Sesosok makhluk astral berkuku panjang dan tajam, pakaiannya berwarna hitam menjuntai sampai ke tanah rambutnya sangat panjang, memegang pundak Dahlia dari arah depan. Wajahnya sangat menyeramkan, bau amis darah yang begitu menyengat indera penciuman.
"AAAAAAAA!" teriak Dahlia.
"Oooeee...Oooeee." Tangisan bayi Aira memekikkan telinga.
Sekejap Dahlia dan Aira menghilang. Makhluk hitam kehilangan mangsanya, akhirnya makhluk itu kembali masuk ke dalam klinik bersalin.
"AAAAAAAA!" Dahlia masih berteriak tanpa menyadari keberadaannya.
"Dahlia, ada apa Nak!" Pak Ridwan mendapati Dahlia duduk di ruang tamu rumahnya.
"AAA...A..A..." Dahlia membuka mata, kaget saat ini sudah berada di dalam rumahnya.
"Apa sesuatu terjadi dengan Aira?" Pak Ridwan juga melihat Aira yang menangis.
"Pak, tadi saya ke klinik bersalin Bidan Endang. Di sana Aira menangis tidak henti-hentinya. Saya keluar dari klinik membawa Aira, tiba-tiba ada kuntilanak hitam mengikuti kami di pertigaan jalan sana. Saya berteriak, dan entah bagaimana caranya kami sudah berada di sini." Dahlia menceritakan dengan nafas yang masih tersengal.
"Kuntilanak hitam, hmmmm. Biasanya ada hubungannya dengan dukun." Kata Pak Ridwan.
"Dukun?" Dahlia mengerutkan keningnya.
"Iya Nak. Dia kiriman dari seorang dukun. Mungkin ingin mencelakai seseorang." Jawab Pak Ridwan.
"Assalamualaikum." Bu Marni masuk ke dalam ke rumah.
"Wa'alaikumusalam." Jawab Dahlia dan Pak Ridwan.
"Ibu tadi ke klinik mencari kalian, untung kalian sudah ada dirumah." Bu Marni mengambil Aira dari gendongan Dahlia dan menciuminya.
"Memang ada apa Bu?" Dahlia menyipitkan matanya.
"Di klinik terjadi kehebohan. Ibu-ibu yang memeriksakan diri di sana berlarian keluar."
Bu Marni mengambil nafas dan membuangnya.
"Itu Karena kuntilanak hitam Bu. Tadi Dahlia dan Aira dikejarnya. Beruntung mereka cepat kembali ke rumah. Bapak pikir mungkin karena Putri itu yang menolong mereka." Pak Ridwan mengatupkan tangannya berterima kasih kepada sang pelindung Aira.
"Benarkah Nak? Alhamdulillah kalian selamat." Bu Marni kembali menciumi Aira yang tertidur.
"Assalamualaikum." Abyan pulang dari kantor.
"Wa'alaikumusalam." Jawab mereka semua.
"Lho Nak Aby, kok jam segini sudah pulang?" tanya Pak Ridwan.
"Perasaan saya dari tadi gak enak Pak." Jawab Abyan kemudian duduk bersandar di kursi tamu.
"Pah, di klinik kami dikejar kuntilanak hitam." Kata Dahlia.
"Apa? Terus gimana?" Abyan bangun dari duduknya.
"Kami selamat." Jawab Dahlia.
WUSSHH! Suara hembusan angin.
KREEEEK! Pintu depan terbuka.
"Oooee...Oooee...Oooee." Lagi-lagi bayi Aira menangis.
"Cup, cup sayang. Jangan nangis Cu." Bu Marni memeluk erat Aira.
KLONTANG!
KLOTAK!
PRAAANG!
Benda-benda berjatuhan dan pecah dengan sendirinya.
"Ada apa ini?" Abyan berdiri mengamati keadaan rumahnya.
WHOOOOOOSH!
Paku-paku berterbangan menembaki Abyan dan keluarga. Bayi Aira terus menangis, tangisannya mampu menjatuhkan satu persatu paku di udara.
"Sayang cepat bawa Aira ke tempat yang aman." Perintah Abyan kepada Aira, diikuti Bu Marni.
Sosok kuntilanak hitam yang tadi mengikuti Dahlia dan Aira menampakkan wujudnya.
"Hentikan!" Abyan dengan lantangnya.
"Serahkan anakmu!" Kuntilanak hitam meneteskan air liurnya.
"Tidak akan! Pergi kamu dari sini!" Usir Abyan.
"Tidak! Sebelum aku dapatkan bayi itu!" kuntilanak hitam menyerang Abyan.
Abyan membacakan ayat-ayat suci. Kuntilanak mencekik leher Abyan.
"AAAGGHHH." Abyan sekuat tenaga melawan.
"Pergi kau setan!" Pak Ridwan memukul tubuh kuntilanak hitam dengan sapu yang ada di ruang tamu.
Kuntilanak hitam mendorong tubuh Pak Ridwan dan jatuh terbentur meja.
"Astaghfirullah." Ustad Ali yang melihat kuntilanak hitam langsung membacakan ayat-ayat suci.
Kuntilanak hitam kepanasan.
"Katakan apa tujuanmu datang kesini!" tanya Ustad Ali.
"Ampun, ampun, aku sebenarnya dikirim dukun untuk datang ke klinik bersalin itu." Kuntilanak merintih.
"Untuk apa?" Ustad Ali bertanya lagi.
"Karena klinik itu, hampir semua orang datang kesana. Itu membuat rugi tuanku. Pasien tuanku jadi sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Dia hanya pendatang di komplek ini!" Kuntilanak masih merasakan panas di tubuhnya.
"Terus kenapa kamu datang ke rumah ini? Apa salah mereka!" tanya Ustad Ali.
"Aku tertarik dengan bayi itu. Aku menginginkannya, baunya sangat harum, darahnya sangat manis." Jawab Kuntilanak hitam.
"Kembalilah ke tuanmu! Jangan pernah kembali!". Pak Ustad kembali membacakan ayat-ayat suci.
Kuntilanak hitam dengan rintihan menghilang, meninggalkan aroma amis darah yang begitu menyengat.
"Terima kasih Pak Ustad." Kata Abyan.
"Iya, sama-sama. Pak Ridwan kepalanya sakit?" tanya Ustad Ali.
"Tidak apa Pak. Cuman sakit sedikit." Pak Ridwan memegang kepalanya.
"Sosok pelindung Aira datang menemui saya untuk meminta saya datang ke rumah Bapak. Dan di sini lah saya sekarang. Aira masih kecil, kekuatannya masih belum mampu untuk melindungi keluarganya." Ustad Ali menjelaskan kedatangannya.
"Terima kasih banyak Pak." Ucap Abyan.
"Alhamdulillah, Pak Ustad jadi perantara kami dengan pelindung Aira. Sekali lagi terima kasih Pak." Kata Pak Ridwan.
"Baiklah saya permisi mau ke klinik bersalin Bidan Endang. Untuk melihat kondisi di sana." Pamit Ustad Ali.
"Mah, Bu." Panggil Abyan.
"Iya Pah." Dahlia ke ruang tamu.
"Aira?" Abyan tidak melihat anaknya.
"Tidur dijaga Ibu. Aira baik jangan khawatir." Dahlia melihat Daffa Assisten suaminya di depan pintu.
"Permisi Bos, Bu Dahlia, Pak Ridwan." Daffa menyapa dengan sopan.
"Ada urusan kantor?" tanya Abyan.
"Iya Bos sangat mendesak." Jawab Daffa.
Abyan menatap lama ke arah Dahlia.
"Sudah Pah. Kami tidak apa-apa. Ada urusan kantor apa lagi mendesak." Dahlia mengambil jas dan memasangkannya ke badan Abyan.
"Berangkat dulu ya." Abyan mengecup kening Dahlia.
"Pak saya ke kantor dulu." Abyan mencium tangan Mertuanya.
"Permisi Pak Ridwan, Bu Dahlia." Daffa berpamitan.
Di dalam mobil.
"Ada urusan mendesak apa?" Abyan bersandar di kursi belakang.
"Urusan yang sangat urgent, mendesak dan tidak bisa diwakilkan harus Bos yang menghadiri. Kalo tidak akan terjadi badai besar, menimbulkan gelombang tsunami dalam keluarga Bos." Daffa melajukan mobilnya.
"Urusan apa itu?" Abyan tidak mengerti.
"Ini urusan hati dan bisnis Bos." Jawab Daffa.
"Daffa sejak kapan kamu bicara tidak jelas begini!" Abyan mulai emosi.
"Sebentar Bos." Daffa masuk ke parkiran sebuah hotel.
"Ngapain ke sini?" Abyan keluar dari mobilnya.
"Orang yang menunggu Bos ada di dalam restoran." Daffa berjalan di depan Abyan menuju restoran yang di maksud.
Abyan masih penasaran, siapa orang yang berani ingin menemuinya di saat dia berada di rumah. Bahkan Daffa nekat menjemputnya. Mereka kini memasuki restoran. Abyan memperhatikan tidak ada seorangpun di dalam restoran, itu berarti restoran di pesan secara privat. Daffa pamit meninggalkan Abyan yang kebingungan, dan memberikan kode Daffa menunggu di luar restoran.
"Aby." Seorang wanita mengenakan blouse feminin dan printed skirt dengan warna yang senada, berparas cantik, rambutnya panjang tergerai, tingginya setelinga Abyan, seperti seorang model berdiri menyapanya.
"Lulu."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Queen
????
2023-11-21
1