sama lampu hijau."
"Kamu nggak usah kaku begitu sama aku, santai aja," ucap Edgar sambil melajukan mobilnya. "By the way, kenapa kamu terluka dan dikepung sama para penjahat?"
Maryam menatap tajam ke Edgar untuk melihat kepribadian Edgar, lalu berujar, "Mobilku mogok, tiba-tiba ada sebuah mobil menghampiri diriku yang sedang memeriksa mesin mobilku. Dan aku langsung dipeluk dari belakang. Aku berontak dengan menyikut benda pusaka orang itu sehingga orang itu melepaskan diriku. Seketika beberapa orang menyerangku, lalu aku tangkis sehingga mereka terkapar. Ketika aku hendak mau mengambil hp ku, salah satu dari mereka sadar sambil menjulurkan pisau lipat ke aku. Dia menyerangku, lalu aku tangkis. Tapi dalam perkelahian itu, aku terluka. Dia terjatuh lagi. Aku ambil hp ku, lalu berlari menghindari mereka dan mencari pertolongan."
"Terus kamu sudah menelepon kakak kamu?"
"Daya baterai hp ku mati."
"Ya udah, kamu pakai aja hp ku."
"Nggak perlu, nanti juga mereka tahu."
"Memangnya kamu dari mana?"
"Dari kota Luton."
"Aku juga dari kota Luton. Kamu ikut kajian di Masjid Ghuroba?"
"Iya. Kok kamu tahu?"
"Aku kan juga ikut kajian itu."
"Kamu muslim?"
"Iya aku muslim. Aku menjadi mualaf ketika masih bekerja di Dubai. Di sana aku bertemu sama orang Indonesia yang bernama Zakarsih. Dia lebih senang jika dipanggil Njar. Pertemanan kami semakin erat sehingga dia menjadi sahabat aku. Dia yang mengajarkan aku bahasa Indonesia sehingga aku lancar menggunakan bahasa Indonesia. Aku merasakan damai ketika melihat dia dan para muslim yang sholat berjamaah di masjid dan ketika setiap mendengar suara adzan. Setelah sembilan tahu kerja di Dubai, aku membaca dua kalimat syahadat. Satu tahun sudah menjadi mualaf, kontrak kerja kami di Dubai sudah habis. Zarkasih pulang ke Indonesia, sedangkan aku pulang ke Inggris. Baru tiga bulan aku pulang. Beberapa hari pulang dari Dubai, aku membeli rumah di wilayah pinggiran kota London. Perbatasan dengan kota Luton. Kenapa kamu tidak menginap di sana?"
"Awalnya aku berencana menginap di hotel, tapi besok pagi ada acara kajian di rumah kakakku. Aku mau membantu kakakku untuk menyiapkan acara itu. Sebenarnya kakakku melarangku untuk membantunya, karena malam ini aku ikut acara kajian di masjid Ghuroba, mereka malah menyuruhku menginap di hotel aja."
"Seharusnya kamu ikuti ucapan mereka untuk menginap di hotel, di kota Luton kan sudah ada hotel syariah. Mau aku panggilkan bengkel langgananku untuk menderek dan memperbaiki mobil kamu?"
"Nggak usah, nanti biar Kakak aku aja yang mengurusnya."
"Oh ya, aku belum tahu nama kamu, nama kamu siapa?"
"Maryam Izzatunisa Pandjaitan, panggil Maryam aja. Nama kamu siapa?"
"Edgar Valentino Middleton."
"Kamu keturunan bangsa Italy ya?"
"Kok kamu bisa tahu," ucap Edgar kaget.
"Kan nama kamu ada Valentino," ucap Maryam santai.
"Oh iya, ibuku orang Italy, ayahku orang Inggris. Kalau almarhum orang tua kamu asli orang Indonesia?"
"Papiku keturunan Chinese Indonesia, sedangkan Ummiku keturunan Belgia Indonesia."
"Pantesan wajah kamu mirip orang China. Kamu pernah ke Belgia?"
"Pernah, waktu aku masih kecil."
"Kita sudah sampai di Bishops Avenue Hampstead."
"Lurus aja, lima ratus meter dari sini, rumahku sudah sampai. Rumahku ada di sisi kiri jalan."
"Kalau rumah almarhum orang tuamu di mana?
"Kensington. Tapi sekarang rumahnya lagi dikontraki."
"Kita sudah sampai," ucap Edgar sambil menghentikan mobilnya.
"Terima kasih sudah menolongku," ucap Maryam sambil melepaskan sabuk pengaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments